Matarakyat24.com, Jakarta – Kresna Dewanata Phrosakh (Anggota Komisi 1 DPR RI) hadir Ngobrol Bareng Legislator webinar yang digelar Kominfo RI dengan tema “Suara Demokrasi di Ranah Digital” secara online melalui platform zoom meeting pada Sabtu (03/02/24) pagi.
Kresna menyampaikan saat ini, di era digital yang semakin berkembang, suara demokrasi mengalami transformasi signifikan di ranah digital. Internet dan platform media sosial telah memberikan wadah baru bagi partisipasi politik dan pertukaran ide. Meskipun demikian, fenomena ini juga menimbulkan sejumlah tantangan. Pertama, keberagaman suara menjadi lebih mudah diakses dan tersebar, tetapi sekaligus menimbulkan risiko polarisasi dan informasi palsu.
Dalam konteks ini, literasi digital menjadi krusial untuk memastikan partisipan memiliki pemahaman yang baik tentang informasi yang mereka konsumsi. Selain itu, penting untuk menyadari bahwa suara di ranah digital juga dapat dihadapkan pada masalah ketidaksetaraan akses. Meskipun internet menjadi sarana bagi partisipasi, belum semua lapisan masyarakat memiliki akses yang setara terhadap teknologi.
Diperlukan upaya untuk memastikan bahwa suara dari berbagai kelompok sosial, etnis, dan ekonomi tetap didengar dan diakomodasi dalam lingkungan digital.
“Demokrasi di ranah digital juga berdampak pada keamanan dan privasi. Penggunaan data pribadi untuk tujuan politik atau komersial dapat mengancam integritas demokrasi itu sendiri”, ujar Kresna.
Regulasi yang efektif diperlukan untuk melindungi privasi individu dan mencegah penyalahgunaan data dalam konteks politik. Ini menimbulkan pertanyaan etis seputar penggunaan teknologi dalam proses demokrasi, dan perlu adanya dialog terbuka untuk mengatasi dilema ini.
Suara demokrasi di ranah digital juga melibatkan partisipasi aktif dari masyarakat. Diskusi, debat, dan dialog online dapat memperkaya ruang demokratis, tetapi juga dapat memunculkan konflik. Oleh karena itu, perlu dibangun budaya diskusi yang sehat dan inklusif di platform digital.
“Edukasi mengenai etika berkomunikasi dan keterbukaan terhadap sudut pandang yang beragam menjadi kunci untuk menciptakan lingkungan digital yang mendukung demokrasi yang berkelanjutan”, tutup Kresna.