Khazanah
Oleh : Syaiful Anwar
Dosen FE Unand Kampus II Payakumbuh
“Jika manusia dipanggil untuk menjadi penyapu jalanan, ia harus menjadi penyapu jalanan. Bahkan ketika Michaelangelo melukis, Bethoven mengubah music dan Shakespear menulis puisi. Ia harus menyapu jalanan dengan sangat baik, sehingganseluruh penghuni bumi dan surga akan berhenti sejenak; di sini hiduplah penyapu jalanan hebat yang mengerjakan pekerjaan sangat baik.” Martin Luther King
Hargai Aset Kekayaan Anda!
Sejatinya Anda terlahir sebagai orang kaya. Benarkah? Ya, mari mulai periksa kekayaan Anda sekarang…
- Dua mata indah yang menghiasi raut wajah Anda. Mata yang mahal harganya. Mata yang seandainya dijual akan lebih mahal dari mobil termahal sekalipun.
- Ginjal. Apakah ia lebih murah dibandingkan sepeda motor? Tentu tidak „kan?
- Otak yang bisa menyimpan jutaan peristiwa dalam kehidupan Anda.
- Telinga. Yang bisa mendengar berbagai suara dan menyuplai ilmu pengetahun.
- Kaki. Yang bisa berjalan, bergerak, mencari rezeki, serta beraktivitas produktif lainnya.
- Tangan. Yang bisa memegang, bekerja, dan melakukan transaksi jual beli.
Bayangkan, jika dinominalkan dengan uang, berapa harga dari aset kekayaan yang ada dalam diri Anda. Dan andaikata ada yang mau membelinya dengan miliaran rupiah, apakah Anda rela menjualnya? Saya rasa tidak.
Ya, itu baru aset kekayaan berupa anggota tubuh. Belum lagi aset waktu dan kesehatan yang Allah berikan kepada Anda. Bukankah semua itu aset?
Ya, semua yang ada dalam diri Anda adalah aset. Kembali saya bertanya, seberapa banyak aset kekayaan yang kita miliki jika dihitung dan di-value-kan? Pastilah triliunan rupiah lebih nilainya.
“Mâsyâ Allâh”, itulah satu-satunya kata yang bisa terucap, manakala perhitungan itu mulai saya lakukan. Banyak orang yang menganggap itu bukan-lah aset kekayaan, sementara yang lain rela mati-matian merogoh uang ratusan juta untuk men-dapatkan semua itu.
Sekali lagi, sesungguhnya kita adalah orang-orang kaya. Namun, terkadang kerap tidak kita sadari. Hingga ketika ujian hidup menimpa kita, kita gampang mengeluh, menyalahkan keadaan dan kurang ajarnya berani menyalahkan Tuhan, sebagai Pencipta seindah-indah ciptaan ini. Astaghfirullâh.
Padahal, jika semua aset digerakkan. Disyukuri. Diberdayakan. Niscaya Anda tidak akan memiskin-miskinkan diri Anda dengan keluhan dan bahkan menjadi pemintaminta, mengemis-ngemis kepada makhluk. Toh, aset kekayaan sudah Allah berikan kepada Anda, bukan?
Kalau Anda menganggap hidup sebagai beban, berisi ratapan diri, dan menganggapnya tidak berharga, maka apa yang akan bisa Anda berikan kepada orang lain?
Ya, bagaimana Anda bisa berkontribusi, menebar manfaat, bergerak, serta mencari karunia-Nya, kalau tidak memaksimalkan aset kekayaan yang ada dalam diri Anda?
Maaf, apakah disebut syukur nikmat jika diberi kekuatan tubuh dan mampu berusaha malah dipakai untuk mengemis? Tangan menadah meminta belas kasihan, sementara tangan bisa bisa produktif untuk membuat sesuatu yang bermanfaat, lalu menjualnya, hingga mendapatkan keuntungan dari hasil penjualan tersebut.
Inilah yang dikatakan menghargai aset kekayaan yang diberikan Tuhan. Menggunakannya, memanfaatkan-nya, bukan malah membuatnya pasif seolah tak mampu bergerak lebih cepat.
Jika belum mampu memberi, setidaknya jangan merendahkan martabat dengan meminta-minta. Rasulullah sangat membenci umatnya yang pemalas, dan beliau sangat mencintai umatnya yang bekerja keras untuk meraih karunia-Nya. Dan umat yang dicintai itu adalah Anda. Adapun yang dibenci itu, bukan Anda.
Jangan Merendahkan Diri!
Tidak sedikit orang yang begitu pemurung, melihat dunia ini begitu suram, lalu seharian hanya me-renung tak tentu arah. Hari berganti hari, minggu berganti minggu, tahun berganti tahun, tidak ada perubahan yang berarti, selain ia terlihat semakin tua dan semakin terang menjadi pecundang. Dalam otaknya hanyalah, gambaran-gambaran negatif, seperti:
- “Saya orang bodoh.”
- “Saya tidak memiliki bakat.”
- “Saya tidak pantas memegang tanggung jawab.”
- “Saya tidak kuat untuk melakukan sesuatu.”
- “Saya tidak mungkin kaya karena saya lahir dari keturunan miskin
- “Saya tak memiliki potongan sukses. Karena itulah takdir saya.”
Dan di antara anggapan-anggapan itu, sesungguhnya tidak ada satu pun yang benar. Sayang, karena terlanjur memercayainya, dan disugestikan secara berulang-ulang, maka ketidakbenaran itu perlahan menjadi benar. Kita pun menjadi orang yang ter-puruk, tak ada yang mau bekerjasama dengan kita. Ketahuilah, masalah itu sesungguhnya bukan pada diri orang lain, tapi masalahnya ada pada diri kita sendiri, diri yang tidak cinta pada diri sendiri, diri yang tidak pernah menghargai diri kita sendiri, diri yang tidak pernah memberikan nilai pada diri sendiri.
Kalau di antara Anda sekalian ada yang seperti itu; tidak bisa menghargai diri, tidak bisa mencintai diri, maka saran saya, lebih baik Anda segera bertobat. Sebab, Anda telah terjatuh ke dalam lubang “dosa besar”. Anda telah kufur karena mengingkari nikmat Allah yang begitu besar yang diberikan kepada Anda. Anda akan merasakan neraka dunia. Anda akan hidup miskin, terlunta-lunta, dan tidak akan bisa hidup tenang. Percayalah!
Camkanlah wahai Sahabat, “Tidak ada seorang pun yang menjadikan diri Anda rendah diri tanpa persetujuan Anda,” demikian Rosevelt memberikan nasihat kepada kita. Bila Allah sendiri telah tegas mengakui begitu indahnya dan sempurnanya ciptaan-Nya yang bernama manusia itu. Maka tidak ada lagi alasan untuk menilai diri kita sebagai yang tidak berarti, diri yang pecundang, diri yang tidak memiliki harga.
Boleh jadi kita hanyalah pegawai rendahan, sebagai pesuruh di kantor, tapi bila melakukannya dengan sungguhsungguh, melayani dengan penuh ketulus-an, melakukan dengan cara yang terbaik, maka tak ada seorang pun yang memandang kita sebagai orang rendahan.
Boleh jadi kita hanya seorang supir taksi, tapi bila kita merasa berharga dengan pekerjaan itu dan melaku-kannya dengan sebaik mungkin, para pelanggan kita pun akan mengangkat topi tinggi-tinggi dan me-naruh respek yang luar biasa kepada kita.
Sebaliknya, meskipun kita seorang profesor, doktor, dosen, menteri, atau presiden sekalipun, namun bila kita melakukan pekerjaan tersebut dengan asal-asalan, memasang muka muram, dan terlihat tidak bergairah, maka orang lain, rakyat kecil tak ber-pendidikan sekalipun akan menganggap rendah kita.
Dalam hal ini, saya jadi tercenung ketika membaca puisi indah Douglas Malloch, berikut ini:
Jika kamu tidak jadi cemara di puncak bukit
Jadilah belukar di lembah,
Tapi, belukar kecil terbaik di tepi sungai
Jadilah semak jika kamu tidak bisa jadi pohon Jika kamu tidak bisa menjadi semak, jadilah sejumput rumput dan membuat jalan lebih ceria jika kita tidak bisa menjadi ikan muskie, jadilah ikan bass
Tapi jadilah ikan bass paling lincah di danau Kita semua tidak mungkin jadi kapten, kita harus jadi awak.
Selalu ada sesuatu untuk di sini
Ada hal besar dan kurang besar untuk dikerjakan
Dan tugas yang harus kita kerjakan adalah yang terdekat
Jika kamu tidak bisa jadi jalan raya, jadilah jalan setapak
Jika kamu tidak bisa menjadi matahari, jadilah bintang
Bukan ukuran yang membuatmu menang atau kalah
Apapun dirimu, jadilah yang terbaik
Singkirkan semua anggapan buruk pada diri Anda, dan berpikirlah positif terhadap diri Anda. Yakini bahwa Anda adalah orang istimewa dan Anda bisa menjadi sukses dan kaya raya dengan izin-Nya. “Kesejahteraan hidup dalam kedamaian, hanya dapat dinikmati oleh orang-orang yang mempertahankan sikap mental yang baik,” demikian kata Napoleon Hill dalam bukunya The Law of Success.
Jangan Membatasi Diri
Bagaimana jika keadaan kita saat ini sedang miskin, banyak utang, dan dari keluarga tidak ada “bibit” kaya raya?
Kalau memang Anda miskin, apakah Anda semiskin Walt Disney yang mandi pun harus numpang di stasiun dan hanya memiliki perabot kecil? Pada kenyataannya, Anda masih bisa membeli buku ini. Atau utang Anda yang banyak itu, apakah sebanyak Donald Trump dulu ketika ia memiliki banyak utang hampir 1 milar dolar? Sepertinya juga tidak, karena Anda pasti memiliki uang untuk bersenang-senang, atau sekadar cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Bagaimana jika di keluarga Anda tidak ada “bibit” kaya raya? Tidak ada masalah. Apakah menurut Anda seorang Bill Gates, J.K. Rowling, Oprah Winfrey, Ray Kroc, semuanya keturunan miliarder? Tidak. Tetapi pada kenyataannya mereka menjadi miliarder.
Kadang bukan orang lain atau situasi tertentu yang memberi batasan pada seseorang. Justru yang paling sering terjadi adalah orang itu sendiri yang membatasi dirinya. Seorang pemulung yang sudah membatasi diri dengan meyakini bahwa dirinya tidak mungkin kaya, ya dia tidak akan melakukan hal-hal yang menjadikannya kaya. Dia sendiri merasa „tidak mungkin‟, mengapa harus mengejar sesuatu yang „tidak mungkin‟?
Pikiran „tidak mungkin‟ inilah bisikan hati yang selalu menjegal orang untuk maju. Tidak mungkin menjadi pengusaha, tidak mungkin menjadi miliarder, tidak mungkin bisa menjelajahi dunia, dan tidak mungkin-tidak mungkin lainnya. Dijamin, Anda tidak akan mengejar sesuatu yang di pikiran Anda „tidak mungkin‟. Benar demikian? Pasti benar.
Barangkali Anda harus membaca ini untuk membuka pikiran Anda. Berikut adalah biografi singkat orang yang tidak pernah membatasi diri.
- Stephen Hawking, fisikawan terbaik dunia setelah Einstein. Dia didiagnosis mengidap penyakit pada umur 21 tahun dan diperkirakan umurnya tinggal dua setengah tahun lagi. Tetapi, dia tetap berjuang hidup dan prediksi dokter pun salah. Pada tahun 1988, dia menulis buku A Brief History of Time yang telah diterjemahkan ke dalam 22 bahasa dan terjual lebih dari sepuluh juta kopi. Ketika berumur 25 tahun, profesor Inggris ini lumpuh akibat penyakit neuron motor yang berangsur-angsur semakin buruk serta tak dapat diobati. Tapi, dia terus bertahan.
- John F. Kennedy, sekalipun dia menderita cedera tulang belakang yang parah, dia masih mampu menjadi presiden Amerika Serikat ke-35.
- Franklin Delano Rosevelt, meskipun mengidap polio dan lumpuh dari pinggang ke bawah pada usia 39 tahun, ia menjadi satu-satunya orang dalam sejarah yang dipilih sebagai presiden Amerika Serikat sampai empat kali.
- Hellen Adams Keller, seorang penulis yang sangat ternama di dunia dengan banyak sekali karya buku, adalah seorang yang tuli, buta, dan bisu sejak masih anak-anak.
- Thomas Alva Edison menciptakan musix book pada saat tuli.
- Iskandar Agung (Alexander The Great), salah satu pemimpin paling terkenal dalam sejarah, adalah seorang yang bungkuk.
- Bethoven, salah seorang pemusik klasik nomor satu dunia, ternyata seorang yang tuli.
- John Milton, pengarang sajak teragung di Inggris yang berjudul Paradise Lost, adalah seorang yang buta.
- William Shakespeare, siapa yang tidak mengenalnya? Kisah Romeo dan Juliet adalah salah satu kisah roman paling laris di dunia. Tetapi, tidak banyak tahu bahwa Shakespeare adalah seorang yang lumpuh.
Mereka bisa dibilang orang yang “kurang”, tetapi mereka tidak pernah membatasi diri meraih apa yang mereka inginkan. Apakah keadaan Anda seburuk mereka? Sepertinya tidak. Lalu, apa alasan Anda membatasi diri Anda sendiri?
Sekali lagi, jangan membatasi diri. Bukankah sudah dikatakan bahwa tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini? Begitu juga dengan apa yang terjadi pada diri Anda. Apakah ada kemungkinan Anda menjadi miliarder, kaya raya sehingga bisa memberi manfaat bagi banyak orang? Ya! Kenapa tidak? Semua orang memiliki kesempatan yang sama. Dan mudah bagi Allah untuk mengubah kehidupan Anda.
#Syaiful_Anwar
#Fakultas_Ekonomi
#Universitas_Andalas
#Kampus2_Payakumbuh
#Kaya_Raya_Dengan_Modal_Cinta
#Mencintai_Diri_Sendiri