LOGIKA BERAMAL SALEH

Khazanah 

 

Oleh : Syaiful Anwar

Dosen FE Unand Kampus II Payakumbuh 

 

Saudaraku,  mari kita mulai hari ini dengan ungkapan syukur. Setiap hari anugerah dan nikmatnya selalu turun kepada kita, meski pada hari kemarin dan bahkan pada hari ini pun kemaksiatan dan dosa selalu kita lakukan. Setiap jam, perlindungan dan pemeliharaan-Nya terus menerus mengayomi kita, padahal pada jam yang lalu dan mungkin pada jam ini kita masih menentangnya dengan dosa-dosa dan keburukan kita. Allah telah membawa kita pada hari ini. Allah memberi kesempatan untuk menghapus dosa dan beramal saleh. 

 

Saudaraku, Mari ucapkan istighfar (astagfirullah). Mohon ampun atas segala kesesalahan. Syukur atas ampunan dan semua karunia-Nya yang tak pernah berhenti. Ada sebuah hadits yang patut kita renungkan di waktu pagi. Rasulullah mengatakan, bahwa setiap masuk waktu pagi, dua malaikat mengajukan permohonan mereka kepada Allah SWT. Malaikat pertama berdoa, “Ya Allah, berikanlah ganti bagi orang yang menginfakkan hartanya.” Yang kedua, berdoa, “Ya Allah, jadikan semakin tidak punya orang yang pelit terhadap hartanya.” Renungkan butir-butir doa yang diucapkan para malaikat yang suci itu. 

 

Saudaraku, adakah doa malaikat yang ditolak Allah? Mungkinkah permohonan itu tidak diijabah oleh Allah? Kaitkanlah doa para malaikat itu dengan firman Allah dalam surat Saba‟ ayat 29 yang artinya, “Katakanlah: Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezki bagi siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan menyempitkan bagi (siapasiapa yang dikehendaki-Nya). Dan apa saja yang kamu infakkan maka Allah akan menggantinya dan Dialah Pemberi rezki yang sebaik-baiknya.” 

 

Rezki mutlak ada di dalam genggaman kuasa Allah SWT. Tak satupun makhluk yang bisa menentukan kadar dan sebagian rezki untuknya. Doa para malaikat yang diucapkan setiap pagi dan juga firman-Nya tadi sesungguhnya menegaskan bahwa nilai harta yang dikeluarkan di jalan Allah tak akan hilang. Ibnu Katsir dalam tafsirnya menyebutkan, “Kandungan ayat tersebut adalah, apapun yang kalian infakkan sesuai dengan apa yang Allah perintahkan, maka Allah pasti akan menggantikan sesuatu itu untukmu sejak di dunia. Kemudian di akhirat Allah akan memberikan balasan pahala atasmu. “Allah menjamin bahwa tak pernah ada orang yang berinfak, bersedekah, berderma dan semacamnya yang jatuh miskin. Perhatikanlah saudaraku, kenyataan hidup yang kita lihat di sekitar kita. Atau bahkan pengalaman kita sendiri selama ini. Saudaraku, perhatikan sabda Rasulullah yang dikutip dalam Ibnu Katsir, “Anfiq, yunfak „alaik…Berinfaklah, kalian akan diberikan infak.” Disebutkan dalam se-buah hadits, “Ma naqasa malun min shaqadah.” Artinya, harta tidak akan berkurang dengan sedekah. 

 

Saudaraku, coba perhatikan keadaan teman-teman, sahabat, orang tua, atau siapapun yang ada di sekitar kita. Benarkah jaminan Allah tersebut? Adakah orang yang jatuh miskin karena sedekah? Adakah orang yang jatuh bangkrut disebabkan menolong saudara-saudaranya di jalan Allah? Tapi kenapa kita masih enggan menyisihkan sebagian harta kita agak seratus, dua ratus, atau ribuan, puluhan, atau jutaan (bagi saudara yang diberikan banyak kekayaan)? Ingatlah, semua ini adalah tipu daya setan terkutuk yang senantiasa men-janjikan kefakiran bagi orang yang berjuang di jalan Allah (lihat Surat Al-Baqarah ayat 268). 

 

Saudaraku, logika beramal saleh memang kerap tidak sejalan dengan logika kemanusiaan dan keduniaan. Bukan hanya tidak sejalan, bisa saja sangat bertentangan. Lihatlah contoh lain dari hadits Rasulullah Saw., “Dua rakaat shalat sunnah Subuh itu lebih baik dari dunia dan seisinya.” (HR.Muslim dari Aisyah). Itulah logika pahala dan karunia Allah SWT. 

 

Yang mungkin menjadi masalah, adalah bila kita membatasi balasan Allah SWT itu semata pada materi atau yang berbentuk uang. Penggantian yang Allah berikan tidak selalu berarti bahwa orang yang berinfak akan menjadi kaya secara materi, tapi Allah menjamin hidupnya menjadi berkecukupan. Tentu hal ini lebih baik. Sebab kita tahu, harta tidak selamanya menjamin kebahagiaan dan kesejahtera-an hidup. Yang membahagiakan itu adalah rasa cukup itu. Balasan Allah di dunia, bisa berupa kebaikan keluarga, kesehatan, berkah, ketenangan batin. 

 

Saudaraku, renungkanlah! Pernahkah kita merasa diperlakukan “tidak adil oleh Allah?” kalau perasaan ini hinggap, segera istighfar dan taubat. Sungguh, Allah memberikan kekayaan kepada orang durhaka, sebagai balasan kebaikannya di dunia. Karena di akhirat kelak orang yang durhaka tidak akan mendapatkan kebaikan sedikitpun, akhirnya masuk neraka. Namun, kita yang miskin, sederhana, tapi taat kepada Allah, terkadang kekurangan harta kekayaan di dunia ini. Ini adalah sebuah hikmah agar kita bersabar dan bisa meningkatkan kualitas ibadah. Coba tanyalah orangorang yang kaya secara materi tapi miskin batinnya, apakah ia merasa tenang atau tidak? 

 

Saudaraku, tidak ada alasan bagi kita untuk berburuk sangka kepada Allah, dan tidak ada alasan bagi kita untuk kikir terhadap kelebihan harta yang Allah amanahkan kepada kita. Silakan infakkan di jalan Allah. 

 

#Syaiful_Anwar

#Fakultas_Ekonomi

#Universitas_Andalas

#Kampus2_Payakumbuh

#Heart_Laundry

#Logika_Beramal_Shaleh

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *