matarakyat24.com, Sleman – Tular Nalar Summit 2025 yang digelar di Auditorium STMM MMTC, Sleman, DI Yogyakarta, pada Rabu (26/6), menjadi puncak perayaan gerakan literasi digital nasional yang telah menjangkau lebih dari 50.000 orang sejak 2023. Mengusung tema “Merayakan Semesta Kolaborasi”, forum ini mempertemukan para pegiat literasi digital dari berbagai penjuru Indonesia dan menandai berakhirnya fase ketiga program Tular Nalar.
Ketua Presidium Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo), Septiaji Eko Nugroho, dalam sambutannya menekankan bahwa gerakan literasi digital tak boleh berhenti, apalagi di tengah tantangan era kecerdasan buatan (AI). “Ibarat dua sisi mata pedang, dampak negatif penggunaan teknologi yang keliru serta dampak negatif tak terduga membuat ruang digital masih diwarnai dengan hoaks dan ujaran kebencian,” ujarnya.
Dukungan terhadap pentingnya forum seperti ini juga datang dari Abdul Mu’ti, Menteri Dikdasmen, yang hadir secara daring. Ia menyebut Tular Nalar Summit sebagai wujud nyata kolaborasi berbagai pihak dalam membangun kecerdasan dan kesalehan digital masyarakat. “Forum ini sangat penting agar masyarakat memiliki kompetensi untuk menjadi pengguna teknologi digital yang bijak,” ucapnya. Ia juga mengumumkan bahwa mata pelajaran Koding dan AI akan diajarkan mulai kelas 5 SD hingga SMA pada tahun ajaran 2025/2026.
Dalam panel diskusi kedua bertajuk “Timeline Political Disorientation for the First Time Voters”, Partnership Officer CfDS UGM, Dhevana Anarchia Ria Lay atau Arsya, mengungkap temuan menarik dari survei CfDS terhadap 400 pemilih pemula pada Pilpres 2024. Ia menyatakan bahwa generative AI telah menggiring pemilih muda pada estetika dan perasaan ketimbang rekam jejak politik. “Kita tanya, apakah kita memilih pemimpin atau didorong oleh lagu dan jogetan dengan soft-fakes?” tanyanya.
Fenomena tersebut memperkuat urgensi gerakan literasi digital. Giri Lumakto, Program Manager Tular Nalar, menekankan bahwa Tular Nalar merupakan gerakan akar rumput yang hidup dalam kolaborasi dan komunitas. “Tular Nalar adalah gerakan yang lahir dari keresahan warga, tumbuh dalam kolaborasi, dan hidup di ruang-ruang komunitas,” ujarnya.