Pada Era Disrupsi Millenial Harus Fokus dan Memanfaatkan Peluang

Matarakyat24.com, Jakarta – Berbicara mengenai disrupsi-disrupsi yang terjadi di berbagai sektor politik, ekonomi, sosial dan lain sebagainya. Lainnya adalah perubahan perilaku bahwa sekarang hidup pada era digitalisasi era revolusi 4.0 mana semuanya seakan-akan tanpa batas. Bisa menyerap informasi baru, budaya baru yang datang dari luar negeri tidak hanya dari Indonesia ini mempengaruhi perubahan perilaku pemuda pada masa sekarang. Infrastruktur digital yang belum merata, sebagai agen perubahan.

“ Ada 4 hal yang sangat perlu diperhatikan yang pertama pengembangan milenial berbasis digital” ujar Farah (Anggota Komisi I DPR RI) dalam webinar ngobrol bareng legislator dengan tajuk “ Pentingnya Pemanfaatan Digital bagi Milenial Menghadapi Tantangan Masa Depan” pada Selasa (23/05/2023).

Perlu didorong untuk dilibatkan sebanyak-banyaknya partisipasi guna untuk meningkatkan budaya kewarganegaraan, kemudian menciptakan atmosfer atau ekosistem yang mendukung dengan menjalin hubungan yang baik dengan berbagai komunitas seperti komunitas sosial dan budaya serta komunitas-komunitas lainnya.

Selanjutnya pemuda bersinergi dengan media dalam rangka informasi publik secara terpadu. Terakhir upgrading, di mana ruang digital merupakan sebuah tools atau wadah bagi milenial untuk mengupgrade diri, baik itu pelatihan atau pengembangan dan harus terus didorong dan didukung. Semua tahu bahwa kaum muda atau milenial penuh dengan rasa keingintahuan yang tinggi, dan kaum milenial tidak statis tapi adaptif.

Verdy Firmantoro (Dosen Komunikasi Politik FISIP UHAMKA) memaparkan Ketika teknologi berkembang ada dua pandangan yang akan muncul yaitu optimis dan skeptis. Saat ini sudah terjadi pergeseran era, yaitu dari era informasi menjadi era jaringan sosial.

Penetrasi pengguna internet di Indonesia dari tahun ke tahun semakin meningkat sampai januari 2023 sudah 212,9 orang yang menggunakan internet. Alasan utama orang menggunakan sosial media yaitu tetap terhubung dengan keluarga dan teman. Meskipun banyak dampak negatifnya, ruang digital saat ini tidak dapat dipungkiri juga menjadi suatu platform yang dapat memberi banyak kemudahan bagi setiap orang.

Milenial dapat didefenisikan tidak hanya sebagai usia, tetapi juga perspektif (sudut pandang), dan juga metode (cara atau mekanisme). Karekteristik generasi berbeda-beda, kategorisasi kaum milenial melek politik, turun tangan, alergi politik, dan nyinyir. Urusan kalau membicarakan generasi, kita harus membicarakan tantangannya salah satunya yaitu penyebaran hoax. Anak muda dan aksi perubahan, kita harus bertindak sesuai dengan peranannya seperti politisi, professional, kelompok kepentingan, aktivis, kelompok penekan, dan birokrasi/pemerintah. Timpal Verdy

Senada dengannya, Didi juga menyampaikan generasi baby boomer merupakan generasi yang lahir pada tahun 1964. Dinamakan baby boomer, karena angka kelahiran bayi yang sangat besar seperti boom setelah berakhirnya perang dunia II. Sedangkan generasi X merupakan generasi yang lahir sekitar tahun 1965 hingga 1980. Generasi x sering disebut baby bust dikarenakan penurunan angka kelahiran bayi yang signifikan dibandingkan generasi baby boomer sebelumnya. Generasi Y atau milenial merupakan generasi yang lahir sekitar tahun 1980 hingga 1995 pada saat teknologi telah maju.

Generasi milenial sering dinilai sebagai generasi yang malas karena sering bermain ponsel. Generasi Z merupakan generasi yang lahir sekitar tahun 1997 hingga 2000 an.

Generasi Z masih muda dan tidak pernah mengenal kehidupan tanpa teknologi sehingga terkadang disebut I gen.

Tantangan generasi milenial saat ini diantaranya kebebasan akses infomasi, kehidupan bermasyarakat menjadi kurang. Di dunia kerja tantangan generasi milenial diantaranya budaya organisasi atau perusahaan yang buruk, teknologi, dan pendidikan yang tinggi.

Selajutnya fintech P2P lending atau aplikasi digital, berdasarkan data OJK Desember 2022 menunjukkan bahwa 62% rekening fintech pendanaan bersama dimiliki oleh nasabah usia 19-34 tahun. 60% pinjaman dari fintech pendanaan bersama juga disalurkan kepada nasabah usia 19-34 tahun. Sehingga pengguna fintech pendanaan bersama didominasi oleh gen z dan milenial.

Solusinya generasi milenial harus bisa memanfaatkan beragam peluang yang ada, dengan pemahaman terkait berbagai manfaat positif dari penggunaan media sosial akan sangat mempengaruhi pola pikir dan kreativitas anak muda milenial, selajutnya meningkatkan literasi keuangan.

Generasi milenial harus fokus pada kekuatan diri sendiri, komitmen dan konsistensi yang kuat. Tutup Didi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *