Matarakyat24.com, Jakarta – Era digital memudahkan semua orang menciptakan kreasi media dan sangat penting literasi media untuk dipelajari karena akan membantu kita untuk belajar berfikir kritis ketika menerima pesan media, menjadi konsumen yang cerdas dan membuat karya dengan bertanggungjawab.
Data pribadi 200 juta pengguna facebook dan instagram bocor merupakan salah satu contoh bocornya data pribadi yang menunjukkan bahwa perlunya perlingdungan data pribadi kita masing-masing. Kecendrungan manusia adalah membagikan apapun itu kepada pihak lain seperti melalui media sosial baik itu untuk keperluan shooping, keuangan, pendidikan dan lain sebagainya. Modus-modus penipuan online seperti pinjol, penipuan via whatsaap, penipuan ganti nomor ponsel (SIM Swap Fraud), penipuan via pesan dan penipuan lewat telpon.
Tips menghindari penipuan online antara lain dengan cara tidak menyebarkan dat-data pribadi di sosial media, membuat password yang kuat, dan tidak menyebarkan kode OTP, jangan sembarangan membuka link yang belum jelas sumbernya, jangan mudah tergiur diskon dan harga murah serta hindari mengunduh aplikasi yang tidak terpecaya di ponsel.
Literasi digital bagi pendidik sangat penting” agar pendidik memiliki kemampuan dalam memanfaatkan media digital dan meningkatkan kemampuan agar bisa membedakan antara realitas media baru dengan realita sosial, ujar Yan Pernmenes (Anggota Komisi I DPR RI) dalam webinar ngobrol bareng legislator dengan tajuk “Literasi Digital bagi Tenaga Pendidik” pada Rabu (12/4/2023).
Dr. Jejen Musfah, MA (Dosen UIN Syarif Hidayatullah) juga menyampaikan “Seorang guru harus memiliki 3T yaitu tahu banyak, terampil banyak dan tindakan banyak”. Melalui internet guru sebaiknya terus belajar di mana saja dan kapan saja sehingga memiliki pengetahuan yang luas dan mendalam akan topik dan bidang tertentu. Internet juga membuat aneka keterampilan yang bisa dipelajari oleh siapa pun termasuk guru, mulai dari soal dapur, keseharian, pendidikan hingga pembelajaran.
Guru memosisikan dirinya sebagai pencipta, penemu, atau kretaor bukan pengguna atau user atau konsumen pengetahuan belaka. Guru dikatakan user atau konsumen bahkan lebih buruk dari itu manakala hanya menghabiskan waktunya untuk bermain media sosial, menjadi korban hoaks, kehilangan daya kritis, kreatif, atau terjebak plagiasi.
Produktivitas itu bukan saja akan menunjukkan profesional guru tetapi kadang berdampak pada kesejahteraan guru yang bersangkutan.
Tidak ada pilihan lain, ketika pemerintah abai dengan kesejahteraan guru, maka solusi terdekat adalah guru meningkatkan kapasitas dan profesionalisme serta produktivitasnya.