PKS Dinilai Masyarakat Minus Kerja dan Gagal

Efriza, Pengamat Politik Citra Institute dan Dosen Ilmu Pemerintahan Universitas Pamulang (UNPAM) Serang/Dok.Pribadi
Efriza, Pengamat Politik Citra Institute dan Dosen Ilmu Pemerintahan Universitas Pamulang (UNPAM) Serang/Dok.Pribadi

Oleh:  Efriza | Pengamat Politik Citra Institute dan Dosen Ilmu Pemerintahan Universitas Pamulang (UNPAM) Serang

Matarakyat24.com –Situasi kekalahan PKS di Jakarta, Depok, Bogor, Bekasi, dan Jawa Barat ada tiga faktor meliputi: pertama, kejenuhan masyarakat terhadap kepemimpinan PKS, kedua, faktor narasi agama yang mulai ditolak masyarakat, dan ketiga, gembos dari internal anggota-angotanya karena kisruh Anies dan PKS di Pilkada Jakarta saat memasuki masa untuk pencalonan Gubernur Jakarta.

Kejenuhan masyarakat tinggi terhadap PKS. PKS dinilai masyarakat minus kerja dan gagal memberikan kesejahteraan masyarakat kecuali sekadar membawa narasi agama.

Narasi agama yang dibawa oleh PKS malah menunjukkan partai ini membawa narasi agama yang acap menyulut emosi warga, bukan sekali PKS membahas isu Janda, maka wajar ketika PKS Blunder dengan menghina Rasullullah dengan komparasi narasi janda, di sanalah rasa sebal masyarakat semakin membuncah. Akibatnya upaya meruntuhkan kekuatan PKS di Jawa Barat dan DKI, Depok, Bogor, Bekasi terjadi. Ini menunjukkan PKS mengalami gelombang arus balik dari klaim sebagai partai berpengaruh di Jawa Barat dan Jakarta sekarang menjadi partai yang kekuatannya gembos.

Fenomena kekalahan PKS di Jawa Barat dan DKI Jakarta adalah bukti PKS telah gagal secara organisasi yang solid, mesin partai yang handal, karena faktor ketiga mulai merembes ke internalnya yang kecewa ketika elite-elite PKS memilih mendukung pemerintah, memperoleh kursi menteri, tetapi malah meninggalkan Anies yang turut membesarkan PKS di Pemilu Serentak 2024 kemarin.

Jadi sekarang PKS hanya sekadar partai Islam medioker, apalagi jika kita tarik di 2024 kemarin PKS juga ambruk di Pilpres, ini menunjukkan gelombang arus balik dari PKS sebagai partai kader menjadi partai keder.(Red)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *