RENUNGKAN SURAT CINTA INI, WAHAI PARA PEMIMPIN! 

Khazanah

Oleh : Syaiful Anwar

Dosen FE Unand Kampus II Payakumbuh 

 

Wahai para pemimpin,  sesungguhnya Allah Ta‟ala menjadikan pemimpin yang adil itu sebagai tempat berlindung orang yang teraniaya, memperbaiki mana yang binasa, menjadi kekuatan bagi yang lemah, membela yang tertindas, tempat mengadu orang yang kemalangan. 

Pemimpin yang adil, adalah laksana seorang pengembala yang mengembalakan domba yang dikasihinya, dihalaunya ke padang yang subur rumputnya, dihindarkannya jauh-jauh dari pinggir tebing yang curam, dijaganya agar jangan dimakan binatang buas, dipeliharanya supaya jangan mati kepanasan atau kedinginan. 

 

Pemimpin yang adil, adalah laksana ayah yang cinta kepada anak-anaknya, diwaktu kecil, setelah besar dididiknya. Seketika si ayah itu hidup, maka perusahaan ialah buat anaknya dan setelah si ayah mati, maka peninggalan hartanya ialah buat mereka. 

 

Pemimpin yang adil, adalah laksana seorang ibu yang mengasihi anaknya. Dikandungnya anak itu dengan serba kesakitan dan dilahirkannya ke dunia dengan serba kesakitan pula. Di waktu kecilnya diasuhnya dan dibelainya, tidur pun tidak begitu pulas karena menjaga anaknya. Kalau anaknya demam, dia yang dahulu sakit; kalau anaknya senang, dia yang dahulu gembira. Sekali disusukannya, sekali digendongnya dalam pangkuannya. Jika anaknya sehat, dia bersuka cita, jika anaknya mengeluh kesakitan, hatinya risau. 

 

Pemimpin yang adil, adalah sebagai seorang pelindung anak yatim yang menerima wasiat dari ayah anak itu seketika dia akan wafat. Pemimpin yang adil tempat penyimpanan barang bagi si miskin, yang kecil diasuhnya dan yang besar dibelanya. 

 

Pemimpin yang adil, didalam kepemimpinan-nya, laksana hati di dalam tubuh manusia. Baik tubuh karena baiknya, rusak tubuh karena rusaknya. 

 

Pemimpin yang adil, adalah seorang yang tegak di batas, di antara Allah dengan hamba-Nya. Didengarnya kalam Allah, lalu disampaikannya kepada rakyatnya, dilihatnya wajah Allah lalu disampaikannya penglihatan itu kepada mereka, dan berpegang kepada Allah didalam menuju kebahagiaan, lalu dibimbingnya pula tangan kaumnya supaya mereka turut merasai kebahagiaan. 

 

Oleh karena itu, wahai para pemimpin, camkanlah, bahwa sesungguhnya kepemimpinan adalah amanat berat yang harus dipertanggung jawabkan dihadapan Allah. Seharusnya menjadi seorang pemimpin/penguasa bukanlah sebuah kebanggaan, bahkan harus menjadi sebuah sarana kehati-hatian. 

 

Ketahuilah, wahai para pemimpin, sesungguhnya Allah Ta‟ala telah  menurunkan beberapa aturan, norma-norma untuk memperingat-kan manusia agar tidak melakukan perbuatan yang hina. Bagaimanakah  buruknya kalau yang diper-cayai orang menjalankan undang-undang itu sendiri yang melanggarnya? Rambu-rambu larangan Allah adalah peringatan agar manusia jangan mendekati terlebih-lebih melakukan larangan tersebut. 

 

Selain itu, hendaknya dicamkan, wahai para pemimpin, akan maut yang sesudah maut. Ingatlah apabila mati Bapak tempu kelak, hanya sedikit orang yang akan menjadi pembantumu, tak ada orang yang akan menolong. Oleh sebab itu, maka sediakanlah bekal untuk maut dan untuk yang sesudah maut. Ketahuilah, wahai para pemimpin, bahwasanya Bapak akan berpindah kepada suatu tempat yang belum pernah Bapak diami. Lama Bapak akan di sana, akan tinggal segala yang dicintai dan sunyi duduk seorang diri, tak berkawan tak  berteman. Bersedialah dari sekarang, carilah bekal untuk Hari yang hebat itu, dimana manusia lari dari saudara dan ibunya, dari ayah dan isterinya dan dari anaknya sendiri. 

 

Ingatlah wahai para pemimpin, bagaimana hebatnya kelak, bila dibongkar isi kubur, dikeluarkan segala isi dada. Segala rahasia akan terbuka dan kita akan menuliskannya, tidak ada yang besar dan kecil. Semuanya akan tertulis. Maka, sekarang wahai para pemimpin, di waktu Bapak masih dapat bertenang, insafilah diri, kembalilah ke pangkuan kasih Ilahi sebelum ajal menjemput, sebelum terhenti segala cita-cita. Janganlah Bapak menjatuhkan hukuman kepada hamba Allah dengan kejahilan dan jangan menjadi wakil orang yang takabbur dan sombong. Orang-orang yang takabbur dan sombong itu tidak memperhatikan belas dan kasih dan tidak ada tanggung jawab. Padahal yang demikian yang akan memikul dosanya ialah Bapak sendiri, dosa sendiri dan dosa orang yang akan menjadi wakil itu. Janganlah Bapak terpedaya oleh orang-orang yang kesenangan dunia dan terlepas anak-anak daripada keduniaan, tetapi Bapak kehilangan nikmat di akhirat. Jangan dipandang dan dipercaya kekuatan Bapak pada hari ini. Tetapi ingatlah, adakah kekuasaan dan kekuatan Bapak nanti padahal ketika itu Bapak telah terkurung oleh malaikat-malaikat dan arwah Nabi-Nabi dan Rasul. Semua muka menekur ke bumi lantaran hebatnya dihadirat al-Hayyu al-Qayyum „Yang Hidup dan Yang Maha 

Kuasa‟. 

 

Adapun diri kami ini wahai para pemimpin,  meskipun nasehat ini tidak sehebat nasehat orang-orang yang dahulu dari saya, namun cinta saya kepada Bapak tidaklah kurang. Oleh sebab itu, terimalah surat cinta ini dan pandanglah dia laksana semangkuk ramuan obat yang diberikan oleh seorang yang amat cinta kepada temannya yang sakit walaupun pahit obat itu disuruhnya juga kawannya yang sakit menelannya sebab kawan yang memberikan itu sangat berharap supaya dia lekas sembuh.” 

 

#Syaiful_Anwar

#Fakultas_Ekonomi

#Universitas_Andalas

#Kampus2_Payakumbuh

#Heart_Laundry

#Renungkan_Surat_Cinta_Ini_Wahai_Pemimpin

 

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *