Matarakyat24.com, Padangpanjang – Kembali membuktikan dirinya bukan sekadar kota kecil yang dikelilingi tiga gunung, Festival Literasi III Padangpanjang resmi dibuka di Pusat Dokumentasi dan Informasi Kebudayaan Minangkabau (PDIKM), Jumat (25/07/2025).
Dalam tiga hari ke depan, kota ini menjadi rumah bagi puluhan kegiatan literasi berupa gelar wicara, atraksi seni, lomba, dan penampilan karya, yang melibatkan lebih dari 50 stand dari pelajar, hingga komunitas.
Wali Kota Hendri Arnis menyebut, kegiatan ini bukan sekadar seremonial tahunan, melainkan bentuk nyata perlawanan terhadap derasnya arus informasi yang destruktif.
“Jika setiap anak membaca lima buku setahun, memori jangka panjang mereka akan terbentuk. Buku itu akan menjadi alat melawan pengaruh negatif media sosial,” ujarnya.
Festival ini dihadiri Wakil Wali Kota Allex Saputra, Bunda Literasi Maria Veronika Hendri Arnis, Ketua DPRD Imbral, serta Kepala Perwakilan Bank Indonesia Sumbar Mohammad Abdul Majid Ikram. Turut hadir pula Kepala Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Provinsi Sumbar Jumaidi, unsur Forkopimda, hingga pegiat literasi, niniak mamak dan tokoh masyarakat. Kolaborasi komunitas seni Hitam Putih ISI Padangpanjang ikut menambah warna.
Namun di tengah kemeriahan, Hendri tak menutup mata pada kenyataan pahit yang mengintai kota ini. Ia menyoroti maraknya kasus kekerasan seksual, pencabulan dalam keluarga, bahkan penyalahgunaan narkoba yang mulai menyeret anak usia SD.
“Itu semua akibat pembiaran. Kita semua harus bersatu. Tidak cukup dengan seruan, tetapi perlu tindakan,” tegasnya. Ia pun menyinggung rencana pelarangan gadget dan kendaraan bagi pelajar, sebagai upaya menegakkan kembali disiplin dan fokus belajar.
Bunda Literasi Maria Veronika Hendri Arnis menyoroti rendahnya angka partisipasi anak usia dini. Dari sekitar 1.090 anak usia lima tahun, hanya 790 yang tercatat bersekolah.
“Ada 300 anak yang tidak terdata. Ini harus menjadi perhatian camat dan lurah. Budaya baca dimulai dari keluarga,” katanya. Ia juga meminta orang tua aktif mengarahkan anak agar tidak larut dalam konten digital yang merusak.
Kepala Perwakilan BI Sumbar, Mohammad Abdul Majid Ikram, dalam sambutannya mempertegas pentingnya literasi ekonomi.
“Rupiah bukan sekadar alat tukar, tapi simbol negara. Literasi ekonomi adalah bagian dari jati diri bangsa,” tuturnya. BI selama delapan tahun terakhir telah membangun BI Corner di berbagai perpustakaan dan melibatkan guru serta siswa dalam gerakan duta literasi.
Kepala Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Sumbar, Jumaidi, menekankan bahwa literasi tidak berhenti pada membaca.
“Literasi adalah kemampuan menyelesaikan masalah. Ia bisa berbentuk digital, visual, dan non-visual. Dengan literasi, seseorang dipastikan akan menghasilkan,” ucapnya penuh keyakinan.
Menutup sambutan, Wali Kota Hendri Arnis mengajak seluruh kepala OPD menjadi pelopor gerakan literasi di lingkungan kerja masing-masing. Ia menegaskan, hanya pemimpin yang punya inovasi yang layak berjalan bersamanya.
Pemko, tambahnya, telah menyiapkan beasiswa bagi siswa SMA yang diterima di perguruan tinggi negeri, terutama di jurusan strategis seperti kedokteran dan hukum, demi menjawab kebutuhan tenaga profesional di Padangpanjang.
Festival ini bukan sekadar perayaan. Ia menjadi ajakan kolektif agar membaca tak lagi dianggap pelengkap, melainkan pangkal dari generasi emas 2045 yang sedang dibentuk hari ini. Di kota kecil yang dikelilingi gunung, namun terus menyalakan cahaya ilmu dan iman.