Matarakyat24.com, Bireuen – Setiap tanggal 28 Oktober, bangsa Indonesia kembali diingatkan akan makna besar Sumpah Pemuda 1928, ketika para pemuda bersatu menembus sekat-sekat perbedaan dengan semangat satu nusa, satu bangsa, dan satu bahasa: Indonesia.
Kini, hampir satu abad berlalu, pemuda menghadapi medan juang baru — bukan lagi melawan penjajahan fisik, melainkan penjajahan gaya hidup, informasi, dan teknologi. Tantangan ini begitu terasa di daerah seperti Aceh Timur, di mana generasi muda berada di persimpangan antara nilai-nilai tradisi dan derasnya arus digitalisasi dunia modern.
Tantangan Pemuda Aceh Timur di Era Digital
Generasi muda kini tumbuh di tengah derasnya arus informasi tanpa batas. Dunia digital membawa peluang besar, namun sekaligus ancaman terhadap moral, budaya, dan identitas lokal. Banyak anak muda yang larut dalam euforia media sosial, sibuk membangun citra diri di dunia maya, tetapi lupa memperkuat kemampuan nyata di dunia kerja dan sosial.
Fenomena cyberbullying, penyebaran hoaks, hingga rendahnya literasi digital menjadi tantangan serius. Pemuda Aceh Timur harus sadar bahwa kemajuan teknologi tidak akan berarti jika tidak diimbangi dengan karakter, etika, dan tanggung jawab. Di sinilah nilai-nilai Sumpah Pemuda harus dihidupkan kembali dalam konteks zaman digital.
—
Kesadaran dan Kemandirian: Jiwa Baru Pemuda
Sumpah Pemuda 1928 lahir dari kesadaran bersama bahwa masa depan bangsa bergantung pada persatuan dan cita-cita luhur. Begitu pula hari ini, pemuda Aceh Timur perlu meneguhkan kesadaran baru: bahwa masa depan daerah akan maju hanya jika generasinya mau belajar, berkolaborasi, dan mencipta.
Pemuda bukan hanya pengguna teknologi, tetapi harus menjadi pencipta nilai di dalamnya. Saatnya anak muda menjadi digital creator, pengusaha muda, dan pelaku ekonomi kreatif yang mengangkat potensi daerah ke panggung nasional.
Kita memiliki sumber daya yang melimpah — hasil pertanian, perikanan, kerajinan, dan kuliner khas — yang bisa diolah menjadi produk unggulan dengan sentuhan inovasi dan pemasaran digital. Inilah ruang bagi pemuda Aceh Timur untuk berperan nyata.
—
Ekonomi Kreatif: Jalan Baru Menuju Kemandirian
Aceh Timur memiliki modal besar dalam ekonomi kreatif. Dari kopi, madu hutan, hingga anyaman tradisional, semua dapat menjadi produk bernilai ekonomi tinggi jika dipasarkan dengan strategi digital yang tepat.
Generasi muda dapat membangun usaha mikro berbasis komunitas, membuka toko daring (online shop), atau membuat konten promosi yang menarik di media sosial. Dengan dukungan pemerintah daerah dan lembaga pendidikan, potensi ini bisa berkembang menjadi gerakan ekonomi muda berbasis lokal.
Peluang ini sejalan dengan semangat Sumpah Pemuda — semangat untuk berdiri di atas kaki sendiri, memajukan daerah, dan berkontribusi bagi bangsa.
—
Peran IPNU dan Gerakan Pemuda Islam
Sebagai Ketua PC IPNU Aceh Timur, saya melihat pentingnya organisasi pelajar dan pemuda Islam menjadi pelopor dalam gerakan pendidikan karakter dan pemberdayaan ekonomi. IPNU tidak hanya menjadi wadah belajar agama, tetapi juga tempat membangun kapasitas diri dan semangat kewirausahaan.
Melalui pelatihan literasi digital, kewirausahaan kreatif, dan penguatan keagamaan, kita ingin melahirkan generasi pelajar yang religius, cerdas, dan produktif. Inilah wujud nyata semangat Sumpah Pemuda versi baru — semangat belajar dan berjuang dengan ilmu serta iman.
Menatap Masa Depan Aceh Timur
Aceh Timur memerlukan generasi muda yang mampu berpikir besar namun tetap berakar pada nilai-nilai lokal. Kita tidak boleh hanya menjadi penonton dalam perubahan zaman. Sudah saatnya pemuda berdiri di garda depan pembangunan daerah, menciptakan lapangan kerja, dan memanfaatkan teknologi untuk kemaslahatan bersama.
Sumpah Pemuda 2025 harus menjadi momentum kebangkitan moral dan ekonomi generasi muda Aceh Timur — bahwa di tengah derasnya globalisasi, masih ada pemuda yang berani menjaga nilai, memperjuangkan ilmu, dan mengabdi untuk daerah.
Maka Sumpah Pemuda bukan sekadar sejarah. Ia adalah panggilan jiwa.
Dan di tanah Aceh Timur, semangat itu harus lahir kembali — dalam bentuk karya, inovasi, dan kolaborasi nyata.
Mari bersama membangun Aceh Timur dengan semangat baru:
“Bersatu dalam kreativitas, berjuang dengan teknologi, dan berbakti untuk masa depan***












