Bone, Matarakyat24.com— Mahasiswa Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bone menggelar aksi demonstrasi terkait transparansi anggaran dan keterbukaan dokumen Rencana Kerja Tahunan (RKT) IAIN Bone. Selasa, 25/3/2025.
Aksi demonstrasi besar-besaran terjadi di IAIN Bone, di mana puluhan mahasiswa yang tergabung dalam , MAPALA Petta To Risompae, SSB BSF, dan segenap Aliansi Mahasiswa IAIN Bone turun ke jalan menuntut transparansi anggaran kampus dan keterbukaan dokumen Rencana Kerja Tahunan (RKT). Namun, tuntutan mahasiswa berujung pada kekecewaan besar, lantaran Rektor IAIN Bone menolak bertemu dengan massa aksi dan memilih untuk tetap berada di balik tembok birokrasi.
Sikap ogah-ogahan Rektor dalam menghadapi mahasiswa memunculkan banyak spekulasi di kalangan akademisi. Mengapa seorang pemimpin kampus justru menghindari dialog terbuka? Apakah ada sesuatu yang disembunyikan?
Selain itu, pihak kampus juga menyatakan bahwa RKT adalah dokumen rahasia yang tidak boleh dipublikasikan. Pernyataan ini menuai kritik tajam dari mahasiswa, yang menilai bahwa kampus telah melakukan pembohongan publik. Dalam prinsip Good University Governance (GUG), anggaran kampus seharusnya terbuka dan dapat diakses oleh publik, terutama mahasiswa sebagai pihak yang paling berkepentingan.
Ketidaksesuaian Data Anggaran, Ada yang Disembunyikan?
Mahasiswa menilai adanya indikasi bahwa kampus telah melakukan manipulasi anggaran yang tidak sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Kementerian Agama. Berdasarkan Surat Edaran Dirjen Kemenag, pemotongan anggaran seharusnya dilakukan dengan rincian:
BOPTN dipotong 50%
PNBP dipotong 30%
Pelayanan Perkantoran dipotong 60%
Namun, fakta di lapangan menunjukkan kampus justru memangkas anggaran PNBP jauh lebih besar daripada BOPTN dan Pelayanan Perkantoran. Padahal, sesuai aturan, PNBP seharusnya menjadi anggaran yang paling sedikit terkena pemangkasan.
“Jika kampus memotong anggaran di luar ketentuan, maka ada dua kemungkinan: ketidaktahuan atau kesengajaan. Keduanya sama-sama berbahaya dan merugikan mahasiswa,” ungkap salah satu demonstran.
Rektor IAIN Bone Dituding Tidak Bertanggung Jawab
Tindakan Rektor IAIN Bone yang tidak menemui massa aksi menjadi sorotan utama dalam demonstrasi ini. Sikap ini dinilai sebagai bentuk pengabaian terhadap suara mahasiswa, yang justru menunjukkan tidak adanya itikad baik dari pihak kampus untuk menyelesaikan persoalan ini secara transparan.
“Kami datang sebagai mahasiswa yang ingin menuntut kejelasan, tetapi rektor lebih memilih bersembunyi. Jika dia tidak bersalah, mengapa dia takut bertemu kami? Ini semakin memperjelas bahwa ada yang tidak beres dalam pengelolaan anggaran kampus!” ujar Jenderal Lapangan Aksi Rian Ade Saputra dengan nada kecewa.
Sementara itu, Koordinator Lapangan MAPALA, Andi Aldi Wahyudi menegaskan bahwa kampus harus segera membuka dokumen RKT kepada publik.
“Kami akan terus bergerak hingga transparansi benar-benar ditegakkan! Jika RKT tetap disembunyikan, kami akan membawa isu ini ke ranah yang lebih luas—media nasional, lembaga independen, hingga lembaga hukum!” tegasnya.
Hal senada juga disampaikan oleh Koordinator Lapangan SSB BSF, Andi Matuppuan yang menuding bahwa kampus telah mencederai kepercayaan mahasiswa.
“IAIN Bone seharusnya menjadi lembaga akademik yang menjunjung tinggi transparansi, bukan menjadi tempat bermainnya para birokrat yang gemar menutup-nutupi anggaran! Jika tuntutan kami tidak dipenuhi, kami pastikan aksi yang lebih besar akan terjadi!” ujarnya.
Mahasiswa Siap Membawa Isu Ini ke Lembaga Hukum
Aksi ini bukanlah yang terakhir. Mahasiswa menegaskan bahwa jika dalam waktu dekat pihak kampus tidak membuka dokumen RKT dan menjelaskan alokasi anggaran secara transparan, maka mereka akan melibatkan Ombudsman, KPK, dan lembaga hukum lainnya untuk melakukan audit investigatif terhadap anggaran kampus.
“Kami tidak akan berhenti sampai semua terbuka! Jika pihak kampus terus menutup diri, maka kami pastikan isu ini akan menjadi konsumsi publik secara nasional!” tegas para demonstran.
Aksi demonstrasi ini menjadi peringatan keras bagi pihak birokrasi IAIN Bone bahwa mahasiswa tidak akan diam terhadap segala bentuk ketidakadilan dan dugaan manipulasi anggaran.***