RIDHA TERHADAP QADHA’ 

Khazanah

 

 

Oleh : Syaiful Anwar

Dosen FE Unand Kampus II Payakumbuh 

 

“Jikalau mereka sungguh-sungguh ridha dengan apa yang diberikan Allah dan Rasul-Nya kepada mereka, dan berkata: “Cukuplah Allah bagi kami, Allah akan memberikan sebagian dari karunia-Nya dan demikian (pula) Rasul-Nya, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berharap kepada Allah,” (tentulah yang demikian itu  lebih baik bagi mereka).” (QS. At-Taubah [9]: 59) 

 

Barangsiapa  yang memenuhi hatinya dengan keridhaan terhadap qadha` maka Allah akan memenuhi hatinya dengan kekayaan, rasa aman, serta qana’ah. Selanjutnya, Allah akan menjadikan hatinya penuh dengan cinta, inâbah dan tawakal kepada-Nya. Sebaliknya, orang yang tidak ridha, hatinya akan penuh dengan kebencian, kemungkaran dan durhaka, dan akan sibuk dengan hal-hal yang melawan kebahagiaan dan keberuntungannya. 

 

Keridhaan akan mengosongkan hati dari berbagai sangkutan dan membiarkannya hanya untuk Allah. Tapi sikap tidak menerima, kehidupan yang sebenarnya tak dirasakannya; dan orang yang selalu mengeluh, tidak ada ketetapan yang bisa ia rasakan. Kehidupannya tak tertata. Yang tampak di matanya hanyalah rezekinya yang pas-pasan, nasibnya yang selalu apes, karunia yang didapatkannya terlalu kecil, dan musibah yang tak kunjung berakhir. Ia merasa bahwa dirinya berhak mendapatkan yang lebih dari semua itu. Di matanya, Rabbnya hanyalah pecundang yang selalu  membuatnya  apes, yang  selalu  menghalanginya dari kebaikan, yang selalu memberi ujian, yang selalu membebaninya, dan yang selalu membuat keadaannya menjadi lebih buruk. Dengan mata yang sudah tidak jernih seperti itu bagaimana mungkin ia merasakan kemesraan Rabbnya, bagaimana ia bisa merasakan kebahagiaan, dan bagaimana ia merasa hidup? Sungguh, tidak ada kehidupan bagi orang yang selalu berada dalam keadaan dalam tidak jelas. Dia selalu melihat rezekinya kurang nasibnya apes, karunia Allah yang diberikan kepadanya terlalu sedikit, dan musibah yang menimpanya bertumpuk-tumpuk. Dia selalu melihat bahwa dirinya berhak mendapat yang lebih dari semua itu, lebih tinggi dan agung. Namun Rabbnya–dalam pandangannya–telah mencegahnya, menjegalnya dan telah menimpakan musibah kepadanya, mengecilkan keberadaannya, dan membuatnya terpuruk. Bagaimana mungkin orang yang seperti ini akan bahagia, tenang dan bisa menikmati hidup?

 

ذََلمَِ ةأَِ ذنٍ ُمُ ا ذتتعَُ ا نَا أشَْخَطَ اللهَ  وَرَرٌِ ُ ْا رضِْ َاىَ ًُ فَأحَْتَطَ أعْهَالٍَ ُمْ  

“Yang demikian itu adalah karena sesungguhnya mereka mengikuti apa yang menimbulkan kemurkaan Allah dan karena mereka membenci keridhaan-Nya, sebab itu Allah menghapus (pahala) amal-amal mereka.” (QS. Muhammad [47]: 28).

 

#Syaiful_Anwar

#Fakultas_Ekonomi

#Universitas_Andalas

#Kampus2_Payakumbuh

#21_Pesan_Alqur’an

#Ridha_Terhadap_Qadha’

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *