Mengukur Peluang WIKA dan PTPP Memenangi Tender Jargas Dumai–Sei Mangkei 2025”

 

 

JAKARTA – Dua BUMN konstruksi, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. (WIKA) dan PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk. (PTPP), kini bersiap mengikuti persaingan penting dalam tender proyek pembangunan jaringan gas Dumai–Sei Mangkei (DUSEM). Proyek bernilai sekitar Rp6,6 triliun tersebut termasuk Proyek Strategis Nasional (PSN) yang rencananya mulai digarap pada 2025.

Sebagai proyek besar di sektor energi, DUSEM menjadi incaran berbagai perusahaan konstruksi. Bagi WIKA dan PTPP, tender ini juga memiliki makna khusus, mengingat pemerintah berencana melakukan merger terhadap sejumlah BUMN karya pada 2026. Kompetisi yang sehat dianggap penting untuk menjaga integritas proses tender sekaligus menunjukkan kemampuan masing-masing perusahaan sebelum rencana penggabungan tersebut terlaksana.

Pemerintah menekankan pentingnya iklim persaingan yang adil dalam proyek-proyek strategis. Selain untuk memastikan kualitas pembangunan, praktik bisnis yang fair juga sejalan dengan kebijakan pemerintah dalam memperkuat kinerja BUMN agar lebih kompetitif di level regional maupun global.

Kondisi Terkini WIKA: Tantangan Utang dan Saham yang Disuspensi

WIKA saat ini tengah menghadapi tekanan keuangan. Salah satu isu terbaru adalah penundaan pembayaran sukuk mudharabah senilai Rp109 miliar yang jatuh tempo pada 3 November 2025. Kondisi ini membuat saham WIKA kembali disuspensi oleh Bursa Efek Indonesia (BEI), setelah sebelumnya mengalami suspensi sejak Februari 2025.

Saham WIKA dibekukan pada harga Rp204 per lembar. Meski harga saham bukan satu-satunya indikator kinerja perusahaan, kondisi ini menunjukkan tantangan finansial yang dihadapi WIKA. Padahal, pada masa jayanya di 2015, saham WIKA pernah mencapai Rp3.608 per lembar.

Sebagai BUMN, WIKA juga menanggung sejumlah penugasan pemerintah, termasuk proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) yang berkontribusi pada tekanan keuangan perusahaan. Dalam proyek tersebut, WIKA tercatat ikut menutup kerugian sekitar Rp6,8 triliun.

Kondisi PTPP: Saham Stabil, Pendapatan Menurun

Di sisi lain, PT Pembangunan Perumahan (PTPP) juga menghadapi tantangan, khususnya penurunan pendapatan. Mengutip laporan Neraca.co.id, hingga kuartal III 2025, PTPP membukukan laba bersih Rp5,55 miliar, turun 97,92% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp267,28 miliar. Pendapatan perusahaan juga turun menjadi Rp10,73 triliun dari Rp14 triliun pada 2024.

Segmen bisnis PTPP masih didominasi konstruksi, EPC, properti, dan pertambangan. Penurunan pendapatan diikuti langkah efisiensi beban pokok serta upaya divestasi anak usaha non-core untuk memperkuat struktur keuangan. Liabilitas perusahaan tercatat turun menjadi Rp40,22 triliun per Juni 2025.

Di pasar modal, saham PTPP berada di kisaran Rp372–400 per lembar pada 19 November 2025. Pada 2016, saham PTPP sempat menembus Rp4.610 per lembar.

PTPP juga memiliki rekam jejak di sektor migas, termasuk proyek pipa transmisi gas Cirebon–Semarang (CISEM) Tahap I sepanjang 60 kilometer yang diselesaikan pada November 2023. Proyek tersebut berjalan baik. Namun, untuk CISEM Tahap II, tendernya saat ini sedang diperiksa Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU).

Siapa Berpeluang Menang?

Tender proyek jargas Dumai–Sei Mangkei masih menunggu proses resmi. Baik WIKA maupun PTPP memiliki rekam jejak dan kapasitas masing-masing dalam proyek infrastruktur energi. Pemenang tender akan ditentukan berdasarkan regulasi yang berlaku, aspek teknis, serta kelayakan penawaran.

Selama seluruh pihak—baik peserta tender, panitia, maupun pemangku kepentingan lainnya—mematuhi aturan dan menjaga transparansi, proyek ini diharapkan menghasilkan pemenang terbaik yang mampu menjalankan pembangunan secara efisien, aman, dan sesuai standar nasional.

Penulis: AdminEditor: Admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *