Matarakyat24.com, Jakarta – “Teknologi digital sudah membawa banyak perubahan ke arah yang lebih baik dan positif bagi kehidupan. Namun dalam saat yang bersamaan era digital juga membawa dampak negatif menjadi tantangan baru bagi kita manusia, dan tantangan ini pun sudah masuk ke dalam berbagai bidang, politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan bidang-bidang lainnya” ujar Farah Putri Nahlia ( Anggota Komisi I DPR RI) dalam webinar ngobrol bareng legislator dengan tajuk “Berinternet Sehat” pada Senin (22/05/2023).
Perkembangan teknologi digital ini memiliki karakteristik karakteristik global yang tidak memiliki batas-batas geografis dan batas lainnya. Batas geografis dan sosial budaya memiliki etika-etika tersendiri. Contohnya beberapa orang tidak masalah untuk menceritakan penyakitnya di media sosial namun ada juga beberapa orang yang tidak mau atau bermasalah ketika penyakitnya diumbar di media sosial nah itu merupakan salah satu contoh atau bentuk etika-etika dari sosial budaya yang berbeda.
Dr. Verdy Firmantoro, S.I.Kom., M.I.Kom (Dosen Komunikasi Politik FISIP UHAMKA) memaparkan “Sehatkah penggunaan internet kita?” dimana penggunaan internet 8 ja 52 menit per hari, streaming Tv 2 jam 50 menit, media sosial 3 jam 14 menit, media press 1 jam 38 menit. Total pengguna media sosial di dunia mencapai 4,76 miliar dengan 167 juta di Indonesia (We Are Social 2023). 59,4% penduduk dunia dan 60,4% penduduk Indonesia menjadi pengguna media sosial.
Alasan mengakses internet diantaranya untuk update informasi, pekerjaan, mengisi waktu luang, sosialisasi, pendidikan dan bisnis serta hiburan.
Ciri ciri informasi tidak sehat diantaranya tidak ada dasar fakta atau data, manipulatif, bersumber dari media yang tidak kredibel, mempunyai tendensi kepentingan untuk menjatuhkan pihak lain, kecendrungan mengejar viral, dan memakai konten fiktif.
Cara berinternet sehat dengan akal sehat diantaranya memvalidasi sumber informasi, membangun daya kritis, jangan mudah terprovokasi, saring sebelum sharing, dan menguatkan program literasi, berjejaring membangun komunitas anti hoaks.