Khazanah
Oleh : Syaiful Anwar
Dosen FE Unand Kampus II Payakumbuh
“Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyongkonyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.” (QS. Al-An’am [6] : 44)
Tidak sedikit orang yang menyesali dan meratapi kemiskinan yang menderanya. Ia merasa sudah lelah saat sudah berusaha maksimal, namun kemiskinan itu masih menjerat dirinya. Padahal, ia mengaku rajin melaksanakan shalat dan melakukan ketaatan. Sebaliknya, ada orang yang tidak shalat dan gemar bermaksiat namun ia berlimpah kekayaan dan diliputi kemewahan.
Jangan bersedih dengan kemiskinan yang mendera selama Anda tetap dalam taat. Karena, pelaku maksiat yang tampak segalanya berlimpah lalu ia semakin tenang dan tanpa dosa terus menerus melakukan kemaksiatan, sejatinya adalah sedang di-istidrâj-kan Allah.
Lalu, apa istidrâj itu? Istidrâj adalah penundaan hukuman. Atau bisa juga kebinasaan yang Allah kenakan secara berangsur-angsur sedang orang tersebut tidak menyadarinya. Sadar-sadar, ia sudah dalam kondisi pingsan dan tidak punya apa-apa lagi.
Rasulullah memberi pandangan tentang istidrâj ini dalam sabdanya,
إِذَا رَأيَجَْ اللهَ يُعْعِي العَْتدَْ نِوَ الدُّنْياَ عََلَ نَعَاصِيْ ًِ نَ ا يُُبُّ فإَ ذنِهَا ٌُ ََ اشْخِدْاجٌَ
“Jika engkau melihat Allah sedang memberikan karunia-Nya berupa kesenangan dunia kepada seseorang, sedang orang tersebut masih saja berbuat kemaksiatan, maka ketahuilah, itulah yang dinamakan istidrâj.” (HR. Ahmad)
Benar apa yang dikatakan Al-Qur`an, nafsu dan setan (baca: perbuatan buruk) hanya menawarkan kehinaan, kedukaan, dan penderitaan.
ال ذشيعَْانُ يعَِدُكُمُ الفَْلْرَ وَيَأمُْرُكُمْ ةاِلفَْحْشَاءِ وَاللهُ
يعَِدُكُمْ نَغْفِرَةً نِيًْ ُ وَفَضْلا وَاللهُ وَاشِعٌ عَلِيمٌ
“Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir); sedang Allah menjadikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah [2]: 268)
Nafsu yang sudah dikotori dengan sifat-sifat setan– keserakahan, ketidaktahuan diri alias lupa diri–akan mempercepat tawaran setan terwujud. Setan senantiasa menampakkan keindahan terhadap setiap kemungkaran yang kita kerjakan dan menjauhkan kita dari Allah. Ketika perbuatan dosa dilakukan–zina, memperkosa, memperkaya diri dengan cara bathil, berjudi, minum-minuman keras, dsb–enak betul terasa. Semua perbuatan dosa mengalir lancar dan seakan kita berteriak,
Inilah dunia! Nikmati apapun yang kita ingin nikmati. Tak ada yang bisa melarang. Inilah dunia! Kita bebas melakukan apa saja yang kita inginkan. Tidak ada siksa kubur. Tidak akan pernah ada siksa hari akhir.
Tapi ketika mata dibelalakkan akan terjadinya segala kemungkinan yang akan terjadi, barulah binaran mata berubah menjadi jeritan yang sangat menyayat hati.
Penyesalan seorang pendosa yang sedang tersudut, bisa membuat langit seakan runtuh menaruh iba. Ratapan-nya seorang penzalim, bisa membuat burung berhenti bernyanyi. Memilih belajar agar bisa menghargai hidup dan kehidupan yang telah dikaruniakan Allah.
Leluhur kita telah bersusah payah menanamkan bisikan moral yang luar biasa perihal cinta. Cinta itu adalah anugerah Ilahi. Cinta kepada siapa saja: harta, manusia lain jenis, anak, dan lain-lain. Makanya, kita harus menjaganya baik-baik sebelum anugerah itu menjadi musibah.
Kenikmatan bisa berubah menjadi kesengsaraan, manakala kita lupa kepada Sang Pemberi nikmat. Sedangkan nikmat tertinggi adalah ketika kita bisa mencintai Allah dan dekat dengan-Nya. Inilah kenikmatan tertinggi.
Sekali lagi, tidak ada kebahagiaan setelah kemaksiatan terbuat. Semuanya hanya dijanjikan kenikmatan semu oleh setan, sekadar melayangkan indra kepada keindahan dunia yang ternyata hanya angan-angan belaka.
اغِْيٍَ ُ ا أَجٍٍّ َا الَْْيَاةُ الدَّجْيَا ىػَِبٌ وَلَٓ ْ ٌٔ وَزيِ َِثٌ وَتََفَاخُرٌ ةيَْ َِسُ ًْ وَحسََاذرٌُ فِِ الأمْ َالِ وَالأوْلادِ نٍَ َرَوِ دَيدٍْ أغْشَبَ اىهُْفٍّارَ جَتَاحُ ُّ ثُ ًٍّ يَٓ يزُ ذَتَََاهُ مُصْفَرًّا ثُ ًٍّ يسَُٔنُ حُػَاٌ ًا وَفِِ الآخِرَةِ غَذَابٌ شَ دِيِدٌ وَ َغْفِرَةٌ ٌِ ََ اللهِ وَرطِْ َانٌ وَ َا الَْْيَاةُ الدَّجْيَا إلِا
ٌَخَاعُ اىغُْرُورِ 20
“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanya-lah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbanggabanggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya menga-gumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (QS. Al-Hadid [57]: 20)
Berbahagialah kita yang pernah diingatkan Allah dan diberi pelajaran oleh-Nya, karena kita pasti sudah merasakan yang namanya siksa dunia, neraka kecil. Bodohlah kiranya bila kita sudah diberi pelajaran tapi tak kunjung memperbaiki diri.
Hati-hati juga bagi kita yang tidak sanggup memetik pelajaran sebagai nafsu. Bukannya kita mengingat Allah ketika kita kena batunya dari suatu perbuatan buruk; judi tambah judi, nipu jadi semakin hebat, kezaliman semakin bervariasi, jangan-jangan kita sedang di-istidrâj-kan Allah,
الوٌَْ َ َْ أظَِْيَ ًُ ُ مٍِ ٍّ َْ ذُنّرَِ ةآِياَتِ رَبِّّ ِ ثُ ًٍّ أغَْرَضَ خَِْ َٓا إِ اٍّ ٌِ ََ
ُشْرٌِ ينَ ٌِخَْلٍِ ُٔنَ 22
“Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang telah diperingatkan dengan ayat-ayat Tuhannya, kemudian ia berpaling daripadanya? Sesungguhnya Kami akan memberikan pembalasan kepada orang-orang yang berdosa.” (QS. As-Sajdah [32]: 22)
Kalau muncul kesusahan dan kepelikan hidup sebab hati yang busuk, benarlah lagi apa yang dikatakan Al-Qur`an, dan menjadi layak disebut kembali untuk menambah tadzkirah; ketika manusia tidak lagi menggunakan akal dan hatinya, cenderung mengikuti nafsu, sombong dan serakah, maka dia lebih rendah daripada binatang. Inilah rupanya yang jarang disadari oleh kebanyakan orang bila kesenangan tergenggam dan bila nafsu menjadi imam terdepan, bahwa lupa diri akan mengantarkan hilangnya kebebasan dan kehormatan.
Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq berkata, “Alangkah bahagianya siapa saja yang menjadikan akalnya sebagai raja, nafsunya sebagai tawanan. Dan alangkah celakanya siapa saja yang menjadikan nafsunya sebagai raja dan akalnya sebagai tawanan.”
Apa yang dikatakan sahabat sekaligus mertua Rasulullah itu benar. Manusia menjadi tinggi derajat dan kehormatannya bila ia bisa menjaga hati dan pikirannya, sehingga bisa mengendalikan semua anggota tubuhnya untuk tetap lurus sesuai dengan aturan agama. Bila seseorang mengabaikannya, maka bukan saja ia menjadi hina di mata manusia, tapi juga rendah di hadapan Allah. Ia akan beroleh kehidupan yang sempit lagi menderita.
وَنَوْ أعَْرََضَ عَوْ ِذنْ ِري ف ِإَ ذن لَُُ نَ ِعيشََثً ضَيكًًْ وَنََْشُُُهُ يَ َْ مَ اللِْيَانَثِ أعْمََ . كاَلَ ربَِّ لمَِ حَشَُْحنَِِ أعْمََ وَكَدْ نُيْجُ ةصَِيرًا . كاَلَ نَذَلمََِ أتََخمَْ آياَتُيَا فنَصَِيخَ َا وَرَذَلمَِ الَْْ ْمَ . وَرَذََلمَِ نَََزِْي نَوْ أسََْفَ وَلمَْ يؤُْنِوْ ةآِياَتِ رَبًِّ ِ وَلعََذَابُ الآخِرَةِ أشَدُّ وَأبْقََ
“Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta”. Berkatalah ia: “Ya Tuhanku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya adalah seorang yang melihat?” Allah berfirman: “Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu melupakan-nya, dan begitu (pula) pada hari ini kamupun dilupakan”. Dan Demikianlah Kami membalas orang yang melampaui batas dan tidak percaya kepada ayat-ayat Tuhannya. Dan sesungguhnya azab di akhirat itu lebih berat dan lebih kekal.” (QS. Thâha [20]: 124-127)
Kesempitan kehidupan bisa saja berbentuk apa saja; penyakit, kebangkrutan, kemelaratan dan kehinaan. Lupakanlah Allah, maka Dia pun akan melupakan kita. Segeralah mengingat Allah, Dia pun akan segera mengingat kita.
#Syaiful_Anwar
#Fakultas_Ekonomi
#Universitas_Andalas
#Kampus2_Payakumbuh
#21_Pesan_Alqur’an
#Bergembiralah_Dengan_Ketaatan