Farah Putri Nahlia Anggota Komisi I DPR RI Kembali Gelar Webinar Literasi Digital

banner 120x600

Matarakyat24.com, Jakarta – Farah Puteri Nahlia Anggota Komisi I DPR RI kembali gelar webinar Literasi Digital kolaborasi bersama Kemkominfo via zoom meeting pada Sabtu, 30 Maret 2024.

Konsep dasar dari demokrasi melibatkan partisipasi publik, involvement dari publik, dan dalam pengambilan keputusan politik, ini juga tentunya membutuhkan suara -suara dari rakyat, suara-suara dari masyarakat.

Dan juga tentunya oleh karena itu, dengan adanya demokrasi, harus menciptakan pemerintahan yang adil. Kembali lagi, karena ini semua dari rakyat untuk rakyat. Dan juga semua tahu bahwa Indonesia itu memegang paham demokrasi, dan juga negara-negara lain sudah banyak yang mengadopsi demokrasi di negara lain.

“Ketika kita berbicara tentang demokrasi digital dalam era saat ini, di mana kita ada di era industri 4.0, globalisasi, digitalisasi di mana-mana, tentunya teknologi dan juga media sosial telah memainkan peran yang penting dalam memperluas partisipasi publik, dan juga memberikan suara kepada rakyat in terms of demokrasi. Nah, kemudian kita semua tahu bahwa dengan adanya era revolusi industri 4 .0 ini”, ucap Farah.

Peran media sosial dalam sistem demokrasi saat ini. Yaitu diantaranya memperluas akses informasi politik dan berita terkini, kemudian juga memfasilitasi diskusi dan dialog publik tentang isu-isu politik, kemudian juga memberikan platform bagi individu untuk menyuarakan pendapat, dan juga mengorganisir aksi politik, dan yang terakhir membantu mobilisasi massa dan mempengaruhi agenda politik. Terlepas dari peran-peran tersebut tentunya juga ada tantangan dalam demokrasi digital.

Di balik manfaat ada beberapa hal negatif atau hal yang kurang baik yang tentunya ini harus dihindari ketika berpartisipasi politik di internet. Misalnya harus betul-betul bisa mencari keakuratan berita yang didapat, dan juga tentunya perlindungan arah sumber. Nah, ini masalah timbul dari ekspektasi bahwa media atau pers dapat mengimbangi atau memperbaiki kekurangan-kekurangan dari model konvensional. Namun ternyata muncul yang namanya banjir informasi yang berujung pada disinformasi, pada hoax yang dimanfaatkan oleh segelintir kelompok demi keuntungan pribadinya. Dan tidak jarang karena banyaknya banjir informasi ini, kemudian hoax tersebar itu memecah belah antar kelompok, sehingga bikin ricuh sosial media sampai ke bawah-bawah di dunia nyata.

Kemudian media juga sebagai propaganda opini publik. Media ini membentuk sebuah sarana ampuh untuk propaganda karena kemampuannya adalah mengatung opini publik. meskipun fungsi media tidak hanya demi memproduksi propaganda, fungsi ini adalah aspek yang sangat penting dari seluruh layan media. Lalu juga tantangannya media itu berada dalam resiko yang mana dapat dimanipulasi oleh orang-orang tertentu, orang-orang istimewa yang lebih berkuasa dibandingkan kelompok lain dalam masyarakat. tentunya manipulasi macam ini jelas membahayakan keseimbangan ranah publik, sementara pihak yang lebih kuat mendapat banyak keuntungan. Dan yang lebih lemah kehilangan hak istimewanya sebagai kumpulan aktor aktif di ranah politik.

“Jika kita berbicara tentang media, tentunya kita banyak sekali menemukan beberapa media yang kita tahu bahwa beritanya itu bias, beritanya itu cenderung hanya condong ke satu orang atau cenderung mengadu domba dan lain sebagainya. Nah, hal-hal seperti ini tentunya adalah hal yang kurang bagus dan ini menjadi tantangan kita bagaimana kita bisa menyerap berita dari media sebaik mungkin untuk bisa menahan diri kita dari yang namanya penyebaran hoax atau konflik sara dan lain sebagainya”, tutup Farah.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *