Khazanah
Oleh : Syaiful Anwar
Dosen FE Unand Kampus II Payakumbuh
Inilah kisah indah seorang tabi‟in yang bertaubat kepada Allah. Seorang yang merasakan keindahan kembali kepada-Nya setelah melewati pintu-pintu maksiat. Dia lah Malik bin Dinar.
Ia memulai hidupnya dengan sia-sia. Minuman keras menjadi minuman pavoritnya setiap hari dan banyak lagi kemaksiatan lainnya yang ia lakukan. Berbuat zalim kepada manusia, makan hak orang lain, memakan riba, memukul manusia, dan berbagai jenis kezaliman. Tiada hari tanpa maksiat. Singkat kata ia adalah seorang fajir (yang gemar berbuat dosa), sehingga ia dijauhi oleh masyarakat.
Namun, hidayah Allah datang dari siapa saja. Pada suatu hari, Malik ingin menikah. Maka ia pun menikah dan hasil dari pernikahannya lahirlah seorang anak yang manis, yang ia beri nama Fatimah. Malik sangat mencintainya. Maklum anak pertama dan sesuai dengan keinginannya. Seiring bertambahnya waktu, maka Fatimah pun bertambah besar. Setiap kali Fatimah bertambah besar, iman Malik pun bertambah dan maksiatnya berkurang. Mungkin Fatimah tahu kalau ayahnya memegang botol minuman keras, lalu ia mendekatinya, sehingga Malik menjauhkan botol itu darinya, sedang Fatimah waktu itu baru berumur dua tahun. Seakan Fatimah adalah perantara hidayah bagi Malik. Setiap kali Fatimah bertambah besar, iman Malik pun bertambah pula. Selangkah demi selangkah, Malik semakin merasakan kedekatannya kepada Allah, maka sedikit demi sedikit ia semakin jauh dari maksiat, hingga usia Fatimah genap tiga tahun.
Ketika usia Fatimah mencapai tiga tahun, ia dijemput Allah ke alam baqa. Hal ini membuat Malik goncang. Ia belum memiliki kesabaran orang beriman yang menguatkannya untuk menerima ujian dari Allah, sehingga kesempatan ini dipergunakan setan untuk menggoncangkan imannya. Setan berbisik, “Hai Malik, mabuklah kau sepuas-puasnya. Dengan mabuk kau akan bisa mengurangi kesedihanmu.” Maka iman Malik kalah, ia pun mabuk sepanjang malam.
Ketika tertidur karena banyak minum, Malik bermimpi. Ia bermimpi melihat dirinya pada hari kiamat. Ketika matahari menjadi gelap, lautan berubah menjadi api, bumi bergonjang dan manusia berkumpul di hari kiamat, manusia berbondong-bondong, Malik bersama manusia, ia mendengar ada yang menyeru, “Fulan bin Fulan kemarilah menghadap pada Yang Maha Memaksa.”
Malik melihat wajah Fulan bin Fulan itu berubah menjadi hitam karena ketakutan. Sehingga Malik mendengar si penyeru itu memanggil dirinya. Manusia di sekelilingnya hilang, seakan tidak ada orang di bumi Mahsyar itu. Lalu ia melihat ular besar lagi ganas berjalan ke arahnya sambil membuka mulutnya. Ia pun lari ketakutan, hingga ia menemukan laki-laki tua lagi lemah. Ia memelas, “Tolonglah aku dari ular itu.” Laki-laki tua itu berkata, “Anakku, aku lemah, aku tidak bisa menolongmu, tetapi larilah ke arah ini mungkin kau akan selamat.”
Maka Malik pun lari ke arah yang ditunjukkan oleh si laki-laki tua itu. Sedangkan ular berada di belakangnya dan neraka berada di depannya. Maka ia pun berkata, „Apakah aku akan lari dari ular dan jatuh ke neraka?‟ Ia pun segera kembali pada laki-laki lemah itu sambil berkata, „Selamatkan aku, tolonglah aku.‟ Si laki-laki tua itu pun menangis karena kasihan kepadanya, lalu berkata, „Aku lemah seperti yang kau lihat, aku tidak mampu melakukan apa-apa, tetapi cobalah lari ke gunung itu mungkin kau akan selamat.”
Malik pun lari ke gunung dan ular akan menyambarnya. Lalu ia lihat di puncak gunung itu anak-anak kecil, mereka berteriak, „Wahai Fatimah, temuilah bapakmu, temuilah bapakmu!‟”
Malik pun tahu kalau itu anaknya. Ia merasa senang karena anaknya yang meninggal di usia tiga tahun menolongnya, mengambil tangannya dan mengusir ular itu dengan tangan kirinya, sedang ia seperti mayit karena takut. Lalu anaknya pun duduk di kamarnya seperti duduk di dunia, dan berkata,
“Wahai ayahku, “Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah…” (QS.AlHadid: 16).
“Wahai anakku, beritahulah padaku tentang ular itu.” Ucap Malik.
“Wahai ayahku, itu adalah amal yang buruk, engkau besarbesarkan dan kembangkan, sehingga hampir ia memakanmu. Bukankah engkau tahu, wahai ayahku, bahwa amal di dunia akan berubah memiliki jasad di hari kiamat?” papar Fatimah dengan tegas.
“Dan laki-laki lemah itu?” tanya Malik
“Itu amal salehmu, wahai ayah. Engkau lemahkan dia, sehingga ia menangis melihat keadaanmu, dan ia tidak mampu melakukan sesuatu. Sekiranya engkau, wahai Ayah, tidak melahirkan aku, dan aku meninggal ketika masih kecil tentu tidak ada yang bermanfaat bagimu.”
Malik pun terbangun lalu berteriak,
“Telah datang, wahai Tuhanku…telah datang, wahai Tuhanku… “Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah….”
Setelah itu Malik pun mandi dan keluar untuk shalat Shubuh. Ia ingin bertaubat kepada Allah SWT.
Lalu ketika Malik masuk masjid, sang imam sedang membaca ayat, “Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah…” (QS.Al-Hadid: 16).
Mendengar bacaan imam tersebut, Malik pun menangis. Inilah kemantapan taubatnya. Sehingga ia terkenal setiap hari duduk di depan masjid sambil berkata,
“Wahai hamba yang bermaksiat, kembalilah pada majikanmu. Wahai hamba yang lalai, kembalilah pada majikanmu. Wahai hamba yang lari, kembalillah pada majikanmu, majikanmu menyerumu setiap malam dan siang hari sambil berkata, “Siapa yang mendekat pada-Ku sejengkal, maka Aku akan mendekat padanya sehasta, lalu siapa yang mendekat padaku sehasta, maka Aku akan mendekat padanya sedepa, dan siapa yang mendekat pada-Ku sambil berjalan, maka Aku akan mendekat pada-Nya sambil berlari kecil.” (HR.Bukhari-Muslim)
#Syaiful_Anwar
#Fakultas_Ekonomi
#Universitas_Andalas
#Kampus2_Payakumbuh
#One_Hour_Awardness
#Taubatnya_Malik_Bin_Dinar