Menuju Kemerdekaan RI ke-80, Aktivis Muda Sijunjung Soroti Moral Bangsa, Budaya, dan Kestabilan Ekonomi Rakyat

Matarakyat24.com – Sijunjung 5 Agustus 2025. Menjelang peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke-80 tahun, aktivis muda asal Sijunjung, Ilham Priduan Zulfira, menyampaikan keprihatinannya terhadap kondisi bangsa saat ini. Ia menyoroti persoalan lunturnya nilai-nilai adat dan budaya, merosotnya moral generasi muda, serta ketimpangan ekonomi yang masih dirasakan rakyat kecil di tengah kebijakan-kebijakan pemerintah yang dinilai belum sepenuhnya berpihak kepada kesejahteraan rakyat.

Dalam forum diskusi kebangsaan yang digelar baru-baru ini, Ilham mengingatkan bahwa perjuangan bangsa Indonesia dalam merebut kemerdekaan bukanlah perkara mudah. “Kita mengenang bagaimana para pahlawan mengorbankan jiwa dan raga demi mengibarkan bendera merah putih. Namun hari ini, tantangan bangsa kita justru datang dari penjajahan yang lebih halus yakni penjajahan moral, budaya, dan ekonomi,” ujarnya.

Ia menegaskan, kemajuan teknologi dan arus budaya asing harus disikapi dengan bijak. “Generasi muda kita banyak yang terjebak dalam euforia kebebasan tanpa arah. Budaya gotong royong semakin pudar, nilai-nilai adat dan keagamaan tergeser oleh gaya hidup yang tidak mencerminkan jati diri bangsa,” tambahnya.

Ilham menyoroti pula kondisi adat di Minangkabau yang mulai kehilangan rohnya. Salah satu nilai utama dalam budaya Minang relasi antara Ninik Mamak dan kemenakan kini mulai terputus. Ia menyayangkan mulai hilangnya kepercayaan generasi muda kepada pemuka adat.

“Seharusnya anak dipangku, kemenakan dibimbing. Tapi hari ini banyak anak kemenakan yang tidak lagi mengenal ninik mamaknya, apalagi mengindahkan petuah adat. Ini krisis yang serius,” ungkapnya dengan prihatin.

Menurutnya, nilai-nilai luhur Minangkabau seperti musyawarah, budi pekerti, kepemimpinan adat, dan falsafah hidup ‘Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah’, harus kembali ditegakkan. Ia mengingatkan bahwa adat adalah benteng pertahanan moral masyarakat, dan ketika ini runtuh, bangsa kehilangan akar.

Tak hanya persoalan budaya, Ilham juga menyoroti ketimpangan ekonomi rakyat yang terus melebar. Ia menekankan pentingnya kebijakan negara yang adil dan merata, berpihak pada kesejahteraan rakyat, bukan hanya memperkaya segelintir elit.

“Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia bukan sekadar isi konstitusi. Itu adalah amanat suci dari para pendiri bangsa. Maka pemerintah hari ini harus benar-benar berpihak pada rakyat kecil, mengedepankan stabilitas ekonomi dan kesejahteraan bersama,” tegasnya.

Mengutip gagasan filosofis Said Munirudin dalam Bintang Ar’rasy, Ilham menjelaskan bahwa masyarakat yang sehat berasal dari individu yang bercahaya, layaknya bintang yang menyinari bulan. “Bintang itu adalah pribadi yang bermoral dan berilmu. Bulan adalah masyarakat yang akan bersinar bila individunya kuat secara nilai,” jelas Ilham.

Di akhir pernyataannya, Ilham menyerukan kepada seluruh generasi muda untuk bangkit, menjaga nilai agama, budaya, dan peduli terhadap sesama, sebagai bentuk nyata memaknai kemerdekaan dan persiapan menuju Indonesia Emas 2045.

“Jangan sampai kita hanya merdeka secara fisik, tapi terjajah dalam jiwa. Ini waktunya kita buktikan bahwa generasi muda bukan sekadar pewaris, tapi penjaga masa depan bangsa,” pungkasnya.

Dengan semangat 80 tahun kemerdekaan, ia menyerukan agar seluruh elemen bangsa bersatu kembali memperkuat pondasi bangsa: agama, budaya, moralitas, dan keadilan sosial, demi tercapainya cita-cita kemerdekaan yang sejati Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur. ***

Penulis: Ilham priduanEditor: Ilham priduan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *