Matarakyat24.com, Jakarta – Kemkominfo RI kembali gelar Forum Diskusi Publik bersama Farah Putri Nahlia Anggota Komisi I DPR RI. Kegiatan ini dilakukan secara online via platform zoom meeting pada Senin (24/06/24) siang.
Kegiatan ini dihadiri Farah Putri Nahlia Anggota Komisi I DPR RI, Drs. Sadjan, M.Si. (Pegiat Literasi Digital), dan Gia Raharja (Saling-Jaga.ID).
Data dari Kementerian Komunikasi dan Informasi menunjukkan bahwa terdapat 8.499 isu hoax periode 1 Agustus 2018 hingga 22 Juni 2021, Isu hoax terbanyak terkait politik, pemerintahan, dan kesehatan.
Hoax bertujuan menggiring opini dan menutupi informasi sebenarnya. Hoax merupakan upaya memutarbalikkan fakta menggunakan informasi yang meyakinkan tetapi tidak bisa diverifikasi kebenarannya. Hoax juga mengaburkan informasi yang sebenarnya dengan membanjiri media massa dengan pesan yang salah.
Isu SARA dikembangkan dan disebarkan melalui hoax, menyebabkan terkotakkotakkan masyarakat, gesekan, keributan, dan potensi gangguan keamanan. Hoax juga menyebabkan sentimen dan kekhawatiran yang mengganggu kehidupan masyarakat.
“Sebagai pengguna media sosial, kita perlu bijak memilih dan memilah informasi yang kita dapat. Pemerintah, institusi pendidikan, dan masyarakat juga perlu berperan aktif dalam literasi digital dan mengantisipasi bahaya hoax”, ujar Farah.
“Dukungan untuk mengatasi masalah ini dapat dilakukan melalui literasi digital oleh pihak terkait seperti institusi, pemerintah, akademisi, dan komunitas. Masyarakat perlu edukasi terkait penggunaan informasi dalam era digital yang penuh dengan berita palsu”, lanjutnya.
Literasi digital memiliki peran penting dalam membentuk pemahaman masyarakat terhadap hoax, dan juga perlu membangun masyarakat yang kritis, beretika, memiliki norma dalam menggunakan media sosial dan internet.
Komisi I DPR RI bekerja sama dengan Kemenkominfo, BSSN, dan stakeholders terkait untuk mengoptimalkan dan memberantas berita hoax. Kolaborasi preventif dilakukan untuk mengurangi kemungkinan peristiwa yang memicu berita palsu. Kolaborasi ini bertujuan memfasilitasi pertukaran pengetahuan, mempersempit kesenjangan antara lokal dan global, mengidentifikasi masalah tumpang tindih, mengirim pesan yang konsisten, dan mendukung agenda nasional terkait migrasi siaran digital.
“Seluruh masyarakat perlu mendorong orang-orang yang memiliki keterampilan literasi untuk menjadi teladan dalam mencerna informasi yang tersebar di masyarakat. Literasi digital penting dalam melawan hoax dalam proses pembentukan kebijakan publik”, tutup Farah.