Matarakyat24.com –Arah pembicaraan koalisi permanen, diperkirakan Prabowo memang happy didukung oleh banyak partai, tapi ia juga khawatir akan kemungkinan partai-partai politik dalam koalisi ini berubah sikap dikemudian hari, oleh karena itu Prabowo mengadakan pertemuan ini untuk dalam rangka konsolidasi koalisi agar semakin menguat maka ide koalisi permanen itu dicuatkan.
Ide koalisi permanen jika dicermati adalah pelepasan energi yang berlebihan, cenderung sia-sia. Pertama, berkoalisi permanen akan percuma karena partai-partai politik punya kepentingan membesarkan partainya, jadi memungkinkan mereka tidak ingin dianggap pendukung Prabowo dan Gerindra semata. Kedua, partai-partai ini juga akan melihat sejauhmana Prabowo sebagai Presiden memperjuangkan kepentingan partai-partai lain di pemerintahan, mereka juga akan melihat situasi dari reshuffle, dan melihat kepuasan masyarakat terhadap Kepemimpinan Prabowo. Ketiga, diakhir menjelang Pemilu Serentak 2029, seperti tahun 2028 bahwa memungkinkan partai-partai di pemerintahan akan lebih mengedepankan kepentingan mereka, apalagi melihat kemungkinan Presidential Threshold sudah dihapuskan, jadi mereka akan mendorong ketua umum mereka sebagai calon presiden penantang prabowo.
Jadi Presiden Prabowo sebaiknya jangan buang-buang energi yajg sia-sia, memikirkan koalisi permanen sebab ujungnya prematur dapat diterka Prabowo sudah memikirkan periode keduanya dengan ide koalisi permanen, lebih baik Presiden Prabowo konsentrasi untuk bekerja dan berjuang untuk rakyat, ketimbang terjebak urusan politik dan politis semata. Biarkan koalisi sekarang berjalan alamiah, jika ide koalisi permanen dilaksanakan, diterima oleh partai-partai lain, maka hak prerogatif Presiden memilih dan memberhentikan menteri menjadi politik tawar-menawar kepentingan, sehingga Prabowo tidak akan mandiri dan berani bersikap tegas, bahkan konsentrasi dirinya bekerja penuh untuk rakyat akan terganggu urusan politik.
Ide koalisi permanen juga dapat diperkirakan karena dua hal, pertama, memungkinkan ide ini hadir untuk menguatkan kembali kesatuan koalisi, sebagai konsekuensi ditenggarai kemungkinan besarnya memang PDIP tidak akan mau bekerjasama di pemerintahan kecuali mendukung Prabowo saja dari luar karena PDIP juga representasi suaranya juga amat kecil ketimbang KIM Plus. Kedua, karena PDIP batal dirangkul maka Prabowo menguatkan konsolidasi agar 2029 koalisi KIM Plus dipermanenkan untuk mendukung dirinya di Penilu Serentak 2029, sinyal ini ada dengan pernyataan prematur PSI yang akan mendukung Prabowo maju di Pilpres 2029 misalnya.
Jadi ide koalisi permanen ini, bisa hadir dari obrolan di KIM Plus mengenai kesatuan dan kebersamaan KIM Plus dan juga merancang ide kebersamaan ke depannya di Pemilu 2029 nanti.
Prabowo melakukan itu didasari oleh kemungkinan beberapa alasan: pertama, PDIP memang tidak tampak bersedia bergabung di pemerintahan, sehingga Prabowo semakin meneguhkan hubungan antar Jokowi dan Prabowo. Kedua, Presiden Prabowo ingin menunjukkan kepada masyarakat bahwa hubungan Prabowo dengan mantan Presiden Jokowi masih hangat dan bersama, ini juga untuk mematahkan keinginan retaknya hubungan Prabowo dan Jokowi. Ketiga, Jokowi diberikan panggung, sebagai bentuk kesantunan dan rasa hormat yang tinggi dari diri Prabowo yang memang menghargai mantan-mantan Presiden sebelumnya dan tentu juga Jokowi adalah orang yang berjasa memenangkan Prabowo. Keempat, simbol kehadiran Jokowi dalam Pidato ini menunjukkan hubungan Prabowo dan Jokowi tidak sekadar sampai kepada transisi pemerintahan, tetapi juga Pemerintahan ini memang bersifat kelanjutan dengan sikap saling respek antar keduanya.
Jadi dalam hubungan Prabowo dan Jokowi ada nilai keteladanan dalam berpolitik, dari kehangatan kebersamaan Prabowo dan Jokowi, dan juga disinyalir tetap adanya respek maupun komunikasi Jokowi dengan Prabowo dalam soal pemerintahan.
Tidak sekadar hubungannya masih erat. Tetapi juga penyanpaian nilai untuk keluar. Pertama, Prabowo memungkinkan enggan bernegosiasi dengan PDIP, jika PDIP mau bersama di pemerintahan tapi harus meninggalkan Jokowi. Kedua, Prabowo berusaha menjaga masyarakat yang memang simpatik kepada Jokowi, ini menunjukkan Prabowo tak ingin kehilangan para loyalis dan simpatisan Jokowi yang mendukung Prabowo. Ketiga, Prabowo ingin menunjukkan ke masyarakat hubunganjya masih erat dengan Jokowi dan narasi adanya perpecahan hubungan keduanya tidak terjadi. Keempat, kehadiran Jokowi dapat juga dimaknai sebagai keberlanjutan pemerintahan dan program, memang masih berjalan dengan erat, artinya bahwa Prabowo akan meninggalkan Jokowi dan mengabaikan program-program Jokowi bisa dikecilkan sentimen negatif itu. Kelima, Prabowo juga ingin memperoleh nilai yang positif di masyarakat bahwa ia sebagai sosok yang memberikan keteladanan dalam berpolitik.
Namun yang pasti, atas hubungan hangat Jokowi dan Prabowo ini, narasi bahwa hubungan Jokowi dan Prabowo tidak lagi harmonis, telah terbantahkan. Berikutnya baik PDIP maupun kelompok lain yang menginginkan melihat Jokowi dan Prabowo saling menegasikan, Jokowi ditinggalkan oleh Prabowo, tidak terwujud, malah kenyataannya Prabowo menunjukkan tidak ingin meninggalkan Jokowi karena rasa hormat Prabowo terhadap semua Presiden di Indonesia sebelumnya dan memang Jokowi juga berjasa bagi kemenangan dirinya. Prabowo juga ingin menunjukkan ke PDIP, politik kesantunan, dan menyatakan ia bukan tokoh politik di Indonesia yang berkarakter”kacang lupa kulit”.(Red-1)