Oleh: Rozi, Dosen Agama Universitas Bangka Belitung
Pangkalpinang, Matarakyat24.com — Dalam beberapa dekade terakhir, isu lingkungan menjadi salah satu tantangan terbesar yang dihadapi umat manusia. Perubahan iklim, polusi, dan kerusakan habitat alami mengancam keberlangsungan kehidupan di Bumi. Di tengah krisis ini, banyak yang bertanya-tanya: seberapa besar peran agama dalam menangani isu lingkungan? Apakah agama berdaya atau justru tak berdaya dalam menghadapi masalah ini?
Perubahan iklim yang disebabkan oleh emisi gas rumah kaca, polusi yang dihasilkan dari aktivitas industri, serta deforestasi yang mengurangi luas hutan adalah beberapa contoh masalah lingkungan yang mendesak. Semua ini berdampak langsung pada kualitas hidup manusia, kesehatan, dan keberlangsungan berbagai spesies. Dengan kondisi yang semakin memburuk, diperlukan tindakan kolektif dari semua sektor, termasuk masyarakat, pemerintah, dan organisasi keagamaan.
Sejarah menunjukkan bahwa banyak ajaran agama mengandung nilai-nilai yang mendukung pelestarian lingkungan. Misalnya, dalam ajaran Islam terdapat konsep “khalifah” yang berarti manusia sebagai pengelola bumi. Dalam agama Kristen, ada ajaran tentang “tanggung jawab terhadap ciptaan Tuhan”. Di ajaran Hindu, terdapat keyakinan akan pentingnya keseimbangan alam. Namun, dalam praktiknya, banyak komunitas keagamaan yang tampaknya kurang aktif dalam advokasi isu lingkungan.
Salah satu alasan mengapa agama dianggap tak berdaya dalam menghadapi isu lingkungan adalah ketidakselarasan antara ajaran dan praktik. Meskipun banyak teks suci yang menyerukan perlindungan terhadap alam, banyak pengikutnya yang lebih fokus pada ritual dan tradisi ketimbang pada tanggung jawab lingkungan. Misalnya, perayaan yang melibatkan pembakaran bahan-bahan tertentu dapat menghasilkan polusi, sementara penyalahgunaan sumber daya alam sering terjadi di komunitas yang menganggapnya sebagai berkah Tuhan.
Di banyak negara, terutama yang memiliki tingkat kemiskinan tinggi, masalah lingkungan sering dianggap sebagai isu sekunder. Kebutuhan dasar seperti makanan, air, dan tempat tinggal menjadi prioritas utama. Dalam konteks ini, agama sering kali lebih fokus pada penyediaan kebutuhan tersebut daripada isu lingkungan. Hal ini menciptakan tantangan besar bagi organisasi keagamaan yang ingin mendorong kesadaran lingkungan di kalangan anggotanya.
Meskipun ada tantangan, banyak inisiatif positif dari komunitas keagamaan yang menunjukkan bahwa agama bisa berdaya dalam menangani isu lingkungan. Misalnya, berbagai organisasi keagamaan telah mengembangkan program-program untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya pelestarian lingkungan. Kegiatan seperti reboisasi, pengurangan sampah, dan kampanye penggunaan energi terbarukan mulai mendapatkan perhatian.
Pemimpin agama memiliki potensi besar untuk mempengaruhi perubahan perilaku masyarakat. Ketika pemimpin agama berbicara tentang pentingnya menjaga lingkungan, pesan tersebut dapat mencapai banyak orang dan memicu tindakan kolektif. Beberapa tokoh agama telah menyuarakan kepedulian mereka terhadap lingkungan melalui konferensi internasional, dokumen, dan kampanye publik.
Pendidikan adalah alat penting dalam membangun kesadaran lingkungan. Banyak lembaga pendidikan yang berbasis agama mulai memasukkan materi tentang keberlanjutan dan pelestarian lingkungan ke dalam kurikulum mereka. Dengan memberikan pemahaman yang lebih baik tentang isu lingkungan, generasi muda diharapkan dapat menjadi agen perubahan di masa depan.
Isu lingkungan adalah tantangan kompleks yang membutuhkan kerjasama dari semua pihak, termasuk komunitas keagamaan. Meskipun ada kekurangan dalam mobilisasi dan penerapan ajaran, agama tetap memiliki potensi untuk berperan dalam menyelesaikan masalah ini. Dengan mengedepankan nilai-nilai cinta terhadap alam, tanggung jawab sosial, dan kepedulian terhadap sesama, komunitas keagamaan bisa menjadi bagian penting dari solusi.
Akhirnya, untuk menciptakan perubahan yang berarti, semua pihak baik agama, pemerintah, maupun masyarakat perlu bersatu dalam menghadapi tantangan lingkungan ini. Agama tidaklah tak berdaya, jika dijalankan sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran, agama dapat menjadi kekuatan yang memfasilitasi perubahan positif bagi lingkungan dan umat manusia.***