TERBEBAS DARI KESULITAN

banner 120x600

Khazanah

Oleh : Syaiful Anwar

 

Alkisah ada seorang pria yang tinggal di Inggris. Namun ia harus memperpanjang visa tinggalnya di Departemen Dalam Negeri sebelum masa berlakunya habis karena masa tinggalnya di Inggris akan berakhir dalam beberapa minggu. Selama dokumen yang diperlukan sudah diserahkan, prosedur perpanjangan ini mudah dilakukan. Setelah itu, ia menyiapkan dokumen-dokumen yang diperlukan, namun ia mengabaikannya selama beberapa hari karena banyak pekerjaan yang harus diselesaikan.

Dia tidak tahu bahwa visa tinggalnya akan segera dibatalkan sampai dia menerima surat dari unit urusan kependudukan orang asing di Mabes Polri setempat yang menyuruhnya untuk segera mematuhi panggilan tersebut. Mengambil berkas-berkas dan surat-surat keluarga yang telah ia persiapkan, ia kemudian memasukkannya ke dalam kantong plastik agar tidak didekati calon pencuri. Sebab, barang paling berharga yang dimiliki seorang imigran Palestina seperti dia adalah apa yang dipegangnya saat ini.

Pria tersebut kemudian berangkat ke tempat kerja untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan karena hari masih pagi. Namun, yang membuatnya lengah adalah menemukan pintu kantornya—Organisasi Mahasiswa Muslim—tergeletak di tanah. Dia baru sadar bahwa para bandit telah masuk ke kantornya dan mengambil barang-barang berharga. Dia kemudian menghubungi polisi dan beberapa temannya yang belum muncul pagi itu.

Pria tersebut kebingungan sesampainya di rumah setelah membenahi dan membangun kembali kantornya karena paspor dan dokumen yang diperlukan untuk mendapatkan izin tinggal—yang perlu dibawa ke Mabes Polri—telah hilang. Pasangan dan anak-anaknya juga tidak menyadarinya. Dia kemudian mencari di kantor, laci kamar tidur, dan mobil, tapi tidak berpengaruh. Dia mencari dokumen penting selama seminggu, berpikir bahwa seseorang akan datang untuk mengambilnya jika ditemukan di jalan atau jika dia melaporkan kejadian tersebut ke polisi, namun sia-sia.

Setelah Mabes Polri memberinya waktu seminggu untuk mencarinya, akhirnya dia mendapat panggilan kedua. Dia dan keluarganya pun terpaksa pulang karena surat tersebut. Ia pun langsung bersiap-siap pada hari itu untuk memenuhi panggilan tersebut, namun ia terlebih dahulu mampir ke tempat kerja untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan sebelum menuju ke Kantor Polisi. Tiba-tiba terlintas di benaknya,“Mengapa saya tidak shalat dahulu dan berdoa kepada Allah agar Dia memudahkan urusanku?” Ia pun kemudian mengambil air wudhu dan shalat duha dua rakaat. Tatkala ia sujud, ia pun berdoa dengan hati yang tulus dan penuh harap pada-Nya, “Ya Allah, Dzat yang Maha Mengetahui kesulitan, bebaskan hamba dari kesulitan ini dan tunjuki hamba dari kesesatan ini.”

Subhanallah, tatkala ia bangkit dari sujud, ketenangan yang selama ini hilang darinya, mulai menyergap jiwa dan perasaannya. Ketika ia mengucapkan salam ke kiri, tiba- tiba pandangan matanya tertuju pada sebuah plastik hitam yang tergeletak di bawah meja. Antara percaya dan tidak, saya segera meraih plastik itu dan membukanya dengan tangan gemetar. Ia bergumam,

Alhamdulillah, inilah yang saya cari-cari selam ini. Paspor, surat-surat keluarga dan berkas-berkas lainnya lengkap, tak kurang sedikitpun.”

Lalu ia meletakkan plastik dan segera sujud syukur di hadapan  Allah atas karunia-Nya. „Allahu Akbar!‟ Pekiknya dalam. Hati. Tanpa terasa air mata membasahi pipinya, “Kenapa tidak sejak dulu saya melakukan hal ini?” Ia membatin. Ketika itu ia baru teringat bahwa benda itu dahulu ia letakkan di samping meja, kemudian tertutup benda lainnya ketika kantor ini dibenahi.”

Sungguh, Allah Maha Mendengar doa hamba.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *