Legislator Ajak Masyarakat Menjadi Warga Digital yang Bertanggung Jawab

Matarakyat24.com, Jakarta — Pentingnya menjadi warga digital yang bertanggung jawab kembali ditekankan dalam kegiatan Ngobrol Bareng Legislator bertema “Menjadi Warga Digital yang Bertanggung Jawab” yang digelar pada Selasa, 16 Desember 2025. Kegiatan ini menghadirkan Anggota Komisi I DPR RI, Sabam Rajagukguk, serta perwakilan Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Toba, Sesmon Toberius Butarbutar, S.Pd., M.Si.

 

Dalam pemaparannya, Sabam Rajagukguk menyampaikan bahwa tingginya jumlah pengguna internet di Indonesia merupakan kekuatan besar yang harus dikelola dengan bijak. Ia menyoroti derasnya arus informasi di ruang digital yang tidak selalu diiringi dengan kebenaran dan niat baik, sehingga memicu maraknya hoaks, ujaran kebencian, penipuan daring, hingga perundungan digital.

 

Menurut Sabam, menjadi warga digital yang bertanggung jawab tidak berarti membatasi kebebasan berekspresi, melainkan memiliki kesadaran bahwa setiap unggahan, komentar, dan klik memiliki dampak nyata. Literasi digital, etika berkomunikasi, serta perlindungan data pribadi menjadi tiga hal utama yang harus diperkuat oleh masyarakat agar ruang digital tetap sehat dan aman.

 

Ia juga mengingatkan bahwa ruang digital saat ini berpengaruh besar terhadap kualitas demokrasi dan persatuan bangsa. Polarisasi dan konflik kerap diperparah oleh konten provokatif dan algoritma media sosial. Karena itu, masyarakat diharapkan mampu menahan diri, berpikir kritis, dan mengedepankan empati dalam berinteraksi di dunia maya.

 

Sementara itu, Sesmon Toberius Butarbutar menekankan pentingnya peran masyarakat dalam melawan hoaks. Ia menyampaikan bahwa sebagian besar hoaks menyebar bukan karena niat buruk, melainkan karena kurangnya verifikasi sebelum membagikan informasi. Padahal, hoaks dapat menimbulkan kepanikan, menurunkan kepercayaan publik, hingga memicu konflik sosial.

 

Sesmon mengajak masyarakat untuk menjadi netizen cerdas dengan membiasakan diri memeriksa sumber, isi, dan konteks informasi. Ia juga mengingatkan bahwa tidak semua konten viral dapat dipercaya, karena algoritma media sosial lebih mendorong emosi daripada kebenaran. Sikap kritis dan kehati-hatian dinilai menjadi kunci utama dalam menghadapi banjir informasi di era digital.

 

Melalui kegiatan ini, para narasumber sepakat bahwa membangun ruang digital yang sehat tidak bisa hanya mengandalkan regulasi dan penegakan hukum. Partisipasi aktif masyarakat menjadi faktor penentu dalam membentuk budaya digital yang bertanggung jawab. Dengan memulai dari hal-hal kecil, seperti berpikir sebelum membagikan informasi dan menjaga etika berkomunikasi, diharapkan ruang digital Indonesia semakin aman, produktif, dan bermartabat.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *