Matarakyat24.com, Jakarta – Webinar Ngobrol Bareng Legislator bertema “Menumbuhkan Budaya Digital yang Positif” yang digelar pada Rabu, 03 Desember 2025 menghadirkan tiga narasumber dari unsur legislatif, akademisi, dan pendidikan. Acara berlangsung hangat dan interaktif, memberikan gambaran menyeluruh tentang tantangan sekaligus peluang yang muncul seiring pesatnya perkembangan ruang digital di Indonesia.
Okta Kumala Dewi, Anggota Komisi I DPR RI, membuka sesi dengan menyoroti derasnya arus informasi yang melanda masyarakat. Ia menyebut bahwa setiap tahun terdapat 30–40 persen konten viral yang terbukti mengandung hoaks atau misinformasi. Menurutnya, masyarakat perlu semakin kritis dalam memilah informasi sekaligus membangun empati dalam berinteraksi di dunia maya. “Keamanan digital kini bukan isu teknis semata. Setiap akun yang kita komentari adalah manusia nyata dengan perasaan yang nyata,” tegasnya.
Okta juga melihat potensi besar ekonomi digital Indonesia, yang menurutnya hanya dapat dioptimalkan jika masyarakat mengembangkan budaya digital yang sehat dan produktif. Ia mengajak seluruh elemen bangsa — pemerintah, sekolah, keluarga, dan komunitas — untuk bergerak bersama menumbuhkan karakter digital yang matang.
Dari perspektif akademik, Dr. Faisal Kemal dari Universitas Muhammadiyah A.R. Fachruddin menegaskan bahwa keberhasilan transformasi digital lebih banyak ditentukan oleh perilaku penggunanya. Ia mengutip laporan World Bank yang menyebut 70 persen keberhasilan digitalisasi bergantung pada manusia, bukan teknologinya. Faisal menyoroti maraknya hoaks, tekanan mental akibat media sosial, hingga ancaman kebocoran data yang semakin kompleks.
Ia mengingatkan bahwa di era kecerdasan buatan, konten digital semakin mudah diproduksi namun semakin sulit diverifikasi. “Deepfake membuat garis antara asli dan palsu semakin kabur. Karena itu literasi digital dan kemampuan verifikasi menjadi sangat krusial,” jelasnya. Ia juga mengingatkan bahwa masyarakat Indonesia kini menghabiskan lebih dari tujuh jam per hari di dunia maya, sehingga keseimbangan digital perlu dijaga. “Etika digital adalah fondasi. Kata-kata yang kita pilih di internet mencerminkan siapa kita,” tambahnya.
Sementara itu, dari sudut pandang pendidikan, Sintia Aulia Rahmah, Kepala Sekolah Yapensi Al Hasanah, menggambarkan internet sebagai ruang penuh peluang sekaligus risiko. Ia menyebut internet ibarat pisau dapur: bermanfaat ketika digunakan dengan benar, tetapi dapat melukai jika disalahgunakan. Sintia menyoroti rendahnya indeks literasi digital Indonesia serta kesenjangan pemahaman antara guru, orang tua, dan siswa.
“Anak-anak adalah digital native, tapi bukan berarti otomatis cerdas digital. Mereka butuh pendampingan, bukan sekadar larangan,” ujarnya. Ia mengingatkan bahwa jejak digital adalah risiko jangka panjang, namun kreativitas anak juga dapat berkembang pesat bila diarahkan dengan bijak.
Pada sesi tanya jawab, narasumber memberikan panduan praktis menghadapi isu-isu aktual seperti konten berbasis AI dan keamanan identitas digital. Faisal menjelaskan bahwa konten AI sering terlihat terlalu rapi dan konsisten, sehingga kerap tidak menunjukkan ketidaksempurnaan manusia. Sintia menambahkan bahwa detail kecil seperti proporsi wajah atau teks pada gambar sering menjadi indikator mudah untuk mengenali konten AI.
Terkait keamanan identitas, Faisal menegaskan pentingnya menghindari unggahan dokumen seperti KTP di platform publik serta menerapkan autentikasi dua langkah. Sintia menekankan pentingnya kebiasaan digital sederhana, seperti beragam password dan memeriksa izin aplikasi sebelum digunakan.
Menutup sesi, Sintia mengingatkan bahwa budaya digital bukan lahir dari aplikasi, tetapi dari sikap setiap individu saat berinteraksi di dunia maya. Dalam nada yang sama, Faisal menyampaikan bahwa “jempol kita adalah cermin diri; gunakan untuk membangun, bukan meruntuhkan.”
Webinar ini diharapkan menjadi langkah nyata dalam memperkuat literasi digital masyarakat Indonesia dan membangun ruang digital yang lebih sehat, aman, dan beretika bagi seluruh generasi.












