Matarakyat24.com, Jakarta – “Teknologi digital sudah membawa banyak perubahan ke arah yang lebih baik dan positif bagi kehidupan. Namun dalam saat yang bersamaan era digital juga membawa dampak negatif menjadi tantangan baru bagi kita manusia, dan tantangan ini pun sudah masuk ke dalam berbagai bidang, politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan bidang-bidang lainnya” ujar Farah Putri Nahlia ( Anggota Komisi I DPR RI) dalam webinar ngobrol bareng legislator dengan tajuk “Berinternet Sehat” pada Jumat (19/05/2023).
Perkembangan teknologi digital memiliki karakteristik karakteristik global yang tidak memiliki batas-batas geografis dan batas lainnya.
Batas geografis dan sosial budaya memiliki etika-etika tersendiri. Contohnya beberapa orang tidak masalah untuk menceritakan penyakitnya di media sosial namun ada juga beberapa orang yang tidak mau atau bermasalah ketika penyakitnya diumbar di media sosial nah itu merupakan salah satu contoh atau bentuk etika-etika dari sosial budaya yang berbeda.
“Kita harus memahami kompetensi literasi digital, yang merupakan kecakapan dalam menggunakan internet”. Ujar Farah
Untuk mengetahui seberapa jauh literasi digital, diperlukan indikator-indikator kompetensi literasi digital. Contohnya jaringan penggiat literasi digital yang terdiri dari akses, paham, seleksi, dan distribusi, analisis, verifikasi, dan evaluasi serta partisipasi dan kolaborasi.
Kurangnya kecakapan digital menimbulkan penggunaan media digital yang tidak optimal, misalnya karena lemahnya pemahaman terhadap dunia digital maka timbullah pelanggaran terhadap penggunaan dunia digital serta terdapat konten yang negatif.
Dr. Verdy Firmantoro, S.I.Kom., M.I.Kom (Dosen Komunikasi Politik FISIP UHAMKA) memaparkan Bentuk bentuk berinternet sehat diantaranya sebagai sarana komunikasi, memudahkan pencarian informasi, penyimpanan dan pertukaran data, memperlancar transaksi bisnis, media belajar da literasi pendidikan, politik dan lan sebagainya. Selain itu, contoh berinternet negatif diantaranya penyebaran hoax, cyber bullying, penipuan dan aksi kejahatan, pornografi, peretasan, ujaran kebencian dan lain sebagainya.
Peran stakeholder mengawal ruang internet sehat diantaranya pemerintah melakukan pencegahan penyebaran informasi elektronik yang memiliki muatan melanggar hukum, akademisi mendorong peningkatan kompetensi literasi digital bagi publik, sektor swasta mendukung ekosistem ekonomi kreatif yang ramah Digital, komunitas membangun jaringan advokasional untuk melakukan kemitraan strategis menguatkan ketahanan informasi internet sehat dan media mengembangkan konten konten kreatif untuk menyehatkan kualitas informasi.
Yanto. Ph.D (Akademisi Unika Atmajaya) juga menyampaikan Terdapat kasus dampak negatif internet salah satunya “Seorang remaja karena sering terlalu lama melihat hp menjadi buta warna”.
Berdasarkan kasus artinya penggunaan hp/smarphone terlalu lama atau berlebihan akan memberikan dampak yang tidak baik bagi tubuh. Penggunaan internet meningkat setiap tahunnya seiring dengan pertumbuhan peduduk.
Dampak negatif kesehatan antara lain trigger thumb (jempul menengkuk), cupital tunnel syndrom (nyeri sendi, mati rasa), text neck syndrom (ketegangan pada otot leher) dan biasasnya paling banyak terjadi pada anak dan remaja, gangguan mata seperti mata merah, berair, bengkak dan berdarah serta gangguan tidur pada orang dewasa dan remaja. Dampak negatif psikis dan sosial diantaranya phubbing (abai saat berinteraksi/abai sosial), smombie (abai dengan lingkungan).
Tips sehat dalam menggunakan smartphone dan dunia digital anatara lain kurangi durasi penggunaan, batasi penggunaan, subtitusi kegiatan online dengan offline, lakukan olahraga, perhatikan postur tubuh, perhatikan timing penggunaan dan ukuran dan warna font. Adapun tips aman lainnya yaitu jangan memposting hal-hal yang berbau SARA dan jangan mudah menshare data pribadi.