DI BALIK SAKIT ADA HIKMAH DAN ‘IBRAH

Khazanah

 

 

 

Oleh : Syaiful Anwar

Dosen FE Unand Kampus II Payakumbuh 

 

Dan (ingatlah kisah) Ayub ketika ia menyeru Tuhannya (Ya Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit, dan Engkau adalah Yang Maha Penyayang  di antara semua yang penyayang.”  (QS. Al-Anbiya [21]: 83) 

Kejutan -kejutan  hidup yang terkadang tiba-tiba menimpa kita memang tidak seharusnya kita ratapi, apalagi disesali. Sebab, kenikmatan-kenikmatan Allah yang banyak, seringkali baru terasa ketika kejutan-kejutan itu datang. Misalnya, ketika kita selalu berada dalam keadaan sehat, maka kita tidak akan mengetahui derita orang yang tertimpa musibah dan kesusahan, dan kita tidak akan tahu pula  besarnya nikmat yang kita peroleh. Kejutan sakit itulah yang akan menyadarkan kita betapa perihnya ditimpa musibah. 

Sebab itu, orang yang yang sedang ditimpa penyakit tidak perlu dicekam rasa takut, karena sesungguhnya di balik sakit itu terdapat hikmah dan ’ibrah (pelajaran) bagi siapa saja yang mau memikirkannya. Dalam sebuah hadis Rasulullah bersabda, “Cobaan senantiasa akan menimpa seorang mukmin, keluarga, harta dan anaknya hingga dia bertemu dengan Allah dalam keadaan tidak mempunyai dosa.” 

 

Musibah dapat menyebabkan seorang manusia berdoa dengan sungguh-sungguh, tawakal dan ikhlas dalam memohon kepada Allah sehingga ia akan merasakan manisnya iman lebih nikmat dari lenyapnya penyakit yang diderita, sebagaimana dirasakan Nabi Ayub , “Dan (ingatlah kisah) Ayub ketika ia menyeru Tuhannya (Ya Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit, dan Engkau  adalah Yang Maha Penyayang di antara semua yang  penyayang.” (QS. Al-Anbiya [21]: 83) 

 

Berapa banyak musibah yang menyebabkan seorang manusia menjadi istiqamah dalam agamanya, berlari mendekat kepada Allah, dan menjauhkan diri dari kesesatan. Amat banyak pula orang yang setelah ditimpa sakit ia mulai bertanya persoalan agamanya, mulai mengerjakan shalat dan berbuat kebaikan, yang kesemuanya tidak pernah ia lakukan sebelum menderita sakit. Sakit yang memunculkan ketaatan-ketaatan seperti itu, pada hakikatnya merupakan kenikmatan baginya. 

 

Apabila  manusia selama hidupnya tidak pernah ditim-pa musibah, biasanya ia akan bertindak melampaui batas, lupa awal kejadiannya, dan lupa tujuan akhir dari kehidupannya. Namun ketika ia ditimpa musibah, dikejutkan oleh sebuah kejadian, ia akan sadar bahwa ternyata ia tidak mampu memberi manfaat dan menolak bahaya dari dirinya, tak kuasa melakukan suatu pembelaan untuk dirinya. Demikian pula orang lain, tak mampu berbuat apa-apa untuk menolongnya. Maka apakah pantas baginya menyombongkan diri di hadapan Allah dan sesama manusia? Itulah buah dari sebuah kesadaran, meskipun harus bangkit karena kejutan yang mengguncang.

 

#Syaiful_Anwar

#Fakultas_Ekonomi

#Universitas_Andalas

#Kampus2_Payakumbuh

#21_Pesan_Alqur’an

#Dibali_Sakit_Ada_Hikmah_dan_Ibrah

#COVID-19

#Pakai_Masker

#Jaga_Jarak

#Cuci_Tangan

#Stay_at_Home

#Stay_Safe

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *