Penyiaran digital di Indonesia telah menjadi perhatian utama dalam beberapa tahun terakhir. Dengan adanya kemajuan teknologi, penyiaran digital telah menjadi pilihan yang lebih efektif dan efisien dalam penyiaran televisi. Namun, perubahan ini juga membawa beberapa tantangan dan implikasi sosial yang perlu dipertimbangkan.
Pada awalnya, penyiaran digital di Indonesia masih menghadapi beberapa hambatan, seperti kualitas siaran yang kurang jernih dan beberapa area yang tidak memperoleh siaran televisi nasional. Hal ini memunculkan keresahan akan potensi gerakan-gerakan radikal, karena televisi memiliki pengaruh yang kuat terhadap kehidupan bermasyarakat. Oleh karena itu, terobosan teknologi televisi terestrial digital atau TV digital menjadi salah satu cara untuk meningkatkan kualitas siaran dan mengatasi kesenjangan siaran televisi di Indonesia.
Dengan menggunakan teknologi TV digital, kelebihan yang diperoleh adalah kualitas penerimaan gambar yang jauh lebih jernih dibandingkan sistem analog. Selain itu, penyiaran digital juga memerlukan bandwidth yang jauh lebih kecil (efisien) dibandingkan analog. Dengan demikian, siaran televisi digital dapat menampung lebih banyak kanal (channel) yang tersedia, sehingga memungkinkan untuk lebih banyak siaran dilakukan.
Bahkan, pemerintah Indonesia telah menetapkan standar DVB-T (Digital Video Broadcasting-Terestrial) sebagai standar penyiaran televisi digital terestrial bergerak di Indonesia. Penetapan tersebut telah menggariskan arah perkembangan penyiaran televisi digital di Indonesia ke depan.
Namun, perubahan ini juga membawa beberapa implikasi sosial dan politik. Misalnya, perdebatan tentang kepentingan kebijakan digitalisasi penyiaran di Indonesia telah menjadi perhatian utama dalam beberapa tahun terakhir. Perdebatan ini terkait dengan model migrasi digital yang dilakukan oleh lembaga penyiaran publik dan swasta, serta kepentingan digital dividend dan multiplexing fees.
Dalam beberapa tahun terakhir, model bisnis penyiaran televisi digital di Indonesia juga telah menjadi perhatian utama. Faktor-faktor yang mempengaruhi model bisnis ini antara lain tingkat suku bunga pinjaman dan jumlah pinjaman jangka panjang dan pendek yang dimiliki sebuah stasiun TV. Berdasarkan penelitian, model bisnis penyiaran televisi digital di Indonesia perlu diantisipasi sejak dini dengan studi yang mendalam mengenai banyak hal yang terkait dengan industri penyiaran.