Khazanah
Oleh : Syaiful Anwar
Dosen FE Unand Kampus II Payakumbuh
“Cintai Ayat-ayat Ilahi, maka rezeki akan menghampiri.” Ahmed Rich
Rahasia Kehidupan Adalah Memberi
The Secret Of Living Is Giving. Rahasia kehidupan adalah memberi. Sebagaimana yang disabdakan Nabi Saw., “Sebaik-baik manusia ialah yang paling ber-manfaat bagi orang lain.” Maka kontribusi sosial menjadi ukuran dari lurusnya komitmen dan integritas individual Anda. Rasulullah Saw. bersabda, “Tangan di atas lebih mulia daripada tangan di bawah.” (HR. Muslim)
“Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata: “Ya Rabb-ku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku Termasuk orang-orang yang saleh?” (QS. Al-Munafiqun [63]: 10)
Kita sering diingatkan oleh Rasulullah, bahwa hidup ini hanyalah transit. Jika kita meninggal dunia maka akan terputus semua yang kita miliki dan apa saja yang kita amalkan, kecuali beberapa hal yang sudah digaransi Allah akan menjadi penolong di dalam kubur dan hari kiamat, salah satunya adalah sedekah.
“Jika anak Adam meninggal dunia, maka terputuslah semua amalannya, kecuali tiga perkara, sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak saleh yang mendoakannya.” (HR. Muslim)
Ada seorang wanita yang sudah 23 tahun menikah tapi belum dikaruniai anak. Usia wanita ini sudah mencapai 44 tahun. Sehari-harinya berdagang di pasar Cipulir Jakarta Selatan. Akhirnya dia dan suaminya memutuskan untuk membangun sebuah panti asuhan di Kresek Tangerang, di atas lahan sekitar 5000 meter.
Dia berdua telah berkomitmen untuk mengabdikan hidupnya di panti asuhan yatim dan dhuafa itu. Harta yang selama ini dikumpulkan diperuntukkan untuk usaha air isi ulang dan counter HP, dan hasilnya untuk membiayai kehidupan yatim dan dhuafa itu yang mencapai 45 anak. Mâsyâ Allâh, dari satu toko isi ulang dan satu toko counter HP, sekarang sudah membuka cabang yang ke-5 dan bukan hanya itu, 1 tahun setelah mengabdi di panti asuhan, wanita ini hamil dan melahirkan seorang anak laki-laki yang diberi nama Rizkullah (rezeki Allah).
Sesungguhnya, sedekah akan memberikan balasan sesuai niat dan tujuan hati. Bahkan pemberian pada binatang pun seperti misalnya kucing, dengan niat hati yang tulus maka pemberian itu tidak pernah sia-sia. Harta yang semula tak seberapa tidak pernah berkurang bahkan selalu bertambah.
Jika Anda banyak memberi, maka Anda akan menerima, entah berupa tutur kata yang baik, sopan santun, cinta, rasa hormat, kepercayaan, kasih sayang, uang atau hanya sekadar senyum. Semakin banyak yang Anda berikan maka semakin banyak pula yang Anda terima. Ini sunatullah. Orang yang super kaya adalah orang yang super murah hati.
Dengan demikian, inti dari rahasia kehidupan dan menghidupkan adalah memberi. Memberi bukan hanya harta, tapi perhatian, kasih sayang, ilmu, dan apa pun yang Anda punya, yang Allah titipkan kepada Anda.
Allah Akan Mengembalikan Pemberian
Hal yang harus kita yakini adalah, setiap apa yang kita berikan pasti dikembalikan Allah. Bahkan, bukan sekadar dikembalikan, tapi dilipatgandakan. Dia berjanji, akan mengembalikan minimal 10 kali lipat. Jadi, jika Anda bersedekah, bukannya ber-kurang, tapi malah bertambah. Matematika sedekah memang ajaib. 10-1 = 19, bukan 9. Ya, karena Allah membalas 10 kali lipat. Perhatikan janji-Nya dalam QS. Al-An‟am ayat 160:
“Barangsiapa membawa amal yang baik, maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya; dan barangsiapa yang membawa perbuatan jahat maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan).”
Jadi, ketika Anda punya 10, lalu Anda sedekahkan 1 di antara yang sepuluh itu, maka hasil akhirnya bukan 9, melainkan 19. Sebab yang satu Anda keluarkan dikembalikan Allah sepuluh kali lipat.
Hasil akhir atau jumlah akhir bagi mereka yang bersedekah tentu akan lebih banyak lagi, tergantung kehendak Allah. Sebab Allah juga menjanjikan balas-an berkali-kali lipat lebih dari sekadar sepuluh kali lipat. Dalam QS. Al-Baqarah ayat 261, Allah men-janjikan 700 kali lipat.
“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orangorang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Mahaluas (karunia-Nya) lagi Maha mengetahui.”
Ayat di atas menegaskan, bahwa sedekah pasti dibalas bahkan dilipatgandakan! Pasti! Pasti! Pasti! Nggak pakai „insyâ Allâh‟. Kenapa? Karena yang berjanji itu bukan manusia yang kadang ingkar janji, tapi Dia, Allah Yang Maha Menepati janji. Bukankah janji itu utang? Tidak mungkin Dia berutang, ingkar, atau mangkir. Jadi, pasti ditepati.
Boleh dibilang, Hukum Sedekah ini lebih pasti dari Hukum Gravitasi. Karena Hukum Gravitasi tidak pernah dijanjikan di kitab suci. Logika lainnya begini. Apabila manusia yang berjanji, hendaklah meng-ucapkan „insyâ Allâh‟‟. Nah, beda dengan Allah. Apabila Allah berjanji, maka itu adalah sesuatu yang pasti, sepasti-pastinya.
Tingallah kita yang kemudian membuka mata, bahwa pengembalian Allah itu apa bentuknya. Yang ter-penting, harus dikedepankan positive thinking kepada-Nya, jangan lantas mengotori keimanan dengan meragukan janji-Nya.
Memberi Lebih Banyak, Menuai Lebih Banyak
Kita sudah belajar matematika dasar sedekah, di mana setiap kita bersedekah Allah menjanjikan minimal pengembalian sepuluh kali lipat (walaupun ada di ayat lain di mana Allah menyatakan akan membayar 2 kali lipat).
“Dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya karena mencari keridhaan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang terletak di dataran tinggi yang disiram oleh hujan lebat, maka kebun itu menghasilkan buahnya dua kali lipat. Jika hujan lebat tidak menyiraminya, Maka hujan gerimis (pun memadai). Dan Allah Maha melihat apa yang kamu perbuat.” (QS. Al-Baqarah [2]: 265)
Atas dasar ini pula, kita coba bermain-main dengan matematika sedekah yang mengagumkan. Bahwa semakin banyak kita bersedekah, ternyata Allah akan semakin banyak pula memberikan gantinya, mem-berikan kembalian dari-Nya.
Mari kita lihat ilustrasi matematika berikut:
Pada pembahasan sebelumnya, kita belajar:
10-1 = 19
Maka, ditemukanlah ilustrasi matematika ini:
10 – 2 = 28
10 – 3 = 37
10 – 4 = 46
10 – 5 = 55
10 – 6 = 64
10 – 7 = 73
10 – 8 = 82
10 – 9 = 91
10 – 10 = 100
Menarik bukan? Lihat hasil akhirnya? Semakin banyak dan semakin banyak. Sekali lagi, semakin banyak bersedekah semakin banyak pergantian dari Allah.
Anda harus benar-benar meyakini konsep ini. Dengan banyak “memberi” maka kita akan banyak “menerima”. Konsep “memberi” kemudian menerima ini telah banyak dibuktikan oleh perusahaan-perusahaan besar atau orangorang sukses di dunia Barat, padahal mereka bukan Muslim, padahal mereka tidak memahami Al-Qur`an tentang balasan 10-700 kali lipat bahkan unlimited.
Dalam hal ini kita harus banyak belajar dari perusahaanperusahaan besar di dunia. Di belakang kesuksesannya ternyata mereka memiliki kebiasaan bersedekah yang luar biasa. Perusahaan Microsoft milik Bill Gates (salah seorang terkaya di dunia), mengeluarkan dana sosial sebesar 40 persen dari omsetnya secara rutin setiap tahun. Contoh lain adalah sang pemilik Telkom Meksiko, Charlos Liemhelu. Dia pernah mengalahkan selama beberapa bulan jumlah kekayaan Bill Gates. Ternyata setelah diselidiki ia pun memiliki kebiasaan bersedekah pula. Charlos tercatat menggulirkan program digital education, yakni memberikan satu juta laptop pada anak-anak yang tidak mampu di Meksiko.
Kesuksesan yang diraih Bill Gates dan Charlos Liemhelu merupakan bukti, Allah Maha Pengasih. Artinya, yang nonmuslim saja Allah kasih apalagi Anda sebagai seorang Muslim, yang tentu sangat memahami konsep “memberi” (baca: bersedekah) ini.
Belilah Hajat dengan Sedekah
Setiap manusia pasti memiliki keinginan. Baik dia karyawan, pengusaha, laki-laki, perempuan, yang belum memiliki jodoh, yang sudah berjodoh, dan apa pun status dan keadaannya, pasti memiliki segudang keinginan. Jika dirinci, ada beberapa keinginan manusia:
- Ingin naik gaji
- Ingin dapat jodoh
- Ingin lunas utang
- Ingin sembuh
- Ingin menaikkan penghasilan
- Ingin mengubah keadaan hidup
- Ingin kaya dan berkah
- Ingin naik haji
- Ingin selamat dari kejahatan dan bala Dan lain sebagainya.
Dan semua keinginan tersebut yang telah saya sebutkan bisa dibeli dengan sedekah. Benarkah demikian?
Berikut ini akan diketengahkan kisah-kisah nyata tentang keajaiban sedekah dalam menyampaikan beragam keinginan.
-
Tambahan Gaji
Suatu hari, datanglah seorang supir kepada salah seorang ustadz. Si supir ini bilang kepada sang ustadz.
“Ustadz, minta amalannya, dong.” “Amalan buat apa?” tanya ustadz.
“Amalan buat naik gaji.”
“Memang gajinya berapa sekarang?” tanya ustadz.
“Gaji saya Rp800.000, Ustadz.” Jawabnya.
“Gaji Rp800.000, mah, sudah besar. Sudah bersyukur, belum? Terus mau naik gaji jadi berapa?” tanya ustadz.
“Ustadz, kalau bisa 1,5 juta.” Jawab si supir.
“Dari Rp800.000 menjadi 1,5 juta mah gampang.
Bagaimana kalau kita bikin gaji Ente jadi 3 juta?” Si supir pun tertawa…
“Jangan bercanda, dong, Ustadz. Naik satu setengah juta saja saya sudah senang, apalagi bisa jadi 3 juta.” Kata si supir.
“Nggak, saya nggak bercanda! Tanaman itu bagai-mana tanamannya, sedangkan hasil bagaimana yang ditanam. Jika yang ditanam kecil, tumbuhnya juga kecil. Jika yang ditanam besar, tumbuhnya besar.”
Lalu ustadz membacakan dua ayat dalam Al-Quran. Surat Al-An‟am ayat 160 dan Surat Ath-Thalaq ayat 7.
- “Barangsiapa membawa amal yang baik, maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya…” (QS. Al-An‟am: 160)
- “Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. dan orang yang disempitkan rezekinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekadar apa yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan.” (QS. Ath-Thalaq: 7)
Kemudian, begitu diajukan dua ayat tersebut kepada si supir, dia berkata, “Oh, jadi ini, Ustadz, ayat untuk naik gaji?”
“Iya, silakan amalkan ayat ini! Insyâ Allâh‟, mau naik gaji berapa saja tergantung amalan kita.”
Kemudian si supir berkata, “Baik Ustadz, jazâkallâh, terima kasih. Tinggal pertanyaannya, nih, Ustadz, ayat ini dibacanya kapan? Berapa kali?”
Ustadz tidak menjawab pertanyaan si supir, malah ustadz menyuruh si supir itu bangun. Begitu si supir bangun dari duduknya, ustadz bertanya,
“Bawa duit berapa?”
“Belum dilihat, Ustadz.” Jawab si supir.
“Ke mari kan duitnya!”
“Untuk apa, Ustadz?” kata si supir heran.
“Sudah, jangan banyak tanya! Katanya mau naik gaji jadi 1,5 juta! Cepat sini!”
Setelah sebelumnya si supir ragu-ragu, akhirnya dia kasih juga duitnya, “Ini, Ustadz!”
Begitu uang sudah diterima ustadz, ustadz pun berkata kepada si supir tersebut, “Kalau situ percaya sama janjinya Allah,- „Barangsiapa yang membawa amal yang baik, maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya-, maka duit ini bakal dipulangi Allah satu juta rupiah.”
Begitu ustadz bilang akan menjadi sejuta, apa dia bilang, “Ah, kalau memang jadi sejuta, saya ikhlas, Ustadz.”
Ya, begitulah. Manusia memang pelit. Maka Allah menjanjikan balasan agar kita terangsang. Tidak mengapa, memang Allah yang menjanjikan. Allah tahu kita pelit, Allah tahu kita bakhil, Allah tahu kita pedagang, maka dikasih hitung-hitungan dagangan-nya, hehehe.
Setelah itu, pulanglah si supir. Datang kira-kira hari
Jum‟at, hari Sabtu dia mulai menghitung-hitung, “Mana nih yang nganterin duit sejuta, padahal sudah kasih uang sama ustadz Rp100.000 kemarin?”
Setelah dia tunggu akhirnya tidak datang-datang juga. Begitu pula hari Minggunya.
Akhirnya, pada hari Selasa, barulah berbuah.
Pada hari Selasa itu, dia dipanggil oleh majikannya.
“Pak, temani saya, yuk!”
“Ke mana?” tanya si supir.
“Ke Jawa.”
“Berapa hari?” tanyanya.
“Paling dua hari. Pulang pergi tiga hari. Dekat, kok! Kirakira Cilacap.”
“Kalau gitu, saya pamit dulu sama istri.”kata si supir.
“Nggak usah, sebentar saja, kok.” kata sang majikan.
“Kita langsung jalan saja.” lanjutnya.
Mereka pun berangkat. Ternyata, janji cuma 2-3 hari molor menjadi 4-5 hari. Begitu pulang ke Jakarta, sang majikan merasa tidak enak hati. Lalu apa kata sang majikan ketika sampai di rumah, “Pak, sekarang Bapak parkir dulu, saya masuk sebentar. Jangan langsung pulang, ya Pak! Ada titipan untuk istri di rumah.”
Si supir pun menuruti perintahnya. Tidak lama kemudian, majikannya keluar membawa amplop. Amplopnya tipis. Dia berkata kepada supirnya, “Pak, takut bapak dimarahi di rumah, maka ganjal saja mulut istri Bapak dengan ini.” Si majikan merasa khawatir, takut si supir dimarahi.
Maka pikirnya, “Kasih saja amplop ini sama istri. Bilang bahwa ini bukan uang gaji, ini uang tambahan dari saya.”
Lalu, apakah si majikan tahu bahwa si supir bersedekah? Hingga kemudian dia merasa perlu membela Allah, Tuhannya? Tidak. Tidak tahu sama sekali. Tapi, siapa yang membuat si supir itu diberi amplop tambahan, uang tambahan dari Allah. Lewat si majikan. Yaitu Allah.
Si supir kemudian tidak mengira, dia pikir yang namanya uang tambahan apa iya lebih banyak daripada uang gaji?! Akhirnya, amplop ini pun tidak dibuka olehnya.
Begitu dia sampai di rumah, dia berkata kepada istrinya, “Bu, alhamdulillâh ini ada amplop tambahan dari majikan. Tolong dihitung, berapa duitnya?”
Ketika istrinya membuka, dia kaget, “Mâsyâ Allâh, Pak, banyak bener!”
“Berapa?” tanyanya.
“1 juta, Pak!” jawabnya.
“1 juta!”
Allâhu Akbar! Begitulah janji Allah. Dia tidak mengingkari janjinya. Innallâha la yukhliful mî‟âd. Janjinya melipatgandakan sedekah terbukti. Si supir sedekah Rp100.000 diganti sepuluh kali lipat menjadi Rp1.000.000.
Namun, terkadang kita ini kurang percaya terhadap janji Allah. Tengok saja gaya sedekah kita!
Contoh, kita punya uang Rp100.000, Rp50.000, Rp20.000, Rp10.000, Rp5.000, dan Rp1.000. Ketika kita mengaji, begitu kotak amal lewat, berapakah yang kita keluarkan? Seribu, bukan?! #NgakuSaja, hehehe. Sekalinya ada yang Rp50.000, ya Allah, dia balik lagi ke masjid, “Pak, tolong periksa, ada yang Rp50.000-an di kotak. Saya salah taruh tadi. Ada-ada saja, hahaha.
Sedekah itu berbicara believe, yakin, iman. Kalau kita percaya 1000% terhadap janji Allah, maka keajaiban pun akan terjadi.
-
Teratasi Kesulitan, dan Bahkan Ditambah Bonus
Suatu saat, di Jawa Tengah ada pengemudi Vespa. Dia engkol Vespanya. Namun tidak bunyi. Dia engkol lagi, namun tidak bunyi juga. Bunyi malah ngempos, pssst… Dia menunggingi sebentar Vespanya, karena dia pikir mungkin bensinnya hampir habis. Ternyata benar, bensinnya hampir habis. Begitu dimiringi sedikit, kemudian dia sela lagi. Motornya pun me-nyala dengan khas suara Vespanya. Dia ingin mengaji, dan ingat jika bensinnya hampir habis. Hatinya membatin, beli bensin dulu, nanti baru mengaji. Tapi, hati yang sebelah bicara, kalau beli bensin dulu, muter ke belakang, padahal pengajian ke depan. Ya, sudah, akhirnya mengaji dulu. Kalau nanti habis mengaji barulah beli bensin. Maka mengajilah si Fulan, pengemudi Vespa, di pengajian yang ternyata bertutur tentang sedekah.
“Mâ naqashat mâlu „abdin min shadaqah; bal yazdâd, bal yazdâd, bal yazdâd.” (Tidak akan berkurang harta yang disedekahkan untuk Allah; malahan dia akan bertambah, bertambah, dan bertambah)
“Siapa yang menikmati janji Allah tentang sedekah? Yang menikmati janji Allah tentang sedekah adalah orangorang yang bersedekah. Kalau yang tidak, mah, tidak.” kata si kiyai.
Begitu sorban si kiyai turun melewati barisan si pengemudi Vespa, dia cabut uang di sakunya, seribu. Dulu, seribu dapat setengah liter bensin. Seribu tersebut sejatinya untuk beli bensin.
Begitu dia cabut, setan menggoda.”Itu kan duit buat beli bensin. Jangan belagu deh. Sudah miskin, miskin saja. Pake sedekah lagi, bisa konyol nanti! Itu duit buat beli bensin. Kalau nggak beli bensin, motor kamu mogok. Kalau motormu mogok, didorong! Memang mau mendorong?”
Namun, si Fulan ini luar biasa. Dia lawan bisikan setan itu seraya berkata dalam hatinya, “Ini duit sudah terlanjur tercabut, masa dimasukkan lagi? La hawla walâ q uwwata illâ billâh. Kalau memang harus dorong motor, ya dorongdorong, deh.”
Setan kalah dan si Fulan menang. Tapi setan tidak berhenti! Dia tunggui, benar kejadian.
200 meter dia pulang dari pengajian, subhânallâh, motornya mogok.
Begitu motornya mogok, setan tertawa. “Dibilang juga apa, jangan sedekah, begini jadinya!”
Kalau dia kalah, kalau dia menyesal, sedekahnya tidak akan berbuah. tapi orang ini memang hebat. Ia bilang,
“Mungkin emang sudah waktunya dorong”.
Cuma dia nangis juga sambil dorong motor. Dia bilang,
“Nggak enak jadi orang susah. Baru sedekah seribu aja sudah dorong motor”.
Tapi itulah, Allah tak pernah membiarkan hamba-Nya yang bersedekah jadi susah. Kecuali itu ujian buat kesabaran dan keikhlasan dia.
Baru melangkah kira-kira 10 langkah, Allah mengirim malaikat-Nya dalam bentuk mobil Kijang yang lewat di jalan itu. Mobil itu berhenti setelah lewat 100 meter dari lelaki yang sedang mendorong motor. Pemilik mobil mundur karena ia melihat seseorang yang sedang mendorong motor adalah temannya. Begitu mundur, begitu sejajar, dia turuni kacanya, lalu bertanya,
“Kenapa motornya, Mas?”
“Bensinnya habis”
“Ya, wes minggir! Parkir saja Vespanya. Ikut saya untuk membeli bensin. Kita cari pom bensin”
Lihat! Kalau pun cerita ini berhenti sampai disini, orang tadi sudah untung dua kali. Niat beli bensin setengah liter, sekarang dia dijanjikan bensin satu liter.
Berangkatlah mereka ke pom bensin. Dia membeli botol air yang satu liter. Air diminum, dikosongi, dan diganti dengan bensin. Dalam perjalanan pulang dari pom bensin, mereka berbincang-bincang. Apa kata si pemilik Kijang,
“Ente untung ya…”
“Untung apaan?”
“Kita nikah di tahun yang sama, tapi anak Ente udah tiga. Dan saya belum punya anak.”
“Saya pikir, kamu yang untung. Kamu punya mobil, saya punya Vespa”
“Husss… Mau anak ditukar sama Kijang”, ucap si pemilik kijang tadi.
Pokoknya keduanya ngobrol tentang kesusahan masing-masing. Rupanya timbul rasa empati si pemilik Kijang tadi ke si pemilik Vespa.
“Mas, saya nggak turun ya!”
Lalu ia merogoh sakunya. Ada amlop yang belum ia lihat isinya. Amplop itu bonus dari pekerjaannya di kantor. Amplop itu ia kasih ke tangan si pemilik Vespa.
“Mas, titip ya, bilang ke bojomu, supaya doain saya bisa punya anak. Sudah, jangan lihat isinya. Lihat aja nanti di rumah. Sebab saya juga belum tahu isinya berapa.”
Kemudian pulanglah si pemilik Vespa ke rumah. Begitu dilihat di rumah ternyata isinya satu juta rupiah.
Mâsyâ Allâh, memang benar janji Allah. Allah berjanji akan melipatgandakan sedekah. Dan kali ini, si pemilik Vespa diganti oleh Allah hingga 1000 kali lipat. Bukan hanya sampai 700 kali lipat. Sedekah 1000 dibalas 1 juta!
-
Berubah Nasib kurang dari 7 Hari
Kali ini adalah kisah tentang security yang dalam waktu kurang 7 (tujuh) hari dapat mengubah hidupnya. Dari sekadar rumah kontrakan yang Rp75.000 per bulan, dia kemudian bisa menempati rumah mewah dengan kolam renang, 3 paviliun, water heater.
Kisah ini berawal ketika istrinya akan melahirkan anak yang ketiga. Dia memandangi kontrakannya. Dia membatin, “Ya Allah, kalau anak saya yang ketiga ini lahir, mau ditaruh di mana?”
9 tahun yang lalu di Semangan, di Kwitang, Tanjung Priok, Semper, Pasar Munggu, Cililitan, rumah seperti itu masih ada. 75.000 per bulan.
Ketika suami istri ini sadar bahwa kemampuannya terbatas, maka dia datang kepada Allah. Kata istrinya,
“Bang, bagaimana kalau nanti malam kita shalat Tahajud? Kita mohon sama Allah. Dia kan yang punya bumi untuk memindahkan kita dari kontrakan yang 75.000 ke yang
150.000.” kata sang istri.
Sang suami pun setuju, “Iya, deh, nanti malam kita shalat Tahajud.”
Untuk membayangkan betapa kecil rumah itu, rumah itu dibagi tiga ruangannya, ruangan depan, ruangan tamu, yang tidak bisa disebut ruangan tamu. Dan kalau malam, rumah itu menjadi tidak bergerak. Motor sang suami masuk ke dalam. Bangku ditindih-tindih, terus motor masuk. Seeet!
Rumahnya dibagi tiga, ruang tengah jadi kamar tidur. Kamar tidur tidak ada lemari, karena tidak muat. Medium mate dia punya tempat tidur ditaruh di situ, hanya tersisa satu space untuk sajadah. Lemari pakaiannya ditaruh di depan kamar tidur di lorong menuju koridor dapur dan toilet. Bisa terbayang rumah sesempit itu! Itulah Jakarta.
Dia berdoa, yang bangun duluan rupanya istrinya. Dia bangun, dia berdoa, dia biarkan suaminya masih tidur, tapi dia kencangkan doanya biar suaminya bisa bangun.
“Ya Allah, lihatlah suami saya, sudah begini, masih malas juga bangun!”
Di tengok lagi ke belakang, ternyata masih tidur.
“Sudahlah, biar saya saja yang berdoa.” katanya.
“Ya Allah, berilah suami saya duit, supaya dia bisa memindahkan saya dan anak-anak sama yang di dalam ini, ya Allah. Pindahkanlah ke rumah kontrakan yang 150.000 sebulan!”
Suaminya pun bangun. Dia tertawa mendengar doa istrinya seperti itu. Tapi, dia tidak marah, karena memang sudah janji. Lalu dia bangun, mengambil air wudhu dan shalat. Dia shalat tidak di samping istrinya karena tidak muat. Dia shalat di belakang.
Begitu shalat, dia berdoa, doanya cuma tiga kata lebih sederhana dari sang istri. Dia cuma meng-aminkan saja.
“Âmîn, âmîn, âmîn…”
“Lho, kok Abang cuma doa amin doang?” tanya si istri.
“Kan Adik tadi sudah berdoa, jadi Abang tinggal mengamini doang.” Katanya.
Kejadian itu terjadi malam Senin. Senin paginya, dia pamit kepada pimpinannya yang paling atas kepala seksi.
Dia minta izin kepada kepala seksinya, “Saya minta izin selama satu minggu berturut-turut, saya tidak ikut shift malam.”
“Kenapa, Pak, tidak ikut shift malam?”
“Saya ingin menemani istri shalat malam.” jawabnya.
“Kenapa begitu?! Memang ada masalah apa?” tanyanya.
“Nggak ada masalah, Pak, cuma saya ingin berubah menjadi lebih baik. Istri saya kan mau melahirkan anak yang ketiga. Sempit banget rumah. Tapi kalau saya mengubah dalam waktu singkat, rasanya nggak mungkin. Saya ingin berubah bersama Allah saja. Makanya mohon diizini, Pak, selama tujuh hari berturut-turut saya ingin bangun malam. Nanti begitu istri saya melahirkan, saya ikut shift malam lagi.” jawabnya.
Akhirnya diizinkan, karena memang luar biasa sekali keinginan si security ini.
“Iya dah, Ente memang orang yang saleh, suami yang saleh. Insyâ Allâh‟, saya urus ke atasan.” katanya.
“insyâ Allâh‟, teman-teman juga pada paham niat baik Ente.” lanjut kepala seksi.
Dia pun pulang ke rumah. Dia mulai riyâdhah untuk qiyâmullail.
Malam Senin dia shalat, malam Selasa shalat, malam Rabu shalat, malam Kamis shalat.
Sudah empat malam dia shalat.
Hari Kamis Allah datang kepadanya. Ya, sejatinya Allah selalu datang kepadanya dan kepada saya dan Anda. Tapi kita punya mata, tidak melihat. Kita tidak bisa melihat bahwa yang datang itu adalah Allah.
Pasangan shalat Tahajud itu adalah sedekah. Si security ini bersedekah tempat, memberi luang. Di mana pada Kamis pagi itu adik iparnya datang ke kontrakannya.
“Assalâmu‟alaikum, Bang.”
“Wa‟alaikumussalâm. Tumben nih datang pagi-pagi.”
“Iya, Bang, ada kabar bagus, nih.”
“Apaan tuh kabar bagusnya?” tanyanya.
“Saya diterima di Saudi jadi TKW. Minggu depan insyâ
Allâh‟ saya akan berangkat ke Surabaya.”
“Wah, kabar bagus nih.”
“Tapi, ada masalah nih, Bang.”
“Apa masalahnya? Bukan duit kan?” Langsung resistance nih dia.
“Bukan, Bang. Kalau soal duit mah sudah diatur sama agency. Ini soal anak saya, Bang.”
“Memang kenapa anak kamu?”
“Anak saya kan dua sama ibu Abang, sudah nggak ada yang jagain, Bang. Selama saya pergi ke Saudi saya bingung, sama siapa saya titipkan anak saya. Jadi saya datang Kamis pagi ke sini saya mau nitip anak saya ke
Abang.”
Melototlah mata si security. Dia berdoa kepada Allah agar bisa pindah rumah kontrakan yang lebih lapang karena istrinya mau melahirkan. Eh, sekarang malah yang datang adik iparnya hendak menitip anaknya.
Ternyata, Allah datang becanda sama dia.
“Rumah seperti curut begini mau ditaruh di mana? Nggak apa-apa seadanya saja?”
“Di mana saja, Bang. Kalau bukan Abang, ke mana lagi.”
Memang dasar si security ini orang saleh. Dia memang punya hati dan niat yang luar biasa. Dia pun berkata kepada adik iparnya,
“Iya dah, paling-paling di tempat kita ngobrol ini. kalau malam kan biasanya motor abang masukin. Kalau memang dia mau ya sudah, nanti motor abang kalahkan. Biar dia tidur di sini saja! Tapi nunggu kakak lu datang, kalau kakak lu setuju, dia ridha, ya sudah.” katanya.
Namanya juga manusia. Di balik keikhlasannya, sem-pat juga pusing. Dia membatin, “Kelewatan nih, ya Allah! Saya berdoa jangan jadi sempit, supaya jadi besar. Kenapa jadi sempit?”
Dia pusing bukan hanya kondisi rumahnya yang sempit, tapi juga pusing bagaimana ia harus menyampaikan hal ini kepada istrinya. Soalnya, adik iparnya menunggu keputusan dengan segera. Karena hari keberangkatan tidak akan lama lagi.
Dia dan adik iparnya pun menunggu istrinya. Tapi, ditunggu-tunggu istrinya belum datang juga. Karena sudah lama menunggu, akhirnya si adik iparnya pulang. Tidak berapa lama kemudian, istrinya pulang. Sepertinya berselisih jalan antara istrinya dan adik iparnya.
Melihat wajah istrinya, si suami tidak tega. Tidak tega mau memberi tahu soal adik iparnya tadi, karena dia tahu keinginan untuk memperbesar rumahnya itu adalah keinginan istrinya, dia tinggal mengamini saja. Karena sebagai suami dia tidak paham bagaimana caranya menambah penghasilannya, makanya dia mengaminkan ketika istrinya mengajaknya ber-tahajud.
Begitu dia mau berbicara, lehernya serasa kesat, mulutnya serasa terkunci. Akhirnya, Kamis pagi itu ia tidak jadi menyampaikan sesuatu.
Dia pun berjalan ke kantor. Dia memikirkan bagai-mana cara menyampaikan tentang maksud adik iparnya ke istrinya. Benar, tidak gampang ber-komunikasi kepada istri. Khususnya urusan seperti ini. Jika istri sangat paham, tentu mudah, namun bagai-mana jika sang istri memiliki sudut pandang yang berbeda. Akhirnya, si suami mendapatkan ilham, cara dan kapan waktu yang tepat untuk berbicara kepada istrinya. Berbicaranya setelah shalat Tahajud, setelah shalat malam.
Biasanya dia bangun suka telat, di belakang sang istri. Namun kali ini dia tidak mau kalah, dia bangun duluan. Waktu istrinya bangun, dia sudah shalat. Hebat, subhânallâh! Lalu, shalatlah si istri. Dan begitu si istri mau berdoa, si suami berkata, “Dik, nanti abang saja yang berdoa!”
Berdoalah si suami dan didengar oleh si istri. Doa yang sekaligus memberi tahu si istri.
“Ya Allah, Engkau memang kelewatan! Saya jadi pusing! Tadi pagi adik ipar saya, mau menitipkan dua anaknya. Bukankah rumah ini sempit?! Dan Engkau Mahatahu, Yang Maha Mendengar. Jika kemauan istri saya kemarin agar rumah saya jadi tambah besar, sekarang datanglah dia.
Saya jadi bingung, bagai-mana memberi tahu istri saya,” begitulah doanya. Lucu dan menggelikan. ^-^
Si istri mencubitnya, “Ih, Abang, itu sudah ngomong!” Memang beda kalau ngomong tengah malam.
Si istri bertanya, “Benar tuh, Abang cerita tadi?”
“Benar! Terus bagaimana menurut Adik?”
“Insya Allah, Bang, kalau saya sih bagaimana komandan saja. Abang setuju, tinggal kita geser saja tuh motor.”
Si suami menggoda sang istri, “Nanti, kalau motor kita hilang, gimana, Dik?”
“Nggak mungkin hilang!”
“Bagaimana nggak mungkin, motor di dalam saja hilang, apalagi kita taruh di luar.”
“Sudah, nggak mungkin, Bang!” kata si istri.
Dengan yakinnya dia bilang, “Kita titipi, tuh, motor sama Allah. Kalau sampai hilang juga, kita komplain. Kita jaga titipan dia, masa kita punya titipan hilang!”
Kejadian itu malam Jumat. Berarti sudah lima hari; malam Senin, malam Selasa, malam Rabu, malam Kamis, malam Jum‟at.
Jum‟at pagi, dia berangkat ke rumah adiknya, memberi tahu kalau sekolahan ada free trial-nya. insyâ Allâh‟ rumah ini juga ada free trial-nya.
“Nanti sore Abang jemput, tuh, keponakan. Insyâ Allâh‟, kalau memang dia betah, tinggal dah di dalam.”
Allah memberi jawaban atas tahajud dan sedekah.
Begitu Subuh selesai shalat, malam Jum‟at sebelum dia berangkat ke rumah adiknya, dia keluar kamar. Di depan kamar tidur dia ada lemari. Mendadak dua-duanya merasa mendapat jawaban dari Allah. Oh…ini dia, nggak perlu menggeser motor. Karena bahaya, ini saja lemari digeser.
Lemari dibongkar. Dibikin undakan. Supaya muat ditaruh tikar di depan kamar tidurnya. Begitulah kalau seseorang mau berniat berbuat baik, Allah akan sediakan berbagai jalan agar dia bisa berbuat baik.
Begitu selesai memberi tahu adik iparnya, dia berangkat ke kantor. Sampai di kantor, rupanya Allah masih menguji dia.
Memang Allah Maha Luarbiasa! Dia uji hamba-Nya yang sudah saleh seperti ini.
Ada security yang badannya besar menepuk dia, “Pak, dipanggil sama big boss, tuh.”
“Apa gua punya salah, ya?”
Dia digodain oleh temannya.
“Iya kali, Ente punya salah! Kalau nggak punya salah kenapa Ente dipanggil sama Bapak?” Berangkatlah dia.
“Assalâmu‟alaikum, selamat pagi, Pak!” “Wa‟alaikumussalâm, pagi, silakan duduk!” Kursinya dia tarik, lalu dia duduk.
“Apakah benar Bapak memanggil saya?”
“Benar! Apa Saudara merasa punya salah? Sampai saya panggil Jum‟at pagi ini ke sana?”
Dia berpikir tentang kesalahan yang dibuatnya selama di perusahaan big boss-nya. Rasanya selama ini ia tidak berbuat kesalahan. Dia tidak sadar kalau kesalahan yang dimaksud oleh pimpinannya adalah minta izin tidak shift malam.
Dia diam. Si bos pun berkata lagi,
“Merasa nggak punya salah kamu sampai saya panggil Jum‟at pagi ini?”
Dipikir-pikir tidak ketemu. Memang dia adalah orang yang lurus.
Lalu si bos bilang dengan nada tinggi, “Memang perusahaan ini punya siapa? Memangnya punya kamu? Lalu kenapa kamu seenaknya mengajukan permohonan tidak ikut kerja malam? Bagaimana kalau yang lain ikut denganmu?
Lalu siapa yang menjaga kantor saya?” Barulah dia sadar.
“Kalau Bapak menganggap itu sebuah kesalahan, saya mintaa maaf, Pak.”
“Ya sudah, saya maafkan. Tapi Senin depan, kamu nggak kerja di sini lagi!.”
Mendengar kata-kata si bos security ini menangis.
Begitu air matanya menetes, ia ingin pamit untuk yang terakhir kalinya.
“Ha…ha…ha….”
Tidak disangka, si bos ini tertawa! Ia tertawa terbahakbahak melihat si security menangis.
Si security yang melihat si bos tertawa, menjadi bingung.
“Mengapa Bapak tertawa? Bapak senang melihat saya susah?”
“Nggak, bukan! Serius amat, sih!” kata si bos.
“Maksudnya apa, Pak?”
“Ini kan Jum‟at becanda. Justru saya panggil kamu ke mari karena kamu luar biasa. Saya udah lama pusing, saya ingin keluar negeri, tapi rumah saya nggak ada yang jaga. Jadi, maukah kamu menempati rumah saya? Ngejaga rumah saya?”
Si security berpikir. Dia menyangka bahwa yang dimaksud si bos adalah dia tinggal sendiri menunggu rumah bos sebagai security.
Kemudian, dia pun menanggapi permintaan si bos.
“Wah, kalau begitu, saya nggak bisa, Pak!”
“Kok nggak bisa?”
Sebelum si security menjawab pertanyaannya, si bos langsung menyela.
“Oh…saya paham, bukan cuma kamu…tapi ajak juga istri kamu dengan dua anak kamu serta calon bayi kamu, boyongan semuanya ke rumah saya!”
Allâhu Akbar. Wajah si security berubah menjadi cerah. Awan kesedihannya langsung menghilang seketika.
“Rumah saya ada tiga pavilion di belakang, pakai saja semua! Ada kolam renang, ada play game, semua boleh dipakai! Itu pavilion satu, paviliun utama, karena buat tamu; ada water heater, ada kulkas, dan ada TV-nya, semua boleh dipakai dan jangan dijual! Kamu cuma nggak boleh masuk ruangan tengah!”
Allâhu Akbar!
Lihat, belum sampai tujuh hari dia sudah berubah.
Mengapa dia bisa berubah? Satu, dia punya semangat. Dia juga to do something, dia melakukan sesuatu. Dan dia mendapatkan apa yang dia impikan. Dan rumah tersebut, kalau dia terus-terusan ber-riyâdhah siang malam, ditambahkan ikhtiarnya juga, bisa jadi rumah tersebut Allah berikan buat dia dengan cara-Nya. Tidak ada yang sulit bagi Allah untuk menggerakkan hati si bos untuk memberikan rumahnya tersebut. Atau, bisa saja dengan izin-Nya si bos tersebut meninggal dunia di luar negeri, tidak balik lagi. Atau si bos mendapatkan proyek besar, hingga dia membuat rumah yang baru satu lagi, dan rumah tersebut disedekahkan kepada si security karena ingin keberkahan hidupnya.
Dengan beragam cara, Allah dapat mengubah dan mengangkat kehidupan seseorang. Dan Tahajud dan sedekah di antara ikhtiar langitnya.
-
Dapat Jodoh
Untuk membuktikan tentang kekuatan sedekah dapat mendatangkan jodoh, saya akan mengutip secara bebas kisah yang disampaikan Ustadz Yusuf Mansur dalam buku
“Kun Fayakuun 2”.
Ada seorang perempuan yang telah berumur 37 tahun. Ia datang kepada salah seorang ustadz seraya berkata, “Ustadz, cari jodoh, susah ya?”
“Makanya, jodoh jangan dicari, tapi dibeli!” sahut sang ustadz.
Mendengar perkataan sang ustadz, si perempuan itu pun tertawa.
“Beli di mana, Ustadz? Memang ada yang jualan jodoh?” tanyanya.
“Ada!”
“Siapa?”
“Allah, Rabbul „âlamîn.”
“Kata Rasul, “Obatilah penyakit kalian dengan sedekah”. Termasuk penyakit kesepian, yaitu jomblo.”
“Ooo begitu Ustadz. Kalau begitu, insyâ Allâh saya akan bersedekah.”
“Oke. Pulang dah. Insyâ Allâh dapat jodoh!”
Si perempuan itu pun pulang. Lalu ia mampir ke masjid di kompleksnya. Ia mendatangi ta‟mir masjid, dan berkata, “Pak, saya ingin sedekah di sini. Kira-kira masjid butuh apa yang disedekahkan di sini?”
“Kebetulan Neng, kami lagi melelang lantai, satu meternya 150 ribu rupiah.” Jawab Pak Ta‟mir.
“Oh…”
Ia pun mulai membuka dompetnya.
Awalnya hanya 150 ribu yang ia ambil. Ketika ia ingat pesan “kita harus pol”, akhirnya jadi 600 ribu sedekahnya. 600 ribu, dapat 4 meter.
“Pak Ta‟mir, doain ya, supaya hajat saya terkabul.” Katanya.
“Memangnya hajat apa, Neng?” tanya Pak Ta‟mir.
“Ada aja…pokoknya rahasia.”
Perhatikan, si perempuan itu tidak mau menyebutkan hajatnya secara khusus kepada Pak Ta‟mir. Rahasia, jika dibawa sama Allah, maka jadi doa. Jangan diomongi ke mana-mana sedekah. Karena sedekah kalau diomongi jadi nggak ikhlas. Tapi, kalau kita tahan, kita mengadu kepada Allah dalam hati kita, dalam sajadah kita, itu namanya doa sama Allah.
Dan apa yang terjadi pada si perempuan itu setelah bersedekah?
37 tahun perempuan tersebut tak kunjung datang jodoh, begitu setelah dia bersedekah 4 meter, ya rabb, ada 4 orang datang melamarnya. Ia pun sempat bingung, milih yang mana ya?
Ada lagi kisah seorang lelaki berusia 40 tahun yang belum mendapatkan jodoh. Ia pun berkonsultasi kepada Ustadz Yusuf Mansur. Dan Ustadz Yusuf pun menyarankannya agar bersedekah.
“Ustadz, apa benar sedekah bisa beli jodoh?” tanyanya.
“Coba, deh, dijajal. Cerita sedekah, mah, is doing is believing, lakukan saja, nanti kita percaya!” jawab Ustadz Yusuf.
“Jadi benar, Ustadz, bisa?!” tanyanya lagi setengah ragu.
“Insyâ Allâh, bisa!”
“Kalau memang bisa, saya semangat nih, Ustadz.”
Lalu, ia buka dompetnya, ada uang 200 ribu. Ia taruh di meja Ustadz Yusuf.
Ustadz Yusuf pun mengambil uang tersebut. Ketika melihat uang senilai 200 ribu, Ustadz pun berkata, “Pak, mau jodoh yang cakep apa yang jelek?”
“Yang cakep dong, Ustadz.” Jawabnya.
“Kalau yang cakep, duitnya kurang…”
Mendengar ucapan Ustadz Yusuf, lelaki itu pun lari. Melihat lelaki itu lari, ustadz pun tertawa.
“Oh, jadi kurang, Ustadz! Ustadz pulang kapan?”
“Saya pulang sore ini juga.”
“Tunggu ya Ustadz, saya akan balik lagi!” Lelaki itu pun balik lagi.
Sesampainya di mess, ustadz sudah lupa kepada orang tersebut. Ustadz Yusuf pun berpikir bahwa ia tidak akan kembali lagi. Apalagi, sebelum si lelaki tersebut datang berkonsultasi, sudah datang terlebih dahulu perempuan berusia 37 tahun berkonsultasi.
Tiba-tiba ada suara yang mengucap salam.
“Assalâmu‟alaikum.”
“Wa‟alaikumussalâm.”
Begitu dibuka, ternyata lelaki yang tadi berkonsultasi benar-benar kembali lagi.
Ia pun menyerahkan sejumlah uang sebagai “tambahan” untuk “membeli” jodoh. Hehehe.
Dan apa yang terjadi?
Allah pun mendatangkan keajaiban-Nya. Ternyata, si lelaki itu berjodoh dengan si perempuan yang telah berkonsultasi kepada sang ustadz sebelumnya.
Begitulah cara kerja Allah yang luar biasa. Dia mempertemukan orang yang tepat. Orang yang sama-sama melakukan ikhtiar langit dengan segenap keyakinannya.
Demikianlah, ternyata sedekah dapat menarik jodoh hadir ke tengah-tengah kita.
-
Utang Lunas
“Bagaimana mungkin saya bisa bersedekah, untuk memenuhi kebutuhan sendiri saja masih kurang, belum lagi utang yang masih numpuk?” Pertanyaan inilah yang sering dikemukakan orang yang berutang ketika disuruh sedekah.
“Aya-aya wae atau ada-ada saja!”, demikian sanggahannya. Padahal, kalau mereka tahu, justru inilah jalan keluarnya. Disaat kita dihimpit persoalan ekonomi, di saat kita banyak utang dan tidak tahu bagaimana cara membayarnya, sedekahlah solusinya! Bukankah Allah memberi sinyal dalam firman-Nya, “Dan orang yang disempitkan rezekinya, hendaklah ia memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya.” Logikanya, sedekah akan mendatangkan dan melipatgandakan rezeki. Ya, kalau rezeki sudah datang dan bahkan berlipat-lipat, automatically utang pun pasti akan lunas.
Jika Anda masih tidak percaya tentang keajaiban sedekah dapat mempercepat bayar utang, saya akan ketengahkan kisah nyata berikut ini.
Elis (49) tak menyangka akan memiliki utang 900 juta. Keinginannya untuk memiliki usaha sendiri mengantarkannya kepada seorang kenalan yang sanggup memberinya utang hingga 900 juta untuk modal awal usaha. Pada mulanya, berjalan dengan relatif lancar. Cicilan utang yang dibayarkannya setiap bulan berjalan relatif lancar. Bulan pun berganti tahun. Elis merasa utangnya hampir lunas. Tetapi, anehnya sang pemberi utang menganggap utangnya masih numpuk. Karena penasaran, wanita asal Jawa Timur ini mengecek rekening pembayaran utangnya. Tersentaklah dia atas jumlah yang disetorkannya selama ini sudah sampai angka 1,5 milyar. Namun aneh, utangnya belum lunas-lunas juga. Padahal harta sudah habis terjual, dan 3 mobilnya pun telah digadaikan.
Akhirnya Elis menyewa pengacara untuk menyelesaikan kasusnya ini. Lewat pengacara itu, Elis baru tahu ternyata dirinya terjerat rente berbunga-bunga. Rupanya keterlambatan pembayaran mendatangkan konsekuensi bunga berlipat ganda.
Mau tidak mau, masalah ini diperkarakan lewat pengadilan, dan alhamdulillâh menang. Elis pun bersyukur. Walau begitu ia tetap harus membayar sisa utangnya. Pengalaman pahitnya ini men-dorongnya untuk datang ke PPPA Daarul Qur`an yang dipimpin oleh Ustadz Yusuf Mansur. Oleh-olehnya adalah Elis diminta banyak bertaubat kepada Allah, memperbaiki ibadah wajib, dan mendawamkan sedekah.
Hatinya tergerak untuk bersedekah. Ia kembali ke Daarul Qur`an dan menyedekahkan uang 800 ribu rupiah. Itu adalah sedekah terbesar pertamanya. Selama ini ia jarang bersedekah, apalagi sebesar itu. Allâhu Akbar, 10 hari kemudian, Allah membalas sedekahnya dengan uang sebesar 27 juta dari hasil berbisnisnya. Kemudian Elis menyedekahkan lagi hartanya sebanyak 2 juta rupiah. Dan dalam tempo satu minggu, Allah membalasnya dengan jumlah berlipat ganda.
Sejak itu Elis terus mendawamkan sedekah kepada siapa pun. Tak terasa sudah tiga tahun menjalani hidup barunya itu. Sekarang semua permasalahannya telah beres. Utangnya telah lunas. Harta yang dulu ludes telah balik lagi. Tiga mobil yang dulu digadaikan telah tergantikan dengan mobil yang lebih bagus. Dan, sekarang dia telah memiliki per-usahaan sendiri sesuai impiannya dulu.
Itulah keajaiban sedekah. Sedekah akan mengundang pertolongan Allah. Jika Allah telah memberikan pertolonganNya maka segalanya akan menjadi mudah. Jangankan hanya utang 900 juta, utang yang lebih besar dari itu juga teramat mudah bagi Allah untuk memberikan jalan keluar. Dan, sedekah adalah salah satu caranya. Selamat mempraktikkan dan membuktikan!
-
Penyakit Sembuh
Sejatinya yang menyembuhkan penyakit itu adalah Allah, namun Allah juga telah menyiapkan cara-cara-Nya, wasilah dari-Nya, di antaranya dengan wasilah sedekah.
Sedekah bukan hanya menolak bala, memudahkan rezeki, dan mendatangkan jodoh, tapi sedekah juga dapat mencegah sakit, sekaligus menyembuhkan penyakit. Bila Anda sakit, bersedekahlah. Bila sudah bersedekah dan belum juga sembuh, perbanyaklah lagi sedekah Anda. Tunggulah, Allah sedang mendengarkan doa orang-orang yang pernah Anda beri sedekah.
Ada banyak bukti mengenai sedekah dapat menyembuhkan penyakit. Salah satunya apa yang dialami oleh Bapak Jefry, yang anak ketiganya dirawat di rumah sakit karena mengalami gangguan pernafasan akut. Anak laki-laki yang lahir prematur itu harus mendapatkan perawatan ekstra, fungsi per-nafasannya harus dibantu nafas khusus dan alat monitor pernafasan dengan biaya lebih dari 2 juta perharinya. Sebuah jumlah yang sangat besar bagi pegawai biasa semacam Jefry. Setelah bernegosiasi, akhirnya Jefry mendapatkan keringanan perawatan, anaknya hanya dibantu dengan alat bantu nafas khusus bernama cipep, biaya Rp250.000,- perhari ditambah biaya inkubator Rp200.000,- perhari. Namun lagi-lagi biaya itu bukanlah jumlah yang sedikit.
Tak heran, Jefry cukup bingung karena uang di sakunya cukup terbatas. Dia sudah utang sana sini tetap saja belum mencukupi. Jefry dan istrinya hanya bisa pasrah, menyerahkan semua persoalan kepada Sang Maha Kuasa. Jefry pun berencana menyedekah-kan hartanya ke masjid. Hari Jumat pagi sepulang kerja shift malam, Jefry mendatangi masjid terdekat. Sayang, tidak ada pengurus masjid yang menunggu. Akhirnya, Jefry menengok anaknya terlebih dahulu, untuk kemudian mencari masjid yang tak jauh dari lokasi rumah sakit. Jefry menemui imam masjid yang tak jauh dari lokasi rumah sakit. Jefry menemui imam masjid dan menyerahkan sedekah Rp100.000,- lalu meminta didoakan agar anaknya cepat sembuh. Uang di kantongnya tinggal Rp500.000, itu pun hasil pinjaman dari orang lain, sedangkan tagihan rumah sakit yang bertumpuk menunggu untuk dilunasi. Alhamdulillâh, keesokan harinya, anak Jefry meng-alami kemajuan pesat. Beberapa hari kemudian sembuh total dan bisa dibawa pulang. Tidak cuma itu, banyak teman dan saudaranya yang menyumbang, sehingga tagihan rumah sakit senilai Rp8000.000,- dapat terlunasi. Allâhu Akbar!
Lain lagi dengan cerita seseorang yang tak mau disebut namanya. Seorang pemuda memiliki ayah yang sakit kanker parah. Sudah diobati ke mana-mana, namun sakit ayahnya tak kunjung sembuh. Ia hampir putus asa dengan keadaan tersebut. Sampai suatu hari, saat pulang dari bekerja dia bertemu dengan seorang pengemis tua dengan pakaian yang compang-camping dan tampak kelaparan. Tiba-tiba, hatinya seperti diguncang gundah dan terketuk untuk bersedekah, bukan karena kasihan kepada pengemis itu, tetapi karena teringat akan penderitaan ayahnya yang terkena kanker menahun yang tidak bisa diobati oleh dokter ahli kanker sekalipun. Dia lalu menye-dekahkan semua uang hasil gajiannya yang baru saja ia terima kepada pengemis itu.
Gajinya habis, sehabis harapan ayahnya untuk sembuh. Akan tetapi, ajaib, sedekah itu–dengan izin Allah–, mengubah keadaan sang ayah. Sesampai di rumah, ayahnya telah sembuh, seakan tidak pernah menderita penyakit apa pun.
Sedekah memang dahsyat! Sedahsyat niat pemberinya, dan seindah kebahagiaan orang yang menerimanya.
Mengingat kisah di atas, saya jadi teringat dengan hadis
Rasulullah Saw., “Obatilah orang-orang sakit di antara kalian dengan (mengeluarkan) sedekah, dan bentengilah hartaharta kalian dengan (mengeluar-kan) zakat, dan siapkanlah untuk (menangkal) bala dengan berdoa.” (HR. Baihaqi).
Hadis tersebut menegaskan, bahwa sedekah adalah salah satu sebab yang bisa mendatangkan kesem-buhan. Bahkan sedekah bisa mencegah penyakit yang belum datang. Bersedekah sama dengan mencegah datangnya penyakit menimpa kita. Mencegah penyakit lebih baik daripada meng-obatinya. Sebab, mencegah datangnya sesuatu sebelum sesutu itu datang lebih mudah daripada harus meng-hilangkannya setelah sesuatu itu datang. Dan, terapi pencegahan lebih berguna daripada terapi penyembuhan. Oleh karena itu, obat yang paling mujarab sebenarnya adalah yang bisa mencegah datangnya penyakit. Obat mujarab itu tak lain adalah sedekah.
#Syaiful_Anwar
#Fakultas_Ekonomi
#Universitas_Andalas
#Kampus2_Payakumbuh
#Kaya_Raya_Dengan_Modal_Cinta
#Mencintai_Berbagi