Khazanah
Oleh : Syaiful Anwar
Dosen FE Unand Kampus II Payakumbuh
Saudaraku pecinta Subuh, izinkanlah saya untuk mengawali tema ini dengan sebuah kisah berharga tentang seorang ahli ibadah yang terjebak oleh bujuk rayu setan.
“Alkisah, ada seorang ahli ibadah dari Bani Israil yang dikenal bernama Barshisha. Ia terus beribadah di tempat ibadahnya selama 40 tahun. Selama itu pula setan tidak mampu menggodanya. Hingga suatu hari Iblis mengumpulkan beberapa setan.
“Tidak adakah dari kalian yang mampu menundukkan Barshisha untukku?” kata Iblis
“Saya akan menundukkannya untukmu.” kata setan putih.
Setelah berkata demikian, maka setan putih langsung pergi dengan menjelma sebagai seorang rahib. Ia mendatangi tempat ibadah Barshisha, kemudian memanggilnya, tapi tidak ada jawaban. Diceritakan, bahwa Barshisha tidak keluar dari shalatnya melainkan setiap sepuluh hari. Begitu mengetahui Barsisha tidak menjawab panggilannya, setan putih pun melakukan ibadah di tempat ibadah Barshisha sehingga suatu saat Barshisha keluar dari ibadahnya, ia melihat setan itu berdiri dengan begitu khusyuknya.
“Apa keperluan Anda datang kemari?” panggil Barshisha.
“Saya senang kalau bisa bersama Anda. Saya bisa meniru ibadah Anda, mencontoh perilaku Anda, dan kita pun bisa beribadah bersama-sama.” Sahut setan putih dengan mantap.
“Maaf, saya tidak bisa memenuhi keinginan Anda.”
Kemudian ia pergi untuk melakukan ibadahnya lagi, demikian pula si setan putih. Selama empat puluh hari Barshisha tidak menemuinya. Begitu keluar, ia melihat setan putih itu masih beribadah. Terbersitlah dalam hatinya rasa takjub.
“Apa keperluan Anda?”
“Saya senang kalau bisa bersama Anda. Saya bisa meniru ibadah Anda, mencontoh perilaku Anda, dan kita pun bisa beribadah bersama-sama.” Jawabnya seperti semula dengan mantap.
Mendengar jawabannya, Barshisha akhirnya mengizinkannya. Kemudian ia naik ke tempat ibadahnya. Dan selama setahun setan putih bersama Barshisha beribadah dan tidak berbuka melainkan setiap empat puluh hari, dan tidak pula meninggalkan ibadah shalatnya melainkan selama empat puluh hari, bahkan terkadang lebih.
Begitu Barshisha melihat dan memerhatikan kesungguhannya, ia begitu kagum dan merasa dirinya tidak lebih baik darinya. Setelah satu tahun terlewati.
“Saya akan pergi, karena saya punya seorang teman selain dirimu. Aku mengira Anda lebih semangat beribadah dari apa yang aku lihat. Tapi ternyata ia menyampaikan cerita tentang dirimu tidak seperti yang aku lihat.” Tutur setan.
Perkataan itu mengguncangkan Barshisha dan membuatnya berat berpisah dengan setan putih. Saat berpamitan, setan putih berkata,
“Saya mempunyai beberapa doa yang ingin aku beritahukan kepadamu. Dengan doa ini Allah akan menyembuhkan yang sakit, dan menyelamatkan orang yang terkena musibah.”
“Maaf, saya tidak begitu senang profesi seperti itu, karena saya telah begitu sibuk dengan ibadah. Saya khawatir jika mengajarkan ini kepada manusia, akan melalaikan diriku dari ibadah.” Tolak Barshisha.
Setan, ya tetap setan. Ia tidak kehilangan akal untuk membujuk Barshisha agar menerima tawarannya. Akhirnya, dengan berbagai strateginya setan mampu mengajarkan doa tersebut kepada Barshisha.
Setelah itu ia pergi menghadap Iblis dan berkata, “Demi Allah, sungguh saya telah menghancurkan laki-laki itu.”
“Bagus. Ternyata punya nyali juga kamu.” Puji Iblis.
Setelah itu setan putih pamitan kepada Iblis untuk melancarkan strategi selanjutnya. Ia keluar, kemudian menganggu seseorang dan mencekiknya. Dengan menyerupai seorang yang bisa mengobati, ia datang menemui keluarga orang yang dicekiknya.
“Saudara kalian ini sedang kerasukan, bolehkah saya mengobatinya.” Pinta setan putih.
“Ya, silakan!”
Maka setan putih, dengan tipu dayanya pura-pura mengobati yang sakit.
“Mohon maaf, saya tidak sanggup mengobati kerasukannnya, tapi saya akan tunjukkan seseorang yang bisa menyembuhkannya dengan doanya.”
“Tolong tunjukkan kepada kami!” pohon salah seorang keluarga si sakit.
“Pergilah. Temuilah Barshisha si ahli ibadah, karena ia mempunyai nama Allah Yang Maha Agung.” Kata setan putih.
Keluarga tersebut segera pergi membawa kerabatnya yang sakit menemui Barshisha. Tibalah mereka di tempat ibadah Barsisha.
“Assalamu‟alaikum!”
“Wa‟alaikumussalam. Silakan masuk.”
“Ada perlu apa datang kemari? Ada yang bisa saya bantu?” tanya Barshisha.
“Kerabat saya kesurupan. Tolong doakan agar ia cepat sembuh.” Salah seorang keluarga kerabat memelas.
“Baiklah. Akan saya coba obati.”
Kemudian Barshisha me-ruqyah si sakit. Dan setan putih yang ada di badan si sakit keluar meninggalkannya. Maka sembuhlah si sakit tadi.
Hari terus berlalu. Setan putih terus melakukan tipu dayanya kepada yang lain, kemudian menunjukkan mereka kepada Barshisha agar disembuhkan.
Ketika hal ini telah berlangsung lama, setan putih mendatangi salah seorang putri penguasa Bani Israil. Ia mempunyai tiga orang saudara. Setan pun lalu mencekiknya, kemudian ia menemui mereka dengan menyerupai seorang yang bisa mengobati.
“Bolehkah saya mengobatinya?”
“Silakan!”
“Sesungguhnya yang sedang mengganggu dia adalah setan yang sulit dikalahkan. Tetapi saya akan menunjukkan kalian kepada seseorang yang bisa mendoakannya ketika setan datang mengganggu.” Kata setan putih mantap
“Siapa dia?” tanya salah seorang keluarga si sakit.
“Barshisha.”
“Bagaimana caranya kami menyerahkan padanya, padahal dia adalah orang yang dihormati?”
Jangan segan-segan. Saya yakin, ia akan menerimanya. Jika tidak, tinggalkan saudara kalian di tempat ibadahnya, dan katakan kepadanya, “Dia adalah amanah bagi Anda.”
Mereka pun pergi menemui Barshisha. Sesampai di tempat Barshisha mereka berkata,
“Tolonglah tuan, doakan putri kami agar sembuh.”
“Maaf, sekarang saya belum bisa.”
“Tolonglah tuan, tuanlah yang bisa membantu kesembuhan putri kami.”
“Kalau begitu, tinggalkan putrimu. Letakkanlah dia di api itu (yaitu sebuah goa di samping tempat ibadahnya).”
Maka mereka segera meletakkan saudara perempuannya itu dan meninggalkannya. Tak lama kemudian, setan putih datang menemui Barshisha.
“Hai Barshisha, temui dia, usaplah dengan tanganmu, maka ia akan sembuh dan kembali kekeluarganya.”
“Baiklah.”
Begitu Barshisha mendekati pintu api itu, setan masuk di tempat putri penguasa tersebut. Maka, ketika putri penguasa itu berlari karena takut kepada setan putih, maka terjatuhlah pakaiannya. Saat itulah Barshisha melihat sebuah keindahan dan kecantikan yang belum pernah dilihatnya. Maka, iman Barshisha goncang. Barshisha pun tidak mampu mengendalikan dirinya untuk selalu bertemu dengan gadis itu, hingga suatu saat ia perkosa gadis itu, dan gadis itu hamil.
“Hai Barshisha, celaka kamu! Sungguh kamu telah menghinakan dirimu. Maka tidak ada jalan melainkan kamu harus membunuh gadis itu, kemudian kamu bertaubat. Jika saudara-saudaranya menanyakan tentang dia, maka katakanlah, „Setannya mendatanginya kemudian membawanya pergi.” Bujuk setan kepada Barshisha.
Dan apa yang terjadi?
Barshisha pun akhirnya membunuh gadis yang telah ia nodai kehormatannya. Bujuk rayu setan yang sepertinya rasional telah merasuki pikirannya dan menghilangkan keimanannya dan rasa takutnya kepada Allah . Kemudian, ia menguburnya dan kembali ke tempat ibadahnya.
Ketika Barshisha sedang larut dalam ibadahnya, datanglah ketiga saudara gadis tersebut menanyakan perihalnya,
“Tuan Barshisha, apa yang telah dilakukan saudari kami, kenapa ia menghilang begitu saja?”
“Setannya telah mendatangi dirinya, kemudian membawanya, dan saya tidak mampu menahannya.”
Mendengar jawaban itu, ketiganya pun percaya dan langsung pergi.
Menjelang sore, setan mendatangi saudara dalam mimpinya.
Celaka kamu! Ketahuilah, bahwa Barshisha telah berbuat ini dan itu kepada saudara perempuanmu, kemudian ia menguburnya di tempat ini di gunung ini.”
Begitu tersadar ia berkata, “Ah, ini cuma mimpi, dan tuan Barshisha tidak mungkin berbuat seperti itu.”
Namun, mimpi itu terus berulang sampai tiga kali, tapi ia tidak begitu memerhatikan dan memedulikannya. Kemudian ia menemui kedua saudaranya (untuk menceritakan mimpinya). Maka saudara ketiga berkata, “Sungguh, saya bermimpi seperti ini dan itu.” Yang kedua pun berkata, “Demi Allah, saya pun bermimpi yang sama.” Yang paling besar berkata, “Demi Allah, saya juga bermimpi seperti itu.”
Segera ketiganya menemui Barshisha menanyakan perihal keberadaan saudara perempuannya.
“Sungguh, telah aku ceritakan kepada kalian keadaan saudari kalian yang sebenarnya, dan sepertinya kalian menuduhku (menyembunyikannya).” Kilah Barshisha. “Demi Allah, kami tidak bermaksud menuduh Tuan.” Mereka pun malu dan langsung pergi.
Belum sampai mereka ke rumah, tiba-tiba datang setan berbentuk manusia mendatangi mereka lagi.
“Goblok kalian, saudara perempuan kalian dikubur di tempat ini dan itu, dan kainnya terlihat keluar dari tanah.”
Mendengar itu, mereka pun langsung pergi menuju tempat tersebut, kemudian menggalinya dan mereka menemukannya. Dengan geramnya, mereka menemui Barshisha dan berkata, “Hai musuh Allah, kenapa kamu membunuhnya? Turun kamu!” Lalu ketiganya menghancurkan tempat ibadah Barshisha, kemudian mengikatnya dan mengalungkan tali di lehernya, dan membawanya menghadap sang raja. Barshisha pun mengakui perbuatannya.
Sang raja memerintahkan untuk membunuh dan menyalibnya. Dalam keadaan yang sangat genting, setan putih datang menghampirinya dan berkata,
“Apakah kamu mengenal diriku?”
“Tidak.”
“Aku adalah temanmu yang telah mengajarkan beberapa doa kepadamu. Sungguh celaka kamu, mengapa kamu tidak takut kepada Allah dalam amanah yang kamu khianati? Tidakkah kamu malu kepada Allah? Tidakkah hal ini cukup bagimu, sehingga kamu harus mengakui dan merendahkan dirimu sendiri seperti manusia lainnya? Maka jika kamu mati seperti ini, kamu tidak bahagia dan tidak ada seorang pun yang akan memandangmu.”
“Terus, apa yang harus aku perbuat?”
“Kamu mentaatiku dalam satu hal, maka aku akan menyelamatkanmu dan menutupi mata mereka sehingga membebaskanmu di tempat ini.”
“Apa satu hal itu?”
“Kamu sujud kepadaku.”
Tanpa berpikir panjang, Barshisha pun bersujud kepada setan setelah itu. Melihat itu setan tertawa terbahak-bahak.
Inilah yang selama ini aku inginkan darimu, yaitu kamu kafir, maka aku akan berlepas diri darimu.”
Tak lama kemudian, Barshisha pun disalib dan mati dalam keadaan kafir. Naudzu billah min dzalik!
Ada beberapa hikmah yang bisa kita petik dari kisah di atas
- Hidup ini penuh dengan godaan. Godaan yang paling ditakuti adalah godaan setan dan nafsu dalam diri. Takut, tidak berarti harus lari darinya, tetapi kita harus melawannya dengan sekuat tenaga. Karena setan akan terus mengejar ke mana pun kita lari dan akan sekuat tenaga menggoda dengan rayuan dan pujian.
- Sungguh banyak sekali cara „cerdik‟ namun licik yang dilakukan setan untuk menggoda manusia.
- Semakin kuat ibadah seseorang, akan semakin kuat pula godaan setan terhadapnya. Kalau diibaratkan, jika seseorang dikenal ahli ibadah, maka yang setan yang akan menggoda pun selevel ahli ibadah atau kyai‟.
Oleh karena itu, berhati-hatilah terhadap bujuk rayu setan. Di antara bujuk rayu setan yang harus Anda waspadai sekarang adalah, setan membujuk kita dengan kenikmatan. Ya, dengan kenikmatan. Kenikmatan apa? Kenikmatan melanjutkan tidur setelah azan Subuh.
Kenikmatan dalam selimut yang hangat.
Padahal, kalaulah kita tahu bahwa sesuatu yang dianggap kenikmatan tidak selamanya sebuah kenikmatan, justru ia adalah bencana dan kerugian. Mengapa? Karena bangun subuh merupakan keuntungan. Subuh adalah peningkatan income.
Nah, karena itulah mari kita programkan untuk melawan setan dengan segera menyingkirkan selimut dari badan kita dan segera melipatnya, lalu kita bangun untuk shalat Subuh.
Bagi Anda, yang agak kesulitan bangun Subuh, saya bagikan kepada Anda beberapa tips berikut ini. Untuk memudahkan mengingatnya, kita singkat saja dengan kalimat ringkas,
FAJAR DULU, AH!
F Formulasikan niat yang ikhlas dalam hati
A Adaptasikan tekad yang bulat dalam diri
J Jauhi dosa dan maksiat
A Agendakan waktu untuk senantiasa berdoa
R Rahasia dan keutaamaan ibadah Fajar hadirkan dalam
Hati
D Disiplin mengatur pola tidur
U Ukur pola makan
L Lampu kamar nyalakan, pas terbangun dari tidur
U Usahakan segera bangkit tatkala terbangun dari tidur
A Akan lebih baik, biasakan menggunakan alat pengingat
H Hindari tidur sendirian
- Formulasikan Niat yang Ikhlas dalam Hati
Niat mempunyai peran yang penting dalam suatu pekerjaan. Oleh karena itu, sebagai upaya untuk bisa bangun sebelum waktu Subuh, luruskan niat kita ikhlas karena-Nya.
Ikhlas merupakan tips yang terpenting dalam bangun Subuh. Tanpa keikhlasan, seseorang tidak akan melaksanakan shalat Subuh secara teratur. Itu karena shalat Subuh merupakan standar pembeda bagi orangorang ikhlas dengan orang-orang munafik.
Ikhlas karena Allah diraih dengan kesungguhanmu yang sangat untuk menjadikan Allah ridha terhadap amalan Anda. Dus, Anda siap mengorbankan apa saja demi meraihnya. Keikkhlasan tidak akan muncul, kecuali Anda mengembalikan segalanya kepada Allah . Allah berfirman:
“Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu. Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi. Karena itu, maka hendaklah Allah saja kamu sembah dan hendaklah kamu termasuk orang-orang yang bersyukur.” (QS. Az-Zumar [39]: 65-66)
Menyekutukan Allah di sini termasuk dunia, seluruh isinya yang memikat, serta kecintaan pada nikmat lainnya yang melalaikan untuk melaksanakan shalat Subuh.
Perlu diingat, menyekutukan Allah itu ketika seorang hamba enggan memikirkan besarnya kekuasaan Allah . Dengan menelaah kitab-Nya, melihat kerajaan-Nya, melihat tanda-tanda kekuasaan-Nya dan menelaah ciptaan-Nya, kita akan mengetahui kekuasaan Allah.
Sesungguhnya absen dalam shalat Subuh merupakan tanda terjangkitnya sakit – bukan sakit yang sebenarnya. Sedangkan sakit sebenarnya adalah memandang rendah Allah. Anda tidak berkonsentrasi pada-Nya, tidak mengikhlaskan amal untuk-Nya, tidak melaksanakan perintah-Nya, tidak takut akan peringatan-Nya, tidak mengikuti undang-undang-Nya, dan Anda tidak tunduk pada syariat-Nya! Sehingga, begitu mudah meninggalkan shalat Subuh. Pertanda yang sangat vital akan hilangnya ikhlas.
Kemudian ada lagi suatu hal yang lebih penting. Bukan berarti bila Anda telah menjaga shalat Subuh berjamaah dalam seminggu atau sebulan atau setahun, maka kemudian Anda menjadi golongan orang-orang yang ikhlas. Tidak demikian! Namun Anda harus menjaganya terus menerus, sejak Anda mengetahui nilai shalat Subuh, hingga datangnya kematian.
Masalah ini membutuhkan mujahadah (usaha yang kuat), kesabaran, dan latihan. Orang yang beberapa kali kemudian terputus, bukanlah orang yang ikhlas. Sangat disayangkan apabila sebagian orang Islam membiasakan diri shalat di masjid beberapa kali saja, kemudian meninggalkan kewajiban ini bertahun-tahun.
Kalau sekiranya ia benar-benar shalat karena Allah, ketahuilah sesungguhya Allah itu terus hidup, dan tidak akan pernah mati selama-lamanya. Allah tidak untuk disembah sehari dan disekutukan pada hari yang lain. Atau disembah pada satu kondisi dan disekutukan pada kondisi yang lain. Namun kita wajib menyembah-Nya sepanjang hidup, dan pada setiap kondisi.
Ketika kita melihat beberapa fenomena yang terjadi dalam masyarakat Islam, kita dapati banyak hal yang menyedihkan. Berikut saya paparkan beberapa contoh:
Seorang dai yang menyeru kepada kebaikan, mengajarkan kepada mereka Al-Qur`an dan Hadis, dan mendorong mereka untuk taat. Oleh karena itu, ia pergi melaksanakan shalat Subuh dengan alasan tidak enak hati menyuruh orang lain berbuat baik, sementara dia tidak melakukannya. Apabila ia absen dari hadapan orang-orang tersebut–bepergian misalnya, atau tinggal di daerah lain bukan tempat tinggalnya atau tidak mengajar masyarakat dikarenakan udzur (alasan), atau sebab-sebab lain–maka ia tidak lagi mengerjakan shalat Subuh berjamaah di masjid.
Seorang pegawai atau pekerja yang tugasnya menuntut ia harus bangun pagi-pagi buta, maka ia pun menyempatkan diri untuk shalat Subuh di masjid. Atau mahasiswa yang belajar hingga menjelang subuh karena menghadapi ujian semester ia juga melangkahkan kakinya ke masjid untuk shalat Subuh. Namun, bila jadwal kerja berubah atau ujian semester telah usai merekapun enteng meninggalkan shalat Subuh.
Lalu, di manakah letak keikhlasan?
Muslim yang ketiga sangat membutuhkan Allah dalam suatu urusan. Ia mengalami krisis yang hebat, seperti anaknya sakit, hilang mata pencahariannya, atau kezaliman menimpa dirinya. Maka mulailah ia menjaga shalat Subuhnya, khusuk sekali. Ia berdoa kepada Allah dengan ikhlas. Kemudian tatkala lepas dar krisis, dan masalah yang tengah di hadapi telah usai, maka dia berhenti melaksanakan shalat Subuh.
Dimana keikhlasannya kepada Allah?
Bacalah firman Allah:
“Dialah Tuhan yang menjadikan kamu dapat berjalan di daratan, (berlayar) di lautan. Sehingga apabila kamu berada di dalam bahtera, dan meluncurlah bahtera itu membawa orang-orang yang ada di dalamnya dengan tiupan angin yang baik, dan mereka bergembira karenanya, datanglah angin badai, dan (apabila) gelombang dari segenap penjuru menimpanya, dan mereka yakin bahwa mereka telah terkepung (bahaya), maka mereka berdoa kepada Allah dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya semata-mata. (mereka berkata): “Sesungguhnya jika Engkau menyelamatkan kami dari bahaya ini, pastilah kami akan termasuk orang-orang yang bersyukur. Maka tatkala Allah menyelamatkan mereka, tiba-tiba mereka membuat kezaliman di muka bumi tanpa (alasan) yang benar. Hai manusia, sesungguhnya (bencana) kezalimanmu akan menimpa dirimu sendiri; (hasil kezalimanmu) itu hanyalah kenikmatan hidup duniawi, kemudian kepada Kami-lah kembalimu, lalu kami kabarkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. Yunus [10]: 22-23)
Alkisah, ada salah seorang ustadz yang bekerja sebagai salah seorang imam di salah satu masjid pada sebuah negara dengan gaji setiap bulan. Saat beliau menjadi imam dalam semua shalat, beliau juga memberikan pelajaran dan khutbah. Lalu setelah habis maka kerjanya satu tahun tetapi belum diperbaharui kontraknya (sebagai imam), maka terpaksa ia bekerja dengan profesi lain di tempat itu juga. Walau dekat dengan masjid tapi ia berhenti dari shalat Subuh dan sebagian besar shalat yang lain. Dulu, ketika ia menjadi imam ia anggap itu sebagai “profesi”.
Namun ketika “profesi” itu hilang, maka hilang juga shalatnya.
Apa yang demikian tadi lebih pantas dinamakan ikhlas?
Ikhlas merupakan sarana yang paling utama untuk menjaga shalat Subuh, dan sarana paling pokok dalam segala amal kebaikan dan ketaatan. Setan begitu mudah menggoda setiap hamba, kecuali yang ikhlas di antara mereka.
“Iblis menjawab: “Demi kekuasaan Engkau Aku akan menyesatkan mereka semuanya, Kecuali hamba-hambaMu yang mukhlis di antara mereka.” (QS. Shad [38]: 82-83)
Berhati-hatilah Anda dari mangsa setan, dan bekali diri dengan senjata ikhlas.
Untuk menutup bagian ini marilah kita renungkan kisah berikut ini!
Dahulu, hiduplah seorang ahli ibadah. Ia telah puluhan tahun beribadah kepada Allah. Suatu hari datanglah sejumlah orang kepadanya untuk memberitahukan bahwa ada satu kaum yang mengeramatkan sebuah pohon bahkan sampai disembahnya. Mendengar hal itu si ahli ibadah merasa sangat berkewajiban menumpas kemungkaran yang mereka lakukan. Segera ia mengambil sebuah kapak lalu pergi ke tempat pohon tersebut untuk menebangnya.
Di tengah perjalanan si „Abid‟ Sang ahli ibadah dihadang oleh Iblis yang menjelma menjadi seorang kakek. Sang kakek itu pun bertanya, “Hendak kemana, wahai orang yang dimuliakan Allah?” si ‟Abid menjawab dengan jujur, “Aku hendak menebang pohon yang disembah banyak orang.” Sang kakek pun bertanya lagi, “Apa urusanmu dengan pohon itu? Sesungguhnya Anda telah meninggalkan kesibukan untuk beribadah kepada Allah, dan bukankah menebang pohon itu bukan urusan Anda?” merasa dihalangi, sang ahli ibadah pun menjawab, “Tidak! Ini juga termasuk tugas dan ibadahku.” “Kalau demikian aku tidak akan membiarkan Anda menebang pohon keramat itu.” Lanjut kakek.
Kemudian terjadilah perkelahian dan sang kakek itu pun dapat dilumpuhkan. Tubuh sang kakek yang terkapar di atas tanah itu dibelenggu. Sang kakek pun menghiba, “Tolong lepaskan aku. Ada sesuatu yang ingin aku bicarakan kepada kepada Anda.” Maka dilepaskanlah ikatan itu, dan sang kakek pun berkata, “Mengapa Anda lakukan hal ini? Sesungguhnya Allah telah membebaskan dari tugas ini dan tidak mewajibkan Anda untuk melakukannya, toh Anda tidak menyembah pohon tersebut. Lalu apa urusan Anda dengan orang lain. Bukankah Allah punya banyak Nabi di berbagai tempat. Jika Dia menghendaki niscaya akan diangkatnya dari mereka untuk menebang pohon tersebut.” Sang ahli ibadah pun tetap tegar seraya menjawab, “Bagaimanapun aku tetap berkewajiban untuk menebangnya.” Sekali lagi terjadilah perkelahian itu, dan kemenangan tetap berada di pihak ahli ibadah. Sang kakek menyadari bahwa kemenangan itu terjadi semata-mata karena si ‟Abid memiliki senjata yang paling ampuh yaitu keikhlasan. Selama keikhlasan masih ada pada dirinya, maka tiada sesuatu kekuatan pun di bumi ini yang sanggup mengalahkannya.
Sang kakek pun mulai berpikir untuk membelokkan keikhlasan tersebut seraya berkata, “Sebenarnya aku kasihan melihat Anda diremehkan masyarakat karena miskin dan tidak berharta. Bukankah dengan harta itu Anda akan mendapat kedudukan di hadapan rekan-rekan Anda? Dengan harta pula Anda dapat menyantuni tetangga yang miskin dan menolong siapapun yang butuh bantuan. Bukankah itu amalan yang terpuji?” Si „Abid pun mulai goyah, “Benar juga yang Anda katakan.” Sambungnya.
Pulanglah si „Abid setelah bernegosiasi dengan membawa janji sang kakek, bahwa tiap hari dia akan menyediakan uang sebanyak dua dirham sebagai imbalan karena mengurungkan niatnya untuk menebang pohon tersebut.
Akhirnya si ‟Abid itu pun telah ditaklukkan iblis yang menjelma menjadi kakek tadi sehingga ia menukarkan keikhlasan dengan dua dirham tiap hari. Namun, iblis ya tetap iblis, kalaulah hari-hari yang lalu ia masih rutin memberikan uang kini tidak lagi. Si ‟Abid pun marah karena telah diperdaya oleh iblis. Diangkatlah kembali kapak yang telah lama disandarkan itu. Ia bergegas pergi untuk menebang pohon yang dikeramatkan.
Di tengah jalan, kembali ia di hadang sang kakek jelmaan iblis itu. Dialog pun terjadi seperti pada awal si ‟Abid itu hendak menebang pohon sampai terjadi perkelahian. Si „Abid itu pun kalah dan kalah lagi. Ia heran, lalu bertanya, ”Mengapa aku jadi tak berdaya, bukankah tempo hari aku dapat mengalahkanmu dengan mudah?” Kakek menjawab, “Ketahuilah, tempo hari Anda marah dan berniat menebang pohon itu semata-mata hanya karena Allah dan mengharap pahala akhirat, maka dengan mudah Anda mengalahkan diriku karena mendapat pertolongan dari Allah dan kini, ketahuilah Anda marah karena memperturutkan hawa nafsu dan karena harta, makan dengan mudah aku dapat mengalahkanmu.”
-
Adaptasikan Tekad yang Kuat dalam Diri
Tekad seseorang bisa menguat, juga bisa melemah. Bisa saja di siang atau sore hari, seseorang punya tekad untuk bangun sebelum Subuh, lalu di malam hari tekad melemah atau menurun karena kelelahan setelah beraktivitas seharian, atau karena kondisi kesehatannya yang kurang fit. Saat ia tidur, menipislah tekadnya untuk bisa bangun sebelum Subuh.
Ada juga orang yang pada saat mau tidur sudah berniat untuk terlambat bangun. Tidak ada orang yang mengganggu tidurnya atau membangunkannya saat Subuh tiba. Bahkan ia akan marah bila ada yang berani membangunkan atau berisik. Tekad lembek seperti ini tidak akan membantu untuk menyelesaikan masalah bangun kesiangan, justru akan membenarkan (justifikasi) kepada dirinya bahwa ia wajar kalau bangun kesiangan karena kecapaian atau tidak enak badan.
Padahal, seandainya sebelum tidur ada pengumuman dari masjid atau mushalla terdekat, “Siapa saja yang shalat sunah Fajar dan datang ke masjid untuk shalat Subuh berjamaah akan mendapatkan hadiah dari seorang konglomerat, sebanyak Rp. 1 milyar per orang.” Bagaimanapun kondisi tubuh kita maka kita akan memaksakan diri untuk bisa datang membawa hadiah itu, walaupun kelelahan dan harus digendong oleh anak kita atau saudara kita.
Ya, untuk uang satu milyar, tekad itu selalu ada. Namun, adakah tekad untuk melaksanakan shalat Subuh yang memiliki keutamaan luar biasa, yang nilainya lebih besar daripada uang 1 milyar?
Jadi, bukatkan tekad, terutama saat mau memejamkan mata, untuk bangun sebelum Subuh agar bisa shalat sunah Fajar dan tidak ketinggalan shalat di mushalla atau masjid terdekat. Kemudian setelah itu, bertawakallah kepada-Nya.
“Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad maka bertawakallah kepada Allah.” (Q.s. Ali Imran [3]: 159)
-
Jauhi Dosa dan Maksiat
Shalat Subuh merupakan hadiah dari Allah, tidak diberikan kecuali kepada orang-orang yang taat lagi bertaubat.
Hati yang diisi dengan cinta kemaksiatan, bagaimana mungkin akan bangun untuk shalat Subuh? Bagaimana mungkin hati yang tertutup dosa akan terpengaruh oleh hadis-hadis yahg berbicara tentang keutamaan shalat Subuh? Bagaimana mungkin mendengar panggilan azan “Hayya alash Shalah” (mari shalat), “Hayya „alal falah” (mari mencari kemenangan)?
Bagaimana hati ini akan khusyuk zikir kepada Allah dan melaksanakan segala bentuk kebenaran? Bagaimana mungkin itu akan terjadi bila hati telah diselimuti kemaksiatan?
Diriwayatkan dari Abu Hurairah , Rasulullah bersabda:
إِنَّ الًْ ُؤْيِ ٌَ إِذَا أذٍَْبََ ذَجْتاً كََ ـَجْ ٍسُْخثٌَ شَ دَْاءُ فِِْ قَوتُِْ ِ فإَِنْ حاَبَ وَ زََعَ وَاشْخَغْفَرَ صُقِنَ قَوتُْ ُُ فإَِنْ زَادَ زَادَتْ فَذَلكَِ الرَّانُ الَّذِيْ ذَلَرَهُ اللهُ فِِْ لِخاَةُِ ِ كََلَّ ةنَْ رَانَ عََلَ قُوُ ْْبـِّ ِىْ يَاكََ ٍُ ْا يسَْصِتُ ْ نَ
“Sesungguhnya seorang mukmin bila melakukan satu dosa, maka setitik noktah hitam akan mengotori hatinya, jika ia bertaubat dan meninggalkannya serta meminta ampun kepada Allah, maka hatinya akan bening. Dan apabila bertambah dosanya maka bertambah pula noktah hitam tersebut. Dan itulah kerak penutup (hati) yang disebutkan Allah dalam kitab-Nya: „Sekali-kali tidak demikian, sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup hati mereka.” (HR. Tirmidzi, Ahmad, dan Ibnu Majah)
Absen kita dalam shalat Subuh merupakan musibah. Allah berfirman:
“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri.” (Q.s. Asy-Syura [42]: 30)
Carilah dosa-dosa kita dengan teliti. Dosa mata, dosa, dosa-dosa kita dalam bermasyarakat, atau dosa-dosa dalam berhubungan dengan orang tua, atau dosa-dosa hati akibat kesombongan, ujub, iri dengki, marah, pamer dan lain-lain.
Yang tak kalah pentingnya, jangan meremehkan dosa sekecil apapun. Bisa jadi dosa ini penyebab absen kita dalam shalat Subuh.
Abdullah bin Mas‟ud . meriwayatkan, bahwa Rasulullah bersabda:
إيِاَّزُىْ وَمُقََّرَاتِ الذٍُُّ بِْ فإَِجَّّ ُ ٌَّ يـَشْخَ ِػْ ٌَ عََلَ الرسَُّنِ ضَتََّّ
حَّ ْوِمََْ ُُ
“Jangan sampai kalian meremehkan dosa-dosa, karena dosa-dosa itu bila berkumpul pada seseorang, akan menghancur-kannya.” (HR. Ahmad)
Lepaskan kemaksiatan dengan segera. Sesalilah dengan penyesalan yang sungguh-sungguh, segala apa yang telah berlalu, dan bertekadlah untuk tidak berbuat dosa lagi. Kembalikanlah hak-hak kepada pemiliknya.
Mari ukir lembaran baru bersama Allah. Kalau Anda melakukan hal ini dengan jujur, Allah akan memberi Anda hidayah-Nya dan pemberian-Nya. Di antara pemberianNya adalah kemampuan shalat Subuh berjamaah dengan segenap keutamaan dan kebaikan yang terkandung di dalamnya. Semoga Allah memberi hidayah dan taubat ini kepada saya, Anda, dan umat Islam pada umumnya.
-
Agendakan Waktu untuk Senantiasa Berdoa
Doa mempunyai peranan yang penting dalam hidup kita, terutama saat menghadapi permasalahan hidup, baik yang berkaitan dengan dunia maupun akhirat. Karena itu, janganlah meremehkan doa, apalagi meninggalkannya. Berdoa dan memohonlah kepada Allah dalam segala hal yang kita inginkan, termasuk shalat sunah Fajar dan shalat Subuh berjamaah karena doa merupakan senjatanya orang mukmin.
Ingatlah….! Siapa yang kuasa untuk membangunkan Anda sebelum waku Subuh datang? Siapakah yang membangkitkan Anda dari tidur.
“Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya; maka Dia tahanlah jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditetapkan. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berpikir.” (QS. Az-Zumar [39]: 42)
Maka, berdoalah saat merebahkan diri di pembaringan sebelum tidur dengan doa-doa yang telah diajarkan Rasulullah agar Allah senantiasa melindungi kita dari gangguan setan serta gangguan lainnya. Memohonlah kepada Allah agar Dia membangunkan kita sebelum waktu Subuh datang.
Diriwayatkan dari Hudzaifah bin Al-Yaman , “Rasululullah apabila berbaring di tempat tidurnya beliau berdoa: ةاِشْـً ِكَ الوَّّ ُىَّ أوَُ تُْ وَأضَْيَا
“Dengan asma-Mu, ya Allah, aku mati dan hidup.”
Ketika bangun, beliau berdoa:
اهَـْطَ ْدُ للهِ الَّذِيْ أضَْيَا اَ بَػْدَ يَا أيََاتَ اَ وَإلَِحُْ ِ اهنظُُّ ْْرُ
“Segala puji bagi-Mu, ya Allah, yang telah menghidupkan kami kembali setelah mati dan kepada-Nya tempat kami kembali.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Banyak orang yang saat menjelang tidur tidak mau berdoa. Akhirnya, setan mengganggunya. Berjam-jam lamanya ia tidak bisa tidur. Kalaupun bisa tidur, biasanya sudah larut malam. Bahkan, ada juga yang baru bisa tidur ketika mendengar lantunan azan Subuh sehingga bangunnya kesiangan dan shalat Subuh terlewatkan. Atau, ada juga yang bisa tidur, namun tidak nyenyak. Sebentar tidur, sebentar bangun sehingga ia susah untuk bangun Subuh. Kalaupun dipaksakan maka matanya masih lengket dan pikirannya melayang. Oleh karena itu, sayangilah diri Anda dengan senantiasa berdoa sebelum tidur.
-
Rahasia dan keutamaan ibadah Fajar hadirkan dalam hati
Ini merupakan cara yang cukup membantu untuk memompa semangat, berlomba-lomba dalam kebaikan, bangun pagi-pagi, yaitu mengingat-ingat keutamaan dan rahasia ibadah Fajar. Tidak sedikit orang malas dan kurang bersemangat untuk melaksanakan suatu hal karena ketidaktahuan akan pentingnya hal tersebut.
Tidak ada salahnya kalau mulai dari sekarang kita membaca dan menelaah keutamaan bagi orang-orang yang menegakkan shalat Sunah Fajar dan shalat Subuh.
Lihatlah orang yang mengetahui keutamaan olahraga dan udara segar di Subuh hari. Dengan semangat mereka bangun Subuh, lalu berolahraga. Begitu juga orang yang bekerja karena mereka mengetahui dan merasakan betapa besarnya keuntungan yang mereka dapatkan dari usahanya ia rela untuk cepat bersiap-siap menjalani bisnis.
Kalau perlu, tulislah keutamaan-keutamaan tersebut, kemudian tempel di tempat yang mudah dilihat atau sering ditatap. Semoga dengan begitu, kita akan mengingat dan diingatkan terus akan keutamaan ibadah Fajar. Pada akhirnya kita akan terpicu untuk melaksanakannya dan merasa rugi besar bila meninggalkannya.
-
Disiplin mengatur pola tidur
Apakah tidur itu harus kita pelajari? Ya. Kita harus belajar bagaimana cara tidur yang benar, yaitu cara yang dianjurkan Rasulullah . Bagaimana cara tidur seperti ini?
Tidur Lebih Awal
Ini bukan sesuatu yang remeh, juga bukan diperuntukkan bagi anak-anak saja. Tetapi, hal itu merupakan sunah nabawiyyah. Penelitian ilmiah dan nalar pun menguatkan pendapat ini. Ini merupakan bukti keunggulan agama Islam.
Allah telah menjadikan semua makhluk tidur pada waktu malam dan bangun di siang hari. Hal ini berlaku bagi segala macam binatang, ikan dan tumbuh-tumbuhan. Demikian pula tabiat manusia. Karena itulah, Allah menjadikan matahari menerangi manusia di siang hari sebagai ungkapan kecintaan-Nya pada mereka agar mereka bangun. Allah menjadikan malam itu gelap untuk memudahkan mereka tidur. Ini merupakan bukti adanya Allah. Dengan seperti itu saja, masih banyak manusia yang mengingkari.
Mereka mengira–khususnya para pemuda–seseorang yang disebut perkasa begadang malam dalam waktu yang panjang, lalu pada siang hari dihabiskan untuk tidur. Di manakah letak keperkasaannya?
Allah berfirman:
“Allah-lah yang menjadikan malam untuk kamu supaya kamu beristirahat padanya; dan menjadikan siang terang benderang. Sesungguhnya Allah benar-benar mempunyal karunia yang dilimpahkan atas manusia, akan tetapi kebanyakan manusia tidak bersyukur.” (QS. Ghafir [40]: 61)
Allah menciptakan tubuh kita, memberinya hormon, mengatur semua sendi-sendinya, yang semuanya beristirahat di waktu malam, dan bekerja di waktu siang. Apabila manusia menyalahi ini, maka alat-alat tubuhnya tidak akan bekerja dengan baik.
Mereka yang mempelajari struktur tubuh manusia dan alam, telah menemukan rahasia ini. Para peneliti memberikan nasihat supaya tidur lebih awal dan bangun lebih cepat (pada waktu shalat Subuh). Penelitian ini ditemukan setelah beberapa abad tertulis dalam kitab Allah dan sunah Nabi. Akan tetapi yang paling menyedihkan, mereka sudah mengerjakan ini, sementara kita malah mengabaikannya.
Orang Barat, mendisiplinkan tidur. Waktu tidur mereka di awal. Sekitar jam delapan atau jam sembilan malam, mereka telah naik ke pembaringan. Ini bukan suatu hal yang ganjil! Jarang sekali Anda menemukan seseorang di jalan setelah waktu itu.
Mereka tidur lebih cepat bukan karena tidak ada yang membuat mereka terjaga semalaman. Bahkan mereka memiliki lebih dari itu. Televisi, parabola, kasino, kedai 24 jam, alat-alat musik, dan kawan-kawan pesta, semua ini telah tersedia. Namun kepentingan dunia membuat mereka tidur dan bangun lebih awal. Sistem sedemikianlah yang tercermin dalam kehidupan mereka. Tepat waktu, usaha sukses, kemaslahatan tak terbengkalai, dan semua bekerja penuh semangat.
Saya mengatakan itu bukan berarti saya terkesima dengan disiplin mereka. Sebagian orang berkeyakinan, semua adalah hasil kreasi mereka. Bukan demikian. Saya katakan hal ini, karena saya merasa sedih. Kita memiliki kekayaan yang tidak ternilai harganya. Ialah kitab Allah, sunah Rasulullah , namun banyak orang yang enggan menggunakan dan memanfaatkannya sebaik mungkin.
Yang motivasi orang-orang Amerika, Jepang, Cina, Jerman, Inggris, atau bangsa lain yang dikenal bersemangat dalam mencari harta dunia, sesungguhnya adalah nilai-nilai Islam.
Itu bukan penemuan atau peraturan baru. Mereka yang telah mencapai kemajuan berupa materi dan kehidupan teratur bukan karena apa-apa, kecuali mereka berjalan di atas sunah kauniyah (aturan alam) yang ditetapkan Allah . Allah telah menjanjikan bahwa mereka yang menjalaninya akan dapat menggapai apa yang diinginkan. Tak peduli mukmin, fasik atau kafir.
“Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan.” (QS. Hud [11]: 15)
Satu pertanyaan buat Anda: mengapa Anda tidak tidur di awal waktu? Mengapa orang-orang Islam menghabiskan malam dengan begadang?
Sebagian besar umat Islam menghabiskan malamnya dengan begadang di depan televisi. Padahal mereka menyadari lebih banyak dampak negatifnya dibanding nilai positifnya. Waktu mereka habis dan tenaga hilang siasia begitu saja.
Sebagaimana yang lain menghabiskan waktu dalam kerja mereka. Meski mereka bekerja dengan sungguhsunggguh, namun waktu yang penuh berkah di pagi hari berlalu begitu saja. Itu karena mereka tidak akan mampu untuk bangun pagi-pagi sekali.
Ada sebagian kaum Muslimin yang lain lagi. Mereka tengah menuntut ilmu, baik laki-laki maupun perempuan, selalu begadang malam untuk belajar. Padahal ahli kedokteran telah sepakat, otak sangat berkonsentrasi di pagi hari, dan adalah lebih berberkah seribu kali lipat bila seorang pelajar menyempatkan belajar setelah Subuh daripada begadang malam.
Golongan yang lain lebih parah dari sebelumnya. Mereka adalah sebagian pemuda yang nongkrong di kedaikedai kopi dan kafe sampai menjelang fajar. Mereka sibuk dengan permainan sembari menenggak bermacam-macam minuman keras. Mereka menghambur-hamburkan waktu. Mulai dari permainan video game, asyik browsing internet, bermain bilyard, atau lintingan ganja, kebiasaan nongkrong di pinggir jalan sambil mengisap rokok. Serta masih banyak yang lebih parah dari itu.
Begitu memprihatinkan, sebab kebanyakan mereka adalah orang-orang Muslim berasal dari kalangan keluarga-keluarga terpandang. Namun yang lebih menyedihkan lagi, mata hati mereka telah buta, mati, dan gelap. Saya tidak tahu di mana orangtua mereka dan orang-orang yang bertanggung jawab memberikan pengarahan pada mereka?
Hai orang-orang Muslim, sadarlah! Kita tidak akan mendapatkan tempat mulia di antara umat-umat yang ada sekarang dengan cara hidup yang sudah terbalik dari ketentuan Allah. Kita tidak akan mendapatkan tempat di antara orang-orang mukmin di akhirat nanti dengan menyia-nyiakan kewajiban-kewajiban terhadap Allah .
Jelas, begadang bukanlah satu-satunya penyebab musibah yang menimpa kita. Dia hanyalah salah satu akibat, sekaligus menjadi penyebab dari perubahan kondisi dan hilangnya gaya hidup, serta kekeliruan pemahaman.
Rasulullah sebagai pembimbing yang agung telah mengajari kita dan seluruh umat agar tidur lebih awal semampu mungkin. Agar kita mampu memanfaatkan waktu malam dan siang dengan baik.
Diriwayatkan dari Imam Bukhari dan Muslim dari Abu Barzah bahwa Rasulullah tidak suka tidur sebelum „Isya (supaya tidak ketinggalan shalat „Isya), dan tidak suka ngobrol sesudahnya.
Tidak ada pembicaraan setelah Isya, kecuali karena kebutuhan yang jelas dan kemaslahatan yang tidak bisa ditangguhkan lagi. Bila memang ada kepentingan yang mendesak setelah Isya, dilakukan dalam tempo yang sangat singkat.
Demikian, Islam adalah metode yang begitu sempurna. Tidak ada celah untuk memberikan tambahan pada ajaran Islam ini pada semua sisinya, apalagi dengan standar keinginan hawa nafsu.
Islam merupakan satu rangkaian. Kalau Anda mengambilnya secara keseluruhan tentu akan bermanfaat bagi Anda baik di dunia maupun di akhirat. Namun apabila Anda memilah-milah sesuai dengan keinginan hawa nafsu Anda, dia tidak akan memberi manfaat, baik di dunia maupun di akhirat.
“Dan bahwa (yang kami perintahkan ini) adalah jalanKu yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa.” (Q.s. AlAn‟am [6]: 153)
Umumkan Jam Tidur Anda
Sebisa mungkin sampaikan pada orang lain jam-jam tidur Anda. Anda bisa menyampaikan, “Saya tidur sore supaya bangun lebih awal”. Dengan begitu, mereka akan tahu bila Anda tidak menerima kunjungan, telepon, janji dan pekerjaan setelah jam sembilan atau jam sepuluh. Tak ada yang membuat Anda malu dengan peraturan ini. Sebaliknya, rasa malu seharusnya muncul dari pihak lain yang telah menukar fitrahnya, menukar keadaannya, dan merubah standar baku yang telah terbentuk di alam ini.
Ini merupakan kesempatan berdakwah. Anda bisa memberi pengertian pada kenalan, kolega dan temanteman dekat agar Anda tidur lebih cepat untuk bangun lebih awal. Dengan demikian, Anda telah melaksanakan sunah Rasulullah itu semua demi menjaga kewajiban shalat Subuh. Insya Allah, orang lain mencontoh Anda, dan Anda akan mendapat pahala.
-
Ukur pola makan
Usahakan perut tidak terlalu lapar dan tidak terlalu kenyang. Apabila kita mau tidur, sedangkan perut kita lapar sekali, niscaya mata kita akan susah untuk terpejam. Kalau hal itu dibiarkan dan tidak segera diatasi maka akan mengganggu siklus istirahat kita. Semakin malam ia tahan lapar, semakin enggan juga mata terpejam. Akhirnya, kita tidur larut malam, bahkan menjelang pagi.
Begitu juga, apabila perut kita terlalu kenyang. Biasanya akan mengalami susah tidur. Atau sebaliknya, mata kita tidak bisa ditahan lagi, akhirnya tidur pulas. Karena saking pulasnya dan perut terlalu penuh, akhirnya kesiangan dan shalat Subuh pun lupa dilakukan.
Rasulullah memberikan takaran proporsional bagi غَ ٌِ ال ْ ِقْدِامِ ةٌْ يَػْدِيسَْربِ حَقُ ْلُ شَ ِػْجُ رشَُ ْلَ اللهِ حَقُ ْلُorang yang makan.: يَا وَلَََ آدَ يمِِ وعََِِءً شًََّا يِ ٌْ بَطْ ٌِ ضَصْبُ الآدِمِِِّ هقَُيْ َاتٌ يقًُِ ْ ٌَ صُوتَُْ ُ، فإَِنْ غَوتََجِ الآدِمُِِّ جَفْصُُ ُ، ذَرُودٌُ لوِطَّػَامِ وَذوُدٌُ لوِشََِّّابِ وَذوُدٌُ لوِ ََّفْ سِ
“Diriwayatkan dari Miqdam bin Ma‟dikarib, dia berkata, saya mendengar Rasulullah bersabda, “Tidak ada wadah yang lebih jelek daripada perutnya anak Adam (manusia). Cukuplah bagi dia memakan beberapa suap (makanan) yang bisa menegakkan punggungnya. Kalaupun makan banyak (karena nafsu makannya yang tinggi) maka bagilah (porsi perutnya), sepertiga untuk makanan, sepertiga lagi untuk minuman, dan sepertiga lagi untuk pernapasan (udara).” (HR. Ibnu Majah)
-
Lampu Kamar Nyalakan, Pas Terbangun dari Tidur
Kalau saat mau tidur lampu ruangan kita padamkan maka kita akan kesulitan untuk mengetahui jam berapa kita terbangun. Karena terkadang kita merasa tidur sudah cukup lama, padahal begitu kita bangun dan meelihat jam, ternyata masih pukul 01.00. Atau sebaliknya, kita merasa baru tidur sebentar, begitu terbangun, ternyata jarum jam sudah menunjukkan angka 06.00.
Maka dari itu, untuk memastikan jam berapa kita bangun serta untuk memberikan tatapan cahaya kepada mata kita yang belum terbuka secara sempurna, maka tidak ada salahnya kalau begitu kita terbangun, langsung saja kita menyalakan lampu di ruangan kita agar mata kita terbelalak.
Sungguh! Hal itu sangat membantu kita agar kita tidak ragu lagi untuk mengetahui waktu Subuh sebentar lagi akan datang atau belum. Kita juga harus segera bersiap diri, meninggalkan kasur, bantal dan selimut untuk meraih kasur, bantal, dan selimut yang telah dijanjikan Allah di surga-Nya kelak.
-
Usahakan Segera Bangkit Tatkala Terbangun dari Tidur
Apabila kita tiba-tiba terbangun dari tidur, entah itu karena bangun sendiri atau karena dikagetkan alarm atau jam weker yang berdering nyaring, atau dibangunkan orang lain, segeralah bangkit dari tempat tidur. Jangan hanya membuka mata, lalu membetulkan selimut yang terlepas, atau mengubah posisi tidur kemudian melanjutkan tidur. Hal ini akan membuat kita kebablasan dan akhirnya kesiangan.
Banyak orang, yang sejatinya, telah mendengar azan Subuh berkumandang atau lantunan ayat Al-Quran menjelang Subuh, tapi ia tetap berbaring di tempat tidur, atau berpikir, “Sebentar lagi ah…nunggu tilawah Al-Qurannya selesai.” Semenit kemudian ia terlelap lagi. Dan begitu bangun, ternyata matahari sudah terbit.
Ia terjebak dalam angan-angan yang dihembuskan setan. “Tidurlah sebentar lagi, malam „kan masih panjang.” Atau, “Tunggu dulu, kamu „kan masih capek, nanti di tempat kerja ngantuk lho….!” dan bujukan-bujukan lainnya yang menggoda.
Bangkitlah segera dari ranjang dan pembaringan. Take actions! Jangan hanya diam. Berdirilah tegak dan gerak-gerakkan anggota badan sambil menuju kamar mandi. Kemudian bersiap-siaplah untuk menyambut seruan Allah .
-
Akan Lebih Baik, Biasakan Menggunakan Alat Pengingat
Berikut ini alat pengingat yang bisa membantu Anda untuk bangun tidur sehingga bisa melaksanakan shalat Subuh berjamaah.
Jam weker
Jam weker merupakan perantara utama untuk bangun dari tidur. Bila Anda memasang bel setelah shalat Subuh, hal ini menunjukkan Anda sengaja meninggalkan kewajiban shalat Subuh. Ini indikasi yang sangat berbahaya. Kita memohon keselamatan bagi saya dan Anda.
Ada nasihat khusus berkenaan dengan jam weker.
- Pasang jam weker tepat saat shalat saat shalat Subuh, sehingga ketika jam berbunyi, azan Subuh pun berkumandang. Maka Anda bisa mendengar suara azan yang sangat indah: Hayya „alash shalah…Hayya „alal falah. Kalimat ini insya Allah akan menggerakkan hati, ruh dan jasad Anda untuk bangun.
- Pada fase awal ini, tak perlu bermuluk-muluk shalat Tahajud di sepertiga malam. Apabila Anda belum terbiasa bangun, meski Anda pasang bel seperempat jam–atau bahkan 5 menit saja–sebelum shalat Subuh, kemungkinan besar Anda akan mematikan bel tadi dan tertidur kembali. Berhati-hatilah, ini merupakan menit-menit yang sangat penting dalam hidup Anda! Dan ini juga lima menit yang akan mengajak Anda untuk meninggalkan kewajiban terhadap Allah .
- Oleh sebab itu, berlatihlah secara bertahap. Pertama kali usahakan komitmen pada shalat Subuh. Bila Anda yakin mampu bangun pada saat itu, kalau Anda sudah merasakan nikmatnya shalat Subuh, silakan memajukan jam weker beberapa menit untuk shalat malam. Selanjutnya majukan lebih banyak lagi dan lebih banyak lagi sesuai kemampuan Anda.
- Usahakan membeli jam weker yang bersuara ribut, bukan yang bermusik, sehingga mampu membangunkan Anda.
- Bila memungkinkan, beli jam weker lebih dari satu. Lalu pasang pada setiap jam dengan beda waktu lima menit, sehingga Anda tetap berkesempatan untuk bangun, apabila secara tak sengaja mematikan salah satu jam weker.
- Jika Anda sudah terbiasa dengan suara jam weker, tak ada salahnya saling menukar jam weker dengan kawan yang lain sehingga lebih bisa membangunkan Anda.
- Jauhkan jam weker dari tangan Anda. Letakkan pada jarak tertentu, sehingga untuk sekadar mematikannya, Anda harus bangun.
- Upaya ini insya Allah memungkinkan untuk membangunkan Anda.
Telepon
Buatlah janji dengan kawan, “Siapa yang bangun lebih awal dulu, ia harus membangunkan yang lain dengan telepon.” Dengan ini pula, Anda telah menolong dengan kawan dalam kebaikan.
Bila perlu, adakan pembicaraan lewat telepon dalam tempo yang pendek sehingga tidak akan tidur lagi. Yang penting, jika „membangunkan kawan-kawan‟ sudah menjadi tanggung jawab Anda, rasa bertanggung jawab itu akan mendorong Anda untuk bangun. Insya Allah!
Bel Pintu
Buatlah kesepakatan dengan tetangga untuk menghampiri Anda dengan mengebel pintu supaya Anda terbangun. Ini merupakan teknik yang jitu. Agaknya begitu sulit, apabila Anda bangun membukakan pintu kemudian kembali tidur. Namun jangan lupa mengatakan kepada keluarga, bahwa akan ada yang mengetuk pintu di waktu Subuh. Sehingga semua penghuni rumah tidak merasa terganggu dengan bel pintu tersebut. Semoga Allah memberikan petunjuk pada kita dalam melakukan kebaikan.
-
Hindari tidur sendirian
Usahakan jangan tidur sendirian, apalagi ditambah dengan mematikan cahaya lampu dan mengunci pintu kamar. Kondisi seperti ini sangat melenakan. Kalaupun di kamar kita ada jam, kita tidak akan mampu melihat jam berapa kita terbangun dari tidur karena ruang gelap.
Kalau ada saudara kita yang ingin membangunkan, ia pun tidak bisa menjumpai kita secara langsung. Palingpaling ia hanya bisa mengetuk-ketuk pintu, itu pun kalau kedengaran oleh kita. Kalau telinga kita sudah penuh dengan kencing setan, niscaya kita akan susah mendengar suara ketukan tersebut, termasuk suara lantunan azan yang berkumandang.
Kalau kita tidak tidur sendirian maka kita pesan ke teman tidur (istri, anak, suami, saudara, teman atau kerabat) untuk membangunkan bila telah datang waktu Subuh. Atau sebaliknya, kalau kita yang bangun duluan, kita bertugas untuk membangunkan mereka. Dengan begitu kita saling membantu sama lain. Dengan cara itulah godaan setan akan lebih mudah kita atasi.
Atau dengan cara lain yang serupa. Kalau kita terpaksa tidur sendirian, kita bisa berpesan kepada teman atau saudara untuk membangunkan kita. Seperti minta tolong kepada teman atau tetangga dekat untuk menelpon kita di saat menjelang waktu Subuh. Kita bisa membuat kesepakatan yang sama dengan beberapa teman atau saudara untuk bisa saling mengingatkan satu sama lain. Bila si A bangun duluan maka dialah yang menelpon untuk membangunkan teman-teman lainnya. Kalau yang si B bangun duluan maka dialah yang melaksanakan tugas tersebut. Begitu jika si C yang bangun terlebih dahulu. Biasanya, hal seperti ini banyak dilakukan pada bulan Ramadhan, guna melaksanakan ibadah sahur. Namun, entah kenapa, kebiasaan baik ini ditinggalkan seiring berakhirnya Ramadhan. Padahal, akan lebih baik seandainya terus dilakukan (dibiasakan) di luar Ramadhan juga.
Dengan kata lain, bekerjasama dengan orang lain. Ini adalah termasuk aktivitas dan perbuatan yang sangat dianjurkan oleh syariat Islam. Allah befrirman:
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa.” (QS. Al-Maidah [5]: 2)
Siapa saja yang bangun terlebih dahulu, lalu membangunkan teman-temannya yang lain atau menelponnya maka ia akan mendapatkan pahala yang berlipat-lipat.
Saudaraku pecinta Subuh. Demikianlah tips-tips yang bisa saya uraikan kepada Anda. Semua ini tidak lain dan tidak bukan, hanyalah bentuk dari ikhtiar untuk melaksanakan ajaran Islam secara kaffah, di antaranya yaitu mendirikan shalat Subuh tepat waktu dengan melaksanakan shalat sunah Fajar sebelumnya. Kendati pun demikian, saya sadar bahwa hanya Allahlah semata yang kuasa memberikan kekuatan untuk melaksanakan ajaran itu. Human procces. God disposes. Manusia hanya merencanakan, Tuhan yang menentukan. Di antara perencanaan itu adalah senantiasa mengerjakan tips-tips cerdik di atas. Semoga Allah senantiasa memberikan rahmat dan taufik-Nya sehingga kita diberi kekuatan untuk membiasakan amalan-amalan sunah yang mengiringi kewajiban, termasuk shalat sunah Fajar.
#Syaiful_Anwar
#Fakultas_Ekonomi
#Universitas_Andalas
#Kampus2_Payakumbuh
#Kedahsyatan_Subuh
#Agar_Mudah_Bangun_Subuh