SAMPAI KE ALAMAT DENGAN SELAMAT

banner 120x600

Khazanah

Oleh : Syaiful Anwar

 

Ini adalah peristiwa yang terjadi keapda saya lebih dari sepuluh tahun yang silam. Suatu ketika, saya naik kendaraan dari Padangpanjang menuju Payakumbuh. Tepat di terminal Bukittinggi penumpang turun. Saya duduk dibagian depan samping kiri dekat pintu. Karena ada penumpang d isamping saya yang mau turun, maka saya pindah ke belakang. Pas penumpang sudah mulai agak berkurang, maka saya pindah lagi ke depan.

Saat kondektur meminta ongkos, saya merogoh saku celana, ternyata dompet saya raib. Dompet tersebut berisi uang dan Kartu Tanda Penduduk (KTP) serta surat-surat lainnya.

Mengalami kejadian yang tak terduga ini, saya terperanjat kaget, namun hal tersebut tak berlangsung lama. Saya berusaha menguasai diri, lalu berkata kepada kondektur, “Maaf, Da, pitih di dompet ambo hilang

(Maaf, Da, uang di dompet saya hilang).

Kondektur terdiam, dan memahami apa yang telah terjadi. Ia pun berkaat, ”Lah kanai Uda mah”, sudah kena Uda! Maksudnya, sudah kena aksi copet.

Saya mengingat kronologinya mengapa musibah ini bisa terjadi. Saya kemudian menyadari bahwa kejadian itu ketika di terminal Bukittinggi ada beberapa orang naik mobil dan agak mendesak badan saya dan penumpang lainnya. Saya tidak menyangka kalau itu adalah strategi yang dilancarkan oleh para pencopet. Namun, apalah daya, musibah datang dalam sekejap mata.

Saya akhirnya tersadar, bahwa semuanya berasal dari Allah dan akan kembali kepada Allah. Saya pun introspeksi diri. “Alhamdulillah, Engkau telah menyadarkanku ya Allah. Mungkin selama ini saya kurang sedekah.” Bahkan, saya berdoa mudah-mudahan para copet itu diberi hidayah oleh Allah.

Tak terasa mobil melaju dengan cepat dan sampailah di terminal Koto Nan Ampek  Payakumbuh.

Sesampai di terminal Koto Nan Ampek, saya berpikir keras lagi. Apa yang harus saya lakukan? Uang sudah raib di dompet, sedangkan saya harus melakukan perjalanan beberapa jam lagi ke Kapur IX. Saya harus naik mobil dua kali lagi. Naik angkot dari terminal Koto Nan Ampek ke terminal Pasar Kabau. Dari terminal Pasar Kabau naik bus lagi ke Kapur IX.

Saya cek lagi mana tahu ada terselip uang di saku celana atau saku baju. Tidak ada. Saya cek di saku tas. Saya temukan uang Rp2.000,00. Uang sebesar itu hanya ongkos angkot dan lebihnya sedikit. Sisanya tidak cukup untuk ongkos bus ke Kapur IX. Ongkos ke Kapur IX waktu itu sekitar Rp10.000,00 (sepuluh ribu rupiah).

Dalam kebingungan itu saya berdoa kepada Allah. “Ya Allah, Engkau Zat Yang Maha Tahu segala-galanya. Inilah hamba-Mu sangat butuh pertolongan-Mu. Kepada siapa lagi memohon kalau bukan kepada-Mu? kepada siapa lagi meminta kalau bukan kepada-Mu?”

Tiba-tiba saya ingat bahwa di Pasar Payakumbuh ada orang Kapur IX yang bekerja di Toko Kosmetik, namun saya tidak tahu persis di mana tempatnya. Saya pun berdoa lagi. “Ya Allah, tolonglah saya. Pertemukan saya dengan Adi.”

Saya pun turun di pasar Payakumbuh. Saya putar- putar pasar Payakumbuh. Mana tahu saya bisa melihat si Adi yang sedang menjaga toko.

Subhanallah, Allah Maha Mendengar doa. Tiba-tiba, tatkala saya berjalan antara harap-harap cemas, saya disapa oleh seseorang.

”Aa, dari mana dan mau kemana?”

Saya ragu dengan orang yang menyapa saya. Siapa ya?

Koq kenal dengan saya?

“Maaf, dengan siapa ini ya?” “Saya Iwan, Aa.”

“Oh, Iwan? Koq bisa lupa saya? Sudah gede rupanya ya?”

Ternyata orang yang menyapa saya adalah Iwan. Orang Kapur IX, satu tempat tinggal dengan si Adi dan orang tua saya.

“Oh iya, Aa. Mau ke mana?” Iwan mengulangi pertanyaannya yang belum saya jawab.

“Mau ke tempat si Adi. Katanya dia bekerja di toko kosmetik.”

“Iya Aa. Tuuh, di depan!” Si Iwan menunjuk toko tempat si Adi bekerja. Ternyata tak jauh dari posisi kami.

“Terima kasih, Wan,” kata saya. “Iya, Aa.”

Alhamdulillah, doa saya dikabulkan. Melalui si Iwan lah saya dapat dipertemukan dengan si Adi.

Saya pun segera menuju toko tempat si Adi bekerja, lalu menceritakan kejadian yang telah menimpa saya.

“Di, bisa Aa minjam duit untuk ongkos ke Kapur IX? Nanti Aa bayar kalau Aa balik ke sini lagi, atau kamu pulang ke Kapur IX.”

“Nggak usah Aa minjam. Ini uang untuk ongkos!” Adi pun menyodorkan uang Rp20.000,00 (dua puluh ribu rupiah).

Saya mengucapkan terima kasih kepada Adi. Ia seperti malaikat yang dikirimkan oleh Allah kepada saya. Saya pun berjalan menuju terminal Pasar Kabau yang tak begitu jauh dari pasar Payakumbuh.

Dengan uang Rp20.000,00 saya bisa sampai ke Kapur IX, Bahkan uang itu masih berlebih. Allah Maha Mengabulkan doa.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *