Bahlil Sebut 8 Sektor Prioritas Dorong Investasi Hilirisasi

MataRakyat24.com – Menteri Investasi sekaligus Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia menyampaikan, delapan sektor prioritas yang bakal mendorong investasi hilirisasi hingga tahun 2040 dengan total investasi sebesar 545,3 miliar dolar Amerika Serikat.

Bahlil berujar, delapan sektor tersebut ialah mineral dan batu bara yang memiliki nilai investasi sebesar 431,8 miliar dolar Amerika Serikat, minyak dan gas alam 68,1 miliar dolar Amerika Serikat, perkebunan, kelautan, perikanan, perhutanan sebesar 45,4 miliar dolar Amerika Serikat.

“Kami akan fokus pada sektor investasi hilirisasi yang berbasis dan berorientasi pada energi hijau dan green energy.

Ini sebuah konsensus yang harus kita lakukan dalam rangka mewujudkan SDG’s sekaligus menjadi konsensus bagi dunia untuk menurunkan emisi,” ujar Bahlil dalam acara Mandiri Investment Forum (MIF) di Jakarta, dikutip Jumat (3/2/2023).

Bahlil memaparkan, dari delapan sektor tersebut terbagi dalam 21 komoditas yaitu batu bara, nikel, timah, tembaga, bauksit, baja, perak, aspal buton, minyak bumi, gas alam, sawit, kelapa, karet, biofuel, kayu, getah pinus, udang, ikan, kepiting, rumput laut, dan garam.

Kata Bahlil, sejak 2019 hingga 2022, investasi sektor industri logam dasar, barang logam, bukan mesin dan peralatannya menunjukkan tren peningkatan hingga 177,9 persen dari Rp 61,6 triliun menjadi Rp 171,2 triliun.

Sektor lain yang menjadi primadona pada tahun 2022 adalah pertambangan, transportasi, gudang dan telekomunikasi, perumahan dan kawasan industri, serta industri kimia dan farmasi.

Sebelumnya, Bahlil menargetkan hilirisasi investasi sebesar 544,3 miliar dolar Amerika Serikat. Target tersebut bertujuan untuk mencapai Indonesia menjadi negara maju.

“Total investasinya kalau kita bisa capai ke depan itu sebesar 545,3 miliar dolar AS. Ini adalah angka yang tidak sedikit, angka yang fantastis.

Tapi ini adalah salah satu syarat untuk negara kita bisa lepas dari negara berkembang menjadi negara maju,” kata Bahlil.

Bahlil memprediksikan, sebanyak 29 miliar dolar Amerika Serikat bakal disumbang oleh masing-masing dari 12 komoditas itu.

Sehingga kata dia, hal tersebut berdampak pada peningkatan pajak.

“Taksiran kami, kurang lebih sekitar 29 sampai 30 miliar dolar AS. Itu baru satu komoditas, maka kemudian itu berdampak pada peningkatan pajak.

Kemudian pada peningkatan kompetitif kita, dan neraca perdagangan kita. Kami tidak ingin berakhir di nikel,” tegas dia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *