Matarakyat24.com, Jakarta – Lembaga survei Algoritma Research and Consulting merilis hasil penelitian mengenai elektabilitas partai politik lama dengan partai politik baru terkait Pemilu 2024 mendatang.
Kegiatan survey ini dilakukan pada 19 hingga 30 Desember 2022 kemaren, dengan melibatkan 1.214 responden yang terbagi secara proporsional berdasarkan jumlah pemilih di seluruh provinsi di Indonesia melibatkan 66 enumerator se Indonesia dengan margin of error +- 3 % dengan tingkat kepercayaan 95 %.
Pada survei nasional yang dilakukan ALGORITMA Research and Consulting ini tiga nama masih konsisten menempati posisi elektoral tertinggi yaitu secara berurutan untuk capres adalah Ganjar Pranowo (25,1%), Anies Baswedan (18,7%) serta Prabowo Subianto (16,6 %). Ketiga nama tersebut memimpin bursa elektoral.
“Jarak dengan nama-nama di urutan bawahnya cukup besar. Yang terdekat adalah Ridwan Kamil di angka elektoral 7,2% serta Sandiaga Salahudin Uno dan Agus Harimurti Yudhoyono dengan angka sama 2,3%. Namun ada tingkat volatilitas kemungkinan berubah pilihan yang cukup signifikan terkonfirmasi pada nama-nama yang memuncaki elektabilitas, sehingga dinamika persaingan masih akan sangat terbuka,” terang Fajar.
Sementara untuk cawapres ada empat nama yang memiliki peluang elektoral yang besar yaitu Ridwan Kamil (11,8%), Sandiaga Uno (7,4%), Erick Thohir (6%), serta Agus Harimurti Yudhoyono (5,6%%).
Survey juga memuat simulasi nama-nama bakal calon Presiden yang dibuat berhadapan secara “head to head” –baik secara nama tunggal maupun berpasang-pasangan. Berdasarkan simulasi tiga nama tunggal, jika pemilu menyisakan tiga nama (Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto dan Anies Baswedan), elektabilitas Ganjar Pranowo adalah (33%); unggul atas Anies Baswedan (26,8%) dan Prabowo Subianto (24,1%). kendati demikian, masih terdapat sekitar 15% masyarakat yang belum terbuka dengan pilihannya.
Dari skenario simulasi berpasangan tiga atau dua pasang calon, nampak determinasi Ganjar Pranowo relatif kuat berpeluang memenangi pasangan kandidat lain. Namun demikian, terdapat temuan menarik dimana elektabilitas Ganjar justru akan turun ketika dipasangkan dengan Puan Maharani. Tidak hanya jika berpasangan dengan Ganjar, tokoh-tokoh yang lain juga akan mengalami “defisit” elektoral jika dipasangkan dengansosok politisi dari PDI-P ini. Hal ini berkaitan dengan tingginya resistensi Puan Maharani dibandingkan dengan tokoh-tokoh lainnya. Ini penting bagi PDI-P dalam menentukan calon presiden yang akan didukungnya secara tepat dalam kompetisi elektroal Capres/Cawapres di Pemilu 2024 yang akan datang.