CINTA MENGABDI

Khazanah

 

Oleh : Syaiful Anwar

Dosen FE Unand Kampus II Payakumbuh 

 

“Tuhan Mahakaya, tidak membutuhkan sedikit pengabdian hamba-Nya. Justru, hambalah yang membutuhkan-Nya. Dari kebutuhan itulah Dia akan memberi jaminan.” Sabda Mustafa  

 

Ikhtiar Atau Ibadah ?

Selama ini, ikhtiar dan ibadah sering diletakkan secara terpisah. Seolah-olah berlawanan. Padahal sesung-guhnya tidak begitu. Justru ikhtiar dan ibadah adalah dua sisi yang melapisi Koin Keberuntungan. Karena di dalam ikhtiar terdapat ibadah. Demikian pula sebaliknya, di dalam ibadah juga terdapat ikhtiar. Dengan begitu, dapat disimpulkan bahwa ikhtiar itu adalah ibadah dan ibadah itu adalah ikhtiar. 

 

Hm, kurang paham? Misalnya begini. Anda bekerja dari pagi sampai sore. Bahkan sampai lembur. Jelas, itu adalah ikhtiar. Namun, apakah itu juga ibadah? Ya iya, asalkan Anda meniatkan dan memaknai kerja itu untuk: 

  • Menafkahi keluarga 
  • Membahagiakan orangtua 
  • Memberi manfaat kepada sesama 
  • Menjalankan peran khalifah dan seumpamanya. 

 

Misal yang lain, Anda belajar. Nah, itu ikhtiar, itu juga ibadah. Karena Anda tengah membaca buku ini, boleh dibilang Anda belajar. Karena kami yang menulis buku ini, boleh dibilang kami mengajar. Hm, mana yang lebih mulia, yang belajar atau yang mengajar? Walaupun kedua-duanya mulia, namun belajar itu lebih mulia. Jadi, detik ini, di hadapan Allah, Anda lebih mulia daripada kami. Bukankah belajar itu diwajibkan, sementara mengajar cuma dianjurkan?  

 

Ketika Anda memiliki satu impian, lazimnya Anda akan memohon dan berdoa kepada-Nya. Lantas Anda pun „membeli‟ impian Anda dengan amal-amal kebaikan. Seumpama, sedekah, shalat duha, dan shalat tahajud. Pertanyaannya, apakah sedekah, shalat duha, dan shalat tahajud itu ibadah? Jelas, itu ibadah. Namun, apakah itu juga ikhtia? Ya iya, itu juga ikhtiar. Tepatnya, ikhtiar dalam menjemput impian dan  ikhtiar dalam mendekatkan diri kepada-Nya.  

 

Ikhtiar dan ibadah, seandainya keduanya berputar sempurna, maka dalam sehari semalam Anda akan melakukan ikhtiar selama 24 jam dan ibadah juga dalam 24 jam. Mantap „kan? Nah, katakanlah keduanya mau dipisahkan satu sama lain, maka rumus dan kaitannya dengan impian adalah sebagai berikut: 

   

Rumus Impian (6i) 

i1 + i2 + i3 + i4 + i5 = i6

Impian + Ikhtiar + Ibadah + Iman + Ikhlas = Ijabah 

 

 

Melesatkan Bersama Duha

“Kami sudah tahu kekuatan ibadah seperti sedekah, shalat duha, dan shalat tahajud. Katanya sih bisa memudahkan rezeki, melapangkan waktu, dan memelihara kesehatan. Tapi di mana logikanya?” Sebagian dari pembaca mungkin ada yang nyeletuk begitu. Jangan-jangan Anda juga. Hehehe! Baiklah, kami jelaskan blak-blakan. 

 

Katakanlah, Anda seorang  kontraktor. Sekali waktu, seorang bos properti memanggil Anda. Terus, si bos meminta Anda mengerjakan sesuatu, dari pukul 8 sampai pukul 11 pagi. Yah, lumayan menghabiskan waktu produktif Anda. Dapat dipastikan, setelah itu si bos akan mengganti waktu produktif Anda dengan sejumlah uang. Lha, si bos saja begitu, apalagi Allah? 

 

Perumpamaan inilah yang kami maksudkan dengan shalat duha. Ketika Anda melakukan shalat duha selama sekian menit, berarti Anda telah „meng-habiskan‟ sebagian waktu produktif Anda untuk-Nya. Maka, dapat dipastikan Dia akan mengganti waktu produktif Anda. Yang namanya ganti dari-Nya, tentulah tidak tanggung-tanggung. Layaknya sebuah keberuntungan! 

 

Inilah janji Allah, “Wahai anak Adam, rukuklah karena Aku di awal siang (shalat Duha), niscaya Aku akan mencukupi engkau di siang hari.” Bukankah duha adalah waktu? Bukankah waktu adalah uang? Jadilah shalat duha itu shalat rezeki, dan doa setelah  shalat duha juga doa rezeki. Yang mana rezeki dari langit dan bumi dihimpun, didekatkan, disucikan ke hadapan Anda, melalui keagungan, kekuatan dan pemeliharaan Allah. 

 

Tambahan lagi, saat Anda menyedekahkan uang Anda, maka Allah akan memudahkan uang Anda semudahmudahnya. Khusus shalat Duha, karena Anda telah menyedekahkan waktu produktif Anda, maka Allah akan melapangkan waktu produktif Anda selapang-lapangnya. Itu artinya, merutinkan shalat duha dapat meningkatkan produktivitas, baik bagi pribadi maupun bagi perusahaan. Bisa meningkat 2 sampai 3 kali lipat. Oleh karenanya, saran  kami, sesibuk apa pun tetaplah shalat duha. 

 

Justru dengan begitu, Anda tidak akan terlalu sibuk jadinya. Waktu Anda akan cukup. Urusan Anda akan beres. Dan Anda tidak perlu pontang-panting. Yakinlah! Alhamdulillâh, berkat shalat duha, saya pribadi dikaruniai waktu untuk tidur siang setiap harinya, jalan-jalan ke luar daerah setiap minggunya, menikmati keagungan-Nya. Tidak lupa pula, saya memiliki waktu untuk belajar dan beribadah setiap harinya. 

 

Demi mengais-ngais uang, sebagian dari kita rela pontang-panting bekerja dari pukul 8 sampai pukul 5 sore setiap harinya. Keringat pun sampai diperas-peras. Tulang pun sampai dibanting-banting. Pulang ke rumah dengan muka keruh, kerut, dan kusut. Yah, tidak salah. Itu kan bagian dari ikhtiar. Cuma, apa nggak capek kerja pontangpanting begitu saban hari? 

 

Nah, sekarang saya tantang Anda. Maukah Anda melakukan sesuatu selama beberapa menit, namun sesuatu itu dapat menghemat waktu Anda seharian? Mestinya kepala Anda mengangguk kuat-kuat. Ketahuilah, sesuatu itu adalah shalat duha. Sudahlah, begini saja. Awal-awal, anggaplah shalat duha itu sebagai „kerja‟ layaknya Anda mengetik, menghitung, melakukan pembukuan, mengikuti rapat, dan lain-lain. 

 

Maka, lakukan „kerja‟ yang satu ini selama beberapa menit. Percayalah, „kerja‟ ini dapat menghemat waktu Anda seharian. Bukan cuma itu. Terlebih-lebih lagi, „kerja‟ ini juga dapat memudahkan urusan Anda, memudahkan rezeki Anda, dan memelihara kesehatan Anda. Dengan kata lain, merutinkan shalat duha juga dapat meningkatkan produktivitas, baik bagi pribadi maupun bagi perusahaan. Ini bukan janji saya. Tapi ini janji dari-Nya. 

 

Terus terang, saya sangat salut dengan sejumlah leader dari network marketing tertentu yang menjadikan shalat duha sebagai sarana andalan dalam menjemput rezeki. Terus, mereka mengajarkan dan menganjurkan hal ini kepada para downline. Grup dan omset mereka pun membesar. Nah, menurut kami, sudah saatnya para profesional juga menerapkannya. Jangan mau kalah dengan para networker! 

 

Hajat Terwujud Dengan Tahajut

Kita lanjutkan. Katakanlah, si bos properti tadi kembali memanggil Anda –sebagai kontraktor. Kali ini sedikit berbeda. Dia meminta Anda mengerjakan sesuatu, dari pukul 3 sampai pukul 4 pagi. Katanya, betul-betul urgent  dan sama sekali tidak bisa ditunda. Yah, ini lumayan menghabiskan waktu istirahat Anda. 

 

Sekali lagi, dapat dipastikan, setelah itu si bos akan mengganti waktu istirahat Anda dengan sejumlah uang. Bahkan kali ini uangnya jauh lebih besar. Layaknya sebuah keberuntungan! Kok bisa? Karena ini hubungannya dengan lembur (overtime), malah melebihi lembur. Lha, si bos saja mengganti seperti ini, apalagi Allah? 

 

Perumpamaan inilah yang kami maksud dengan shalat tahajud. Konon: 

  • Inilah shalat yang dulunya pernah diwajibkan. 
  • Inilah shalat yang paling utama, setelah shalat wajib. 
  • Inilah shalat yang paling sering disebutkan dalam AlQur`an. 

 

Kami percaya, begitu merutinkan shalat ini 114 hari saja, Anda akan menikmati langsung  jamuan indah dari-Nya. Yakinlah! Mungkin itu berupa kemudahan rezeki,  terpeliharanya kesehatan, dan lain sebagainya. Ya, sesuai namanya, menurut kami tahajud itu Tahu-Tahu Hajat Terwujud!  Bahkan, Tahu-Tahu Harta Bersujud! Mantap „kan? Alhamdulillâh, berkat shalat tahajud, kami dipertemukan berkali-kali dengan peristiwa „tahu-tahu‟ dan „tiba-tiba‟ itu. 

 

Sekarang, coba sebutkan apa saja hajat Anda: 

  • sembuh dari sakit keras  
  • keluar dari masalah 
  • melunasi utang 
  • mengatasi kerugian 
  • selamat dari musibah 
  • mendapatkan jodoh 
  • mendapatkan keturunan 
  • diterima di kampus favorit 
  • diterima di perusahaan favorit 
  • meningkatkan karier 
  • mengembangkan usaha 
  • meningkat omset 
  • mendapatkan pemodal 
  • mendapatkan mitra 
  • memenangkan kejuaraan 
  • berangkat ke Tanah Suci 
  • berlibur ke luar negeri 
  • keliling Indonesia 
  • punya mobil punya rumah. 

 

Lantas, mengapa hajat itu tidak Anda wujudkan dengan shalat tahajud? 

Dampak lainnya, dengan shalat tahajud, Dia juga akan memberatkan‟ ucapan Anda (QS. 73: 1-7 dan QS. 17: 79). 

 

Anda bicara sedikit saja, orang-orang sudah mendengarkan   Anda. Tentu, ini sangat menguntungkan apabila Anda seorang pemimpin, pengusaha, penjual, pengajar, negosiator, orangtua, dan seumpamanya. Dengan dampak sekian banyak dan sekian besar, boleh dibilang merutinkan shalat tahajud dapat meningkatkan produktivitas, baik bagi pribadi maupun bagi perusahaan. 

 

Teman saya, seorang petinggi di perusahaan nasional bercerita, “Dulu, ketika masalah datang, saya pun shalat tahajud. Kemudian, masalah itu hilang. Ketika masalah datang lagi, saya pun shalat tahajud lagi. Terus, masalah itu hilang lagi. Akhirnya, saya balik. Saya shalat tahajud saja terus. Eh, masalah itu tidak berani datang. Alhamdulillâh, sampai sekarang hampir-hampir tidak ada masalah yang berarti.” 

 

Seorang guru pernah mewanti-wanti kepada kami, “Ingin  Allah berdialog dengan engkau? Maka bacalah Al-Qur`an. Ingin engkau berdialog dengan Allah? Maka dirikanlah shalat.” Salah satunya shalat tahajud. (Bukankah Nabi itu tidurnya  awal juga bangunnya awal? Bukankah Nabi menandaskan bahwa tidur di pagi hari mewariskan kemiskinan? Bukankah Nabi menegaskan agar bergegas di pagi hari untuk mengejar karunia-Nya?). 

 

Rezeki dan Nasib Berubah dengan Umrah

Katakanlah, si bos properti tadi kembali memanggil Anda – sebagai kontraktor. Untuk yang satu ini rada berbeda. Dia meminta Anda untuk mengunjungi villanya, yang memerlukan perjalanan berjam-jam. Bukan cuma itu. Dia juga meminta Anda tinggal di villanya dan mengerjakan sesuatu selama berhari-hari. Yah, sangat menghabiskan waktu Anda. 

 

Lagi-lagi dapat dipastikan, setelah itu si bos akan „mengganti‟ waktu Anda dengan sejumlah uang. Dapat dipastikan pula, kali ini uangnya betul-betul besar-besaran. Bagaikan sebuah keberuntungan! Ini mengingat besarnya waktu, tenaga, dan uang yang telah Anda korbankan. Lha, si bos saja mengganti seperti itu, apalagi Allah? 

 

Perumpamaan inilah yang kami maksud dengan umrah. Perjalanan ke sana berjam-jam. Tinggal di sana berhari-hari. Dipesankan oleh Nabi, “Sesung-guhnya, pahala (ganjaran) engkau sesuai dengan kadar kepayahan dan nafkah engkau.” Karena begitu besar waktu, tenaga, dan uang yang telah Anda korbankan, maka Allah pun mengganti bahkan melipatgandakan itu semua untuk Anda. Yakinlah! 

 

Kurang yakin? Yah, lihat saja orang-orang di sekitar Anda. Rata-rata mereka yang pulang berumrah ini membaik rezeki dan nasibnya. Tidak begitu-begitu saja.  Pas dan pantaslah Nabi menjanjikan bahwa umrah dapat mengatasi kefakiran dan terbuktilah janji Nabi itu. Inilah kata Nabi, “Ikutilah oleh kalian haji dan umrah, karena keduanya menghilangkan kefakiran dan dosa.” (HR. Ibnu Mas‟ud). 

 

Tiga Hal Termahal

Sebagai penutup, sejenak mari kita bandingkan ibadah Nabi dengan ibadah kita. Mungkin berbeda sedikit‟ saja.  Nggak percaya? Lihatlah. 

  • Nabi itu sedikit-sedikit beribadah. Kita sedikit ibadahnya. 
  • Nabi itu sedikit-sedikit bersedekah. Kita sedikit sedekahnya. 
  • Nabi itu sedikit-sedikit shalat sunah. Kita sedikit shalat sunahnya. 
  • Nabi itu sedikit tidurnya. Kita sedikit-sedikit tidur. 
  • Nabi itu sedikit makannya. Kita sedikit-sedikit makan. 

 

Nah, mudah-mudahan kita bisa mengejar „perbedaan yang sedikit itu. Sekarang, pastilah Anda maklum apa yang dimaksud dengan tiga hal termahal itu. Ya, apalagi kalau bukan uang, waktu, dan kesehatan. Seseorang belum layak menyandang predikat kaya, kalau hanya menikmati salah satunya. Mesti menikmati ketiga-tiganya. Dan pastilah Anda juga maklum ternyata ketiga-tiganya bisa „dibeli‟ dengan sekurangnya tiga amalan, yakni sedekah, shalat duha, dan shalat tahajud. 

 

Mungkin sebagian dari Anda meremehkan tiga amalan ini, karena berasal dari keluarga yang kaya tujuh   turunan. Yah, kami sindir saja, “Masalahnya, Anda adalah turunan kedelapan!” Hehehe. Lha, buktinya Anda masih baca buku ini! Menurut kami, Andai Anda berasal dari keluarga yang kaya tujuh turunan sekalipun, kaya tujuh tanjakan sekalipun, tetaplah melakukan tiga amalan ini. Yah, agar semuanya –uang Anda, waktu Anda, dan kesehatan Anda– menjadi jauh lebih baik. 

 

#Syaiful_Anwar

#Fakultas_Ekonomi

#Universitas_Andalas

#Kampus2_Payakumbuh

#Kaya_Raya_Dengan_Modal_Cinta

#Cinta_Mengabdi

CINTA MENGABDI

 

Oleh : Syaiful Anwar

Dosen FE Unand Kampus II Payakumbuh 

 

“Tuhan Mahakaya, tidak membutuhkan sedikit pengabdian hamba-Nya. Justru, hambalah yang membutuhkan-Nya. Dari kebutuhan itulah Dia akan memberi jaminan.” Sabda Mustafa  

 

Ikhtiar Atau Ibadah ?

Selama ini, ikhtiar dan ibadah sering diletakkan secara terpisah. Seolah-olah berlawanan. Padahal sesung-guhnya tidak begitu. Justru ikhtiar dan ibadah adalah dua sisi yang melapisi Koin Keberuntungan. Karena di dalam ikhtiar terdapat ibadah. Demikian pula sebaliknya, di dalam ibadah juga terdapat ikhtiar. Dengan begitu, dapat disimpulkan bahwa ikhtiar itu adalah ibadah dan ibadah itu adalah ikhtiar. 

 

Hm, kurang paham? Misalnya begini. Anda bekerja dari pagi sampai sore. Bahkan sampai lembur. Jelas, itu adalah ikhtiar. Namun, apakah itu juga ibadah? Ya iya, asalkan Anda meniatkan dan memaknai kerja itu untuk: 

  • Menafkahi keluarga 
  • Membahagiakan orangtua 
  • Memberi manfaat kepada sesama 
  • Menjalankan peran khalifah dan seumpamanya. 

 

Misal yang lain, Anda belajar. Nah, itu ikhtiar, itu juga ibadah. Karena Anda tengah membaca buku ini, boleh dibilang Anda belajar. Karena kami yang menulis buku ini, boleh dibilang kami mengajar. Hm, mana yang lebih mulia, yang belajar atau yang mengajar? Walaupun kedua-duanya mulia, namun belajar itu lebih mulia. Jadi, detik ini, di hadapan Allah, Anda lebih mulia daripada kami. Bukankah belajar itu diwajibkan, sementara mengajar cuma dianjurkan?  

 

Ketika Anda memiliki satu impian, lazimnya Anda akan memohon dan berdoa kepada-Nya. Lantas Anda pun „membeli‟ impian Anda dengan amal-amal kebaikan. Seumpama, sedekah, shalat duha, dan shalat tahajud. Pertanyaannya, apakah sedekah, shalat duha, dan shalat tahajud itu ibadah? Jelas, itu ibadah. Namun, apakah itu juga ikhtia? Ya iya, itu juga ikhtiar. Tepatnya, ikhtiar dalam menjemput impian dan  ikhtiar dalam mendekatkan diri kepada-Nya.  

 

Ikhtiar dan ibadah, seandainya keduanya berputar sempurna, maka dalam sehari semalam Anda akan melakukan ikhtiar selama 24 jam dan ibadah juga dalam 24 jam. Mantap „kan? Nah, katakanlah keduanya mau dipisahkan satu sama lain, maka rumus dan kaitannya dengan impian adalah sebagai berikut: 

   

Rumus Impian (6i) 

i1 + i2 + i3 + i4 + i5 = i6

Impian + Ikhtiar + Ibadah + Iman + Ikhlas = Ijabah 

 

 

Melesatkan Bersama Duha

“Kami sudah tahu kekuatan ibadah seperti sedekah, shalat duha, dan shalat tahajud. Katanya sih bisa memudahkan rezeki, melapangkan waktu, dan memelihara kesehatan. Tapi di mana logikanya?” Sebagian dari pembaca mungkin ada yang nyeletuk begitu. Jangan-jangan Anda juga. Hehehe! Baiklah, kami jelaskan blak-blakan. 

 

Katakanlah, Anda seorang  kontraktor. Sekali waktu, seorang bos properti memanggil Anda. Terus, si bos meminta Anda mengerjakan sesuatu, dari pukul 8 sampai pukul 11 pagi. Yah, lumayan menghabiskan waktu produktif Anda. Dapat dipastikan, setelah itu si bos akan mengganti waktu produktif Anda dengan sejumlah uang. Lha, si bos saja begitu, apalagi Allah? 

 

Perumpamaan inilah yang kami maksudkan dengan shalat duha. Ketika Anda melakukan shalat duha selama sekian menit, berarti Anda telah „meng-habiskan‟ sebagian waktu produktif Anda untuk-Nya. Maka, dapat dipastikan Dia akan mengganti waktu produktif Anda. Yang namanya ganti dari-Nya, tentulah tidak tanggung-tanggung. Layaknya sebuah keberuntungan! 

 

Inilah janji Allah, “Wahai anak Adam, rukuklah karena Aku di awal siang (shalat Duha), niscaya Aku akan mencukupi engkau di siang hari.” Bukankah duha adalah waktu? Bukankah waktu adalah uang? Jadilah shalat duha itu shalat rezeki, dan doa setelah  shalat duha juga doa rezeki. Yang mana rezeki dari langit dan bumi dihimpun, didekatkan, disucikan ke hadapan Anda, melalui keagungan, kekuatan dan pemeliharaan Allah. 

 

Tambahan lagi, saat Anda menyedekahkan uang Anda, maka Allah akan memudahkan uang Anda semudahmudahnya. Khusus shalat Duha, karena Anda telah menyedekahkan waktu produktif Anda, maka Allah akan melapangkan waktu produktif Anda selapang-lapangnya. Itu artinya, merutinkan shalat duha dapat meningkatkan produktivitas, baik bagi pribadi maupun bagi perusahaan. Bisa meningkat 2 sampai 3 kali lipat. Oleh karenanya, saran  kami, sesibuk apa pun tetaplah shalat duha. 

 

Justru dengan begitu, Anda tidak akan terlalu sibuk jadinya. Waktu Anda akan cukup. Urusan Anda akan beres. Dan Anda tidak perlu pontang-panting. Yakinlah! Alhamdulillâh, berkat shalat duha, saya pribadi dikaruniai waktu untuk tidur siang setiap harinya, jalan-jalan ke luar daerah setiap minggunya, menikmati keagungan-Nya. Tidak lupa pula, saya memiliki waktu untuk belajar dan beribadah setiap harinya. 

 

Demi mengais-ngais uang, sebagian dari kita rela pontang-panting bekerja dari pukul 8 sampai pukul 5 sore setiap harinya. Keringat pun sampai diperas-peras. Tulang pun sampai dibanting-banting. Pulang ke rumah dengan muka keruh, kerut, dan kusut. Yah, tidak salah. Itu kan bagian dari ikhtiar. Cuma, apa nggak capek kerja pontangpanting begitu saban hari? 

 

Nah, sekarang saya tantang Anda. Maukah Anda melakukan sesuatu selama beberapa menit, namun sesuatu itu dapat menghemat waktu Anda seharian? Mestinya kepala Anda mengangguk kuat-kuat. Ketahuilah, sesuatu itu adalah shalat duha. Sudahlah, begini saja. Awal-awal, anggaplah shalat duha itu sebagai „kerja‟ layaknya Anda mengetik, menghitung, melakukan pembukuan, mengikuti rapat, dan lain-lain. 

 

Maka, lakukan „kerja‟ yang satu ini selama beberapa menit. Percayalah, „kerja‟ ini dapat menghemat waktu Anda seharian. Bukan cuma itu. Terlebih-lebih lagi, „kerja‟ ini juga dapat memudahkan urusan Anda, memudahkan rezeki Anda, dan memelihara kesehatan Anda. Dengan kata lain, merutinkan shalat duha juga dapat meningkatkan produktivitas, baik bagi pribadi maupun bagi perusahaan. Ini bukan janji saya. Tapi ini janji dari-Nya. 

 

Terus terang, saya sangat salut dengan sejumlah leader dari network marketing tertentu yang menjadikan shalat duha sebagai sarana andalan dalam menjemput rezeki. Terus, mereka mengajarkan dan menganjurkan hal ini kepada para downline. Grup dan omset mereka pun membesar. Nah, menurut kami, sudah saatnya para profesional juga menerapkannya. Jangan mau kalah dengan para networker! 

 

Hajat Terwujud Dengan Tahajut

Kita lanjutkan. Katakanlah, si bos properti tadi kembali memanggil Anda –sebagai kontraktor. Kali ini sedikit berbeda. Dia meminta Anda mengerjakan sesuatu, dari pukul 3 sampai pukul 4 pagi. Katanya, betul-betul urgent  dan sama sekali tidak bisa ditunda. Yah, ini lumayan menghabiskan waktu istirahat Anda. 

 

Sekali lagi, dapat dipastikan, setelah itu si bos akan mengganti waktu istirahat Anda dengan sejumlah uang. Bahkan kali ini uangnya jauh lebih besar. Layaknya sebuah keberuntungan! Kok bisa? Karena ini hubungannya dengan lembur (overtime), malah melebihi lembur. Lha, si bos saja mengganti seperti ini, apalagi Allah? 

 

Perumpamaan inilah yang kami maksud dengan shalat tahajud. Konon: 

  • Inilah shalat yang dulunya pernah diwajibkan. 
  • Inilah shalat yang paling utama, setelah shalat wajib. 
  • Inilah shalat yang paling sering disebutkan dalam AlQur`an. 

 

Kami percaya, begitu merutinkan shalat ini 114 hari saja, Anda akan menikmati langsung  jamuan indah dari-Nya. Yakinlah! Mungkin itu berupa kemudahan rezeki,  terpeliharanya kesehatan, dan lain sebagainya. Ya, sesuai namanya, menurut kami tahajud itu Tahu-Tahu Hajat Terwujud!  Bahkan, Tahu-Tahu Harta Bersujud! Mantap „kan? Alhamdulillâh, berkat shalat tahajud, kami dipertemukan berkali-kali dengan peristiwa „tahu-tahu‟ dan „tiba-tiba‟ itu. 

 

Sekarang, coba sebutkan apa saja hajat Anda: 

  • sembuh dari sakit keras  
  • keluar dari masalah 
  • melunasi utang 
  • mengatasi kerugian 
  • selamat dari musibah 
  • mendapatkan jodoh 
  • mendapatkan keturunan 
  • diterima di kampus favorit 
  • diterima di perusahaan favorit 
  • meningkatkan karier 
  • mengembangkan usaha 
  • meningkat omset 
  • mendapatkan pemodal 
  • mendapatkan mitra 
  • memenangkan kejuaraan 
  • berangkat ke Tanah Suci 
  • berlibur ke luar negeri 
  • keliling Indonesia 
  • punya mobil punya rumah. 

 

Lantas, mengapa hajat itu tidak Anda wujudkan dengan shalat tahajud? 

Dampak lainnya, dengan shalat tahajud, Dia juga akan memberatkan‟ ucapan Anda (QS. 73: 1-7 dan QS. 17: 79). 

 

Anda bicara sedikit saja, orang-orang sudah mendengarkan   Anda. Tentu, ini sangat menguntungkan apabila Anda seorang pemimpin, pengusaha, penjual, pengajar, negosiator, orangtua, dan seumpamanya. Dengan dampak sekian banyak dan sekian besar, boleh dibilang merutinkan shalat tahajud dapat meningkatkan produktivitas, baik bagi pribadi maupun bagi perusahaan. 

 

Teman saya, seorang petinggi di perusahaan nasional bercerita, “Dulu, ketika masalah datang, saya pun shalat tahajud. Kemudian, masalah itu hilang. Ketika masalah datang lagi, saya pun shalat tahajud lagi. Terus, masalah itu hilang lagi. Akhirnya, saya balik. Saya shalat tahajud saja terus. Eh, masalah itu tidak berani datang. Alhamdulillâh, sampai sekarang hampir-hampir tidak ada masalah yang berarti.” 

 

Seorang guru pernah mewanti-wanti kepada kami, “Ingin  Allah berdialog dengan engkau? Maka bacalah Al-Qur`an. Ingin engkau berdialog dengan Allah? Maka dirikanlah shalat.” Salah satunya shalat tahajud. (Bukankah Nabi itu tidurnya  awal juga bangunnya awal? Bukankah Nabi menandaskan bahwa tidur di pagi hari mewariskan kemiskinan? Bukankah Nabi menegaskan agar bergegas di pagi hari untuk mengejar karunia-Nya?). 

 

Rezeki dan Nasib Berubah dengan Umrah

Katakanlah, si bos properti tadi kembali memanggil Anda – sebagai kontraktor. Untuk yang satu ini rada berbeda. Dia meminta Anda untuk mengunjungi villanya, yang memerlukan perjalanan berjam-jam. Bukan cuma itu. Dia juga meminta Anda tinggal di villanya dan mengerjakan sesuatu selama berhari-hari. Yah, sangat menghabiskan waktu Anda. 

 

Lagi-lagi dapat dipastikan, setelah itu si bos akan „mengganti‟ waktu Anda dengan sejumlah uang. Dapat dipastikan pula, kali ini uangnya betul-betul besar-besaran. Bagaikan sebuah keberuntungan! Ini mengingat besarnya waktu, tenaga, dan uang yang telah Anda korbankan. Lha, si bos saja mengganti seperti itu, apalagi Allah? 

 

Perumpamaan inilah yang kami maksud dengan umrah. Perjalanan ke sana berjam-jam. Tinggal di sana berhari-hari. Dipesankan oleh Nabi, “Sesung-guhnya, pahala (ganjaran) engkau sesuai dengan kadar kepayahan dan nafkah engkau.” Karena begitu besar waktu, tenaga, dan uang yang telah Anda korbankan, maka Allah pun mengganti bahkan melipatgandakan itu semua untuk Anda. Yakinlah! 

 

Kurang yakin? Yah, lihat saja orang-orang di sekitar Anda. Rata-rata mereka yang pulang berumrah ini membaik rezeki dan nasibnya. Tidak begitu-begitu saja.  Pas dan pantaslah Nabi menjanjikan bahwa umrah dapat mengatasi kefakiran dan terbuktilah janji Nabi itu. Inilah kata Nabi, “Ikutilah oleh kalian haji dan umrah, karena keduanya menghilangkan kefakiran dan dosa.” (HR. Ibnu Mas‟ud). 

 

Tiga Hal Termahal

Sebagai penutup, sejenak mari kita bandingkan ibadah Nabi dengan ibadah kita. Mungkin berbeda sedikit‟ saja.  Nggak percaya? Lihatlah. 

  • Nabi itu sedikit-sedikit beribadah. Kita sedikit ibadahnya. 
  • Nabi itu sedikit-sedikit bersedekah. Kita sedikit sedekahnya. 
  • Nabi itu sedikit-sedikit shalat sunah. Kita sedikit shalat sunahnya. 
  • Nabi itu sedikit tidurnya. Kita sedikit-sedikit tidur. 
  • Nabi itu sedikit makannya. Kita sedikit-sedikit makan. 

 

Nah, mudah-mudahan kita bisa mengejar „perbedaan yang sedikit itu. Sekarang, pastilah Anda maklum apa yang dimaksud dengan tiga hal termahal itu. Ya, apalagi kalau bukan uang, waktu, dan kesehatan. Seseorang belum layak menyandang predikat kaya, kalau hanya menikmati salah satunya. Mesti menikmati ketiga-tiganya. Dan pastilah Anda juga maklum ternyata ketiga-tiganya bisa „dibeli‟ dengan sekurangnya tiga amalan, yakni sedekah, shalat duha, dan shalat tahajud. 

 

Mungkin sebagian dari Anda meremehkan tiga amalan ini, karena berasal dari keluarga yang kaya tujuh   turunan. Yah, kami sindir saja, “Masalahnya, Anda adalah turunan kedelapan!” Hehehe. Lha, buktinya Anda masih baca buku ini! Menurut kami, Andai Anda berasal dari keluarga yang kaya tujuh turunan sekalipun, kaya tujuh tanjakan sekalipun, tetaplah melakukan tiga amalan ini. Yah, agar semuanya –uang Anda, waktu Anda, dan kesehatan Anda– menjadi jauh lebih baik. 

 

#Syaiful_Anwar

#Fakultas_Ekonomi

#Universitas_Andalas

#Kampus2_Payakumbuh

#Kaya_Raya_Dengan_Modal_Cinta

#Cinta_Mengabdi

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *