Matarakyat24.com, Jakarta – Kominfo RI giat webinar kolaborasi bersama DPR RI pada Rabu (29/05/24) via zoom meeting. dengan tema “Literasi Digital Dan Kecakapan Digital”.
Webinar ini dihadiri oleh H. Muhammad Farhan, S.E. (Anggota Komisi 1 DPR RI), Assoc. Prof. Dr. Geofakta Razali (Direktur Kaum Design Agency), dan Dr. Phil. Panji Anugrah Permana (Dosen Departemen Ilmu Politik FISIP UI).
H. Muhammad Farhan, S.E. (Anggota Komisi 1 DPR RI) mengatakan literasi digital merupakan kunci untuk bertahan dan bertransformasi menjadi masyarakat yang memahami pengaruh teknologi digital terhadap pola pikir, pola sikap, dan pola budaya kita.
“Literasi digital adalah kunci untuk bertahan dan bertransformasi menjadi masyarakat yang memahami pengaruh teknologi digital terhadap pola pikir, pola sikap, dan pola budaya kita”, ujar Farhan.
Transformasi digital memaksa kita menghadapi perubahan mendadak yang tidak terduga. Kita tidak pernah menduga bahwa Zoom akan memungkinkan kita bertemu dengan banyak orang secara bersamaan. Kita juga tidak pernah memperkirakan bahwa melalui perangkat terhubung internet, kita dapat melakukan banyak hal.
Prof Geofakta menyatakan Fenomena hoaks telah menjadi bagian dari kehidupan saat ini karena pesan dapat dengan cepat di transfer melalui genggaman tangan.
“Kita tidak bisa menghindari kehadiran hoaks ini. Namun, kita perlu lebih cerdas dalam membaca dan memahami situasi”, ujar Prof Geo.
Tidak hanya berarti menguasai teknologi, tetapi juga mengikuti perkembangan, pengetahuan, serta dapat memfilter informasi untuk menentukan kebenaran atau kekeliruan dalam berita tersebut. Hoaks bisa menjadi benar atau salah, dan benar juga bisa menjadi salah. Oleh karena itu, harus banyak membaca dalam konteks digital. Sebagai contoh, ketika ada berita tentang selebriti, tidak semua informasinya bisa dipercaya.
Perlu disadari bahwa banyak berita yang bertele-tele yang bertujuan untuk meningkatkan popularitas dan kesuksesan film. Dalam konteks ini, pemberitaan awal seringkali membingungkan. Jika tidak membaca literatur yang relevan, bisa salah mengartikannya, terutama bagi penegak hukum.
Untuk mengantisipasi hoaks, perlu memfilter informasi dengan tidak merespons terlalu cepat terhadap berita, melainkan lebih fokus pada membaca hal-hal serupa untuk memperoleh pemahaman yang lebih akurat.