Khazanah
Oleh : Syaiful Anwar
Dosen FE Unand Kampus II Payakumbuh
Wahai Mujahid Dakwah, Puluhan tahun lamanya masa engkau lalui, karena bacaan, pendengaran, pergaulan, ketekunan, kegiatan berjuang, karena jerih payah dan pembantingan tulang tiada hentinya, engkau telah kaya dengan pengalaman. Engkau sekarang jadi.
Engkau telah memiliki pengertian dan ukuran, engkau telah turut menentukan jarum jam sejarah orang lain. Engkau telah sampai ke batas sejarah, kini dan nanti. Engkau telah memenuhi hidupmu dengan tekun dan sungguh, ikut memikul yang berat, menjinjing yang ringan, membawa batu bata untuk membangun umat ini.
Engkau tebus semua itu dengan cucuran keringat dan air mata, kesengsaraan dan penderitaan. Kawan hidupmu yang menyertaiimu dalam suka dan duka, kelak tak ada lagi. Ia tak sempat mengantarmu ke batas perhentian (kuburan).
Tengah jalan ia pulang, dan engkau ditinggalkannya di daerah kesepian. Di atas kuburnya telah tumbuh rumput, daunnya subur menghijau. Bunga suci aku lihat di atas pusara sepi itu. Tangan siapa gerangan yang menanamnya, aku tak tahu. Biarkan dia tumbuh menjadi. Akan riba juga masanya bunga suci itu mekar-menguntum. Eva dan Sofia akan memetik dia kelak, akan mempersunting dia penghias sanggulnya. Sudikah engkau menulis nisan-kenangan di atas kuburnya, sebagai tanda penghargaan, karena dialah tolan penolong engkau di medan bakti?
Wahai Muballighul Islam, tanganmu telah ikut menulis sejarah. Sejarah perjuangan umat, sejarah menegakkan Cita dan Agama. Benang yang engkau sumbangkan telah memperindah sulaman tarikh dari umat ini. Engkau kini telah menemui bentukmu, sesuai dengan bakat dan kodratmu. Engkau tidak lagi anak kemarin, tetapi anak kini dan akan pulang lagi meninggalkan bengkalai ini.
Sebagai seorang juru bicara umat Islam, engkau telah mempunyai ukuran dan alat penilai; sampai dimana kita dan hendak kemana lagi. Pengalaman yang engkau peroleh dari perjalanan yang jauh, akan berguna dan bermakna dalam mencari kemungkinan bagi lang-sungnya perjuangan Cita ke depan.
Keyakinan yang engkau miliki, jalan panjang yang engkau tempuh selarut selama ini, pahit getir yang engkau derita, segala itu dapat engkau pakai untuk merumuskan bagaimana lagi perjuangan umat Islam ke depan setelah ini. Paparkanlah semua itu kepada generasi muda yang akan menggantimu. Ambillah kesimpulan dari kekeliruan dan kegagalan masa lampau. Belajar dari masa lalu, terutama belajar dari kekeliruan dan kegagalan yang telah engkau alami sendiri, dan teman seiringmu juga. Bukankah kerap engkau benar dalam pendirian, tapi salah dalam perhitungan? Benar dalam prinsip tapi keliru dalam cara?
Kejujuran dalam perjuangan memesankan, agar kita mengakui terus terang kekeliruan dan kelemahan diri. Yang demikian itu penting untuk menyusun paduan masa datang, mengendalikan kehidupan Cita dan Agama.
Dalam kekeliruan, kita dapat mengambil makna dan guna. Kita keliru karena telah berbuat. Ruh-Intiqadi yang engkau miliki, janganlah pula dipakai untuk melenyapkan segala harga dan nilai, dari angkatan lama yang telah berbuat itu. Mereka adalah anak zamannya, dan telah memenuhi tugasnya pula. Cahaya dari pelita lilin yang lemah serta lembut itu perlu dihargai, karena ia telah berjasa memecahkan sudut-sudut yang gelap.
Wahai si Juru Dakwah, kini engkau telah sampai ke tonggak sejarah. Di atas pendakian sunyi tiada kesibukan, terletak pesenggarahan lama, patilasan orang lalu setiap waktu. Dari tempat itu hidup kenangan lama. Masa lalu penuh keharuan dan kenangan. Duri dan derita, dera dan kepapaan, keringat dan air mata. Tapi ia indah dalam kenangan dan lukisan kalbu.
Pandanglah masa depan dengan bashirah, dengan horizon yang tajam. Memang jauh ke muka sampai ke kaki langit. Tahukah engkau, bahwa engkau hanyalah sebuah mata dari rantai sejarah yang panjang itu? Telah lalu beberapa kafilah dari kehidupan yang sayup, dan mereka telah berbuat sesuai dengan zamannya. Sungai air mata dan tetesan darah sepanjang jalan yang membentang dari pangkal hingga ke ujung yang tiada kelihatan, adalah kalimat yang memberitakan, bahwa angkatan silam telah mengembangkan sayap kegiatan mereka dengan segala kesungguhan dan kepenuhan.
Romantika dan heroik zaman silam masih menggemakan genta suara di tengah sahara kekinian, meninggalkan pesan kehidupan yang penuh dan menyeluruh, kepada angkatan kemudian. Daftar para syuhada itu telah panjang, dan dalam perut bumi telah memutih tulang sebagai saksi kepada yang hidup, bahwa mereka telah datang dan telah pulang tidak sia-sia. Dari celah-celah kuburnya kedengaran suara halus memuat amanat perjuangan kepada generasi kita yang masih hidup.
Masa kini rupanya lah laruik sanjo (telah larut senja) bagi mereka, dan waktu pamitan tak lama lagi. Wahai si Tukang Seru, entah berapa lagi jatah umurmu yang masih tinggal, kita tidak tahu. Tahukah engkau, pekerjaan besar ini tidak akan selesai di tanganmu. Sejarah berjalan terus, lampau dan datang, kini dan nanti. Tahukah engkau, bahwa di belakang kalimat sejarah itu belum ada titik?
Masa yang akan datang penuh rahasia, tersimpan dalam kandungan gaib, misteria gelap bagi kita. Masa silam dapat engkau baca dalam halaman sejarah; masa yang akan datang masih gelap tak ada yang tahu. Tahukah engkau, kumandang masa yang akan datang dapat juga kita ketahui dari puncak zaman se-karang? Dalam kekinian mengandung juga roman zaman yang akan tiba. Engkau kini berada di antara dua ufuk yang bertentangan, dua kutub yang tidak serupa. Engkau kini berada antara idealisme dan realisme dunia.
Idealisme yang engkau miliki dan realisme dunia yang engkau hadapi. Antara kedua kutub itu engkau tetap dalam lensa sorotan. Lensa sejarah yang berjalan terus dan senantiasa. Sanggupkah engkau lalu di tengah-tengah dua kutub yang bertentang itu? Masih kuatkah kakimu berjalan di antara dua dunia yang saling bertentangan itu? Wahai Musafir yang sedang lalu, jalan ini masih panjang, rantau masih jauh.
Dengan Al-Quran di tangan kanan dan kain kafan di tangan kiri, teruskanlah perjalanan ini. Berjalan dan melihat ke muka, menggunakan sisa umur yang masih ada. Entah kapan akan sampai ke tempat perhentian, engkau tak tahu, aku pun tidak. Di tengah laut lepas dan luas, pencalang ramping itu telah jauh ke tengah. Awan mendung dan kabut tebal memberat. Hujan lebat mencurah, angin menyerang kiri dan kanan, gelombang mengganas dan badai menghempas. Pencalang ramping itu naik turun mengikuti amukan air, juru mudi mendapat ujian. Berpirau melawan arus, pesan seorang pemimpin dijadikan dalam hati. Kemudi dan pimpinan bertanggung jawab atas keselamatan pelayaran ini. Kini, kita telah jauh berada di tengah. Pelabuhan tempat bertolak tiada kelihatan lagi. Sedang ranah-tanah belum jua nampak.
Wahai Mujahid Islam, akhirnya pelayaran ini sampai juga ke pantai, berkat juru mudi yang piawai memegang pimpinan. Engkau dan umat ini kini harus berjalan kaki, menggunakan tenaga sendiri. Tak ada tolan penolong selain Dia semata, yang melindungi dari awal mula sampai hari ini. Jalan masih panjang, rantau Cita masih jauh. Ufuk-ufuk baru kelihatan juga, tambah dijelang tambah jauh rasanya. Kafilah itu lalu dan berjalan terus, menempuh laut sahara tiada bertepi. Sunnah perjalanan alam membawa kata pasti: setelah malam kelam ngeri ini, pagi yang indah akan menyingsing. Di atas asap tebal, terbentang langit cerah yang biru.
Gelap dan gulita alam, lapisan kabut tebal dan berat. Di halaman langit tak ada bintang. Berpikirlah sejenak dan melihatlah ke atas,….ada sebutir terang mengirim sinar ke bumi. Sebuah bintang itu jadilah, karena ada pedoman bagi kafilah di tengah sahara luas. Pelaut yang arif selalu mendapat alamat dari sebutir terang di halaman langit.
Wahai Umat Risalah, dengarlah suara Bilal bergema dari ufuk ke ufuk! Dengarlah suara azan bersahut-sahutan dari menara ke menara. Renungkan suara takbir, berkumandang di mana-mana, memanggil umat ini dengan kalimat sakti: hayya „alal falah! Marilah shalat, marilah menang. Engkau lihat umat jamaah itu berdiri bershaf-shaf di belakang imam, rukuk, sujud bersama-sama.
“Suatu pandangan dari udara atas dunia Islam pada saat shalat, akan memberikan pemandangan dari sejumlah lingkaran kaum muslimin, dengan jari-jarinya yang bertitik pusat ke Ka‟bah Mekkah, dan yang terus mengambil tempat yang lebih luas, dari Sierra Leone sampai ke Kanton dan dari Tobolosk sampai ke Tanjung Harapan”, demikian Philip K.Hitti melukiskan kaum muslimin dikala menyembah Tuhannya.
Engkau lihat mereka di dalam mesjid yang sudah tua tidak terurus, surau yang hampir rubuh karena tekanan masa dengan sepi di tengah sawah; dengan pakaian compangcamping dan tenaga lemah, masih berdiri menegakkan shalat. Kaum muslimin itu masih tetap melakukan ibadah kepada Tuhannya, memanjatkan doa kehadirat Ilahi semoga datang tangkisan gaib dari udara menolong kaum yang lemah.
Wahai Tuhanku, kalau adalah di antara umat ini yang berhak menerima ridha dan mau‟nah-Mu,_kalau adalah di antara umat ini yang berhak menerima bantu-an-Mu, mereka itulah dia. Merekalah yang berhak menerima gemilang sayang-Mu dan curahan Rahim-Mu: menegakkan kaum yang lemah, mengangkat kaum yang tertindas. Wahai Umat Dakwah, amanat perjuangan itu kini telah jatuh ke tangan kaum yang lemah, dhu‟afa dan fuqara‟; tenaga lemah dana tak ada. Di tangan kaum lemah itu tersimpan kekuatan umat ini. Rahasia kejayaan dan kemenangan, bulat seluruhnya dalam genggaman mereka. Bimbinglah tangan umat ini kembali, bawa mereka ke jalan yang benar. Jangan biarkan umat ini ditelan kesepian; jangan dibiarkan umat ini ditakuti oleh hantu-hantu kesangsian, tanpa pimpinan.
Hidupkan terus api idealisme dan kembangkan senantiasa optimisme dan enthousiasme. Sirnakan apatisme dan fatalisme, lenyapkan defaitisisme, me-nyerah kepada keadaan atau menjadi budak kenyataan. Denyutkan kembali aliran darah tauhid mereka.
Tuhan telah menjanjikan karunia dan bantuan kepada kaum yang lemah, kaum yang tertindas di bumi, “Dan Kami hendak menumpahkan budi atas mereka yang ditindas di bumi, dan Kami hendak menjadikan mereka pemimpin. Dan Kami hendak meneguhkan kekuasaan untuk mereka di bumi.” (QS.Al-Qasash: 5-6).
Wahai Umat Pilihan, kamu adalah Kaum Muslimin, nama pilihan dan panggilan kehormatan yang diberikan Tuhan dari dahulu hingga hari ini. Kamu bukanlah golongan “mustaslimin” kaum yang menyerah-kalah kepada kenyataan. Sebagai umat yang beriman, hadapilah kenyataan hidup ini dengan kesadaran dan keinsafan, kewaspadaan dan keperwiraan. Hadapilah kenyataan di bumi ini dengan ketenangan jiwa dan keyakinan hidup. Hanya dengan ketenangan jiwa dan keyakinan hidup, hanya dengan sakinah dan muthmainnah itulah kamu bermakna dan berguna hidup di tengah-tengah manusia di dunia.
Hanya dengan akidah yang kuat dan akidah yang jelas, kamu dapat menempuh kehidupan ini. Hanya dengan wijhah hidup yang tegak dan khittah perjuangan yang cerah serta terang, kamu dapat membawa umat ini ke tepi ufuk keridhaan Ilahi. Tegakkan akidah Islamiyah dalam dada umat. Suburkan ibadah. Susun umat ini dalam pola jamaah menurut keteladanan sunnah, akhiri firqah. Jamaah adalah kekuatan dan kesatuan; firqah adalah kelemahan, remuk dan kehancuran. Hamparkan kembali tikar ukhuwah Islamiyah dan ukhuwah imaniyah di kalangan umat Islam ini, tanamkan mahabbah dan marhamah.
Wahai Angkatan Kini, tak lama lagi engkau akan kembali pulang, memberi laporan kepada Tuhan, mem-pertanggung jawabkan segala amal, jasa dan karyamu di dunia. Tinggalkan bengkalai ini kepada generasi muda yang akan mengganti. Hidupkan dinamik dan militansi muda Islam, yang akan menggantikanmu setelah kamu tak ada, yang akan meneruskan pekerjaan yang belum selesai ini. Janganlah kamu hendak hidup, seperti pohon beringin besar, yang ingin hidup sepanjang abad, dan tidak memberi kesempatan kepada tunas-tunas baru tumbuh dan menguntum sekelilingmu. Risalah dan amanah ini tidak akan selesai di tangan engkau sendiri. Susun dan sediakan tenaga baru yang berbakat dan berkarakter, yang akan melanjutkan perjuangan ini dengan segala keyakinan, kepahalawanan dan keperwiraan.
Tahukah engkau, salah satu penyebab dari kelemahan umat Islam ini ialah tiadanya atau kurangnya kader yang berwatak, kader pemikir dan pejuang yang sanggup menggantikan angkatan lama? Tulang dan tenagamu yang sudah semakin lemah, jatah umurmu telah semakin kurang, memesankan kepadamu supaya mencari ganti hari ini. Patah tumbuh hilang berganti, jangan ada “vacuum” pimpinan atau fatrah pedoman kelak terjadi di kalangan umat Islam.
Wahai Angkatan Baru, siapkanlah dirimu untuk menggantikan angkatan tua, mereka akan pulang tak lama lagi. Jangan engkau menjadi pemuda kecapi suling, yang bersenandung meratap terpian yang sudah runtuh, mengenangkan masa silam yang telah jauh pergi. Janganlah engkau membuat kekeliruan lagi seperti pernah dilakukan oleh angkatan yang engkau gantikan. Teruskan perjalanan ini dengan tenaga dan kakimu sendiri. Dada bumi cukup luas untuk menerima kehadiranmu.
Penuhilah segenap udara ini dengan berjiwa besar, dengan daya juang api semangat yang nyalanya kuat dan keras. Pupuklah ruhul-jihad, semangat revolusioner, radikal dan progresif dalam jiwamu, dan bertindaklah sebagai laki-laki dengan perhitungan yang nyata dan pertimbangan yang matang. Perkayalah dirimu dengan meneladan kepada masa silam, dimana ada yang rebah dan ada yang bangun, ada yang jatuh dan terus berdiri lagi. Kamu tidak boleh menjadi “plagiator” dari angkatan, dan tidak boleh pula menepuk dada serta meniadakan segala harga dan nilai, jasa dan karya dari angkatan lama. Mereka kaya dengan pengalaman, engkau kaya dengan cita-cita. Padukanlah pengalaman angkatan lama dengan nyala citamu.
Sejarah ini telah lama berjalan, bergerak dan berkembang, kamu belum selesai. Meneruskan pekerjaan besar, sundut bersundut, dari keturunan yang satu kepada keturunan yang lain, angkatan satu kepada angkatan yang lain. Kafilah hidup ini adalah ibarat gelombang di lautan; menghempas yang satu menyusul yang lain; memecah yang pertama datang yang kedua. Sadarilah posisi dan fungsimu dalam sejarah, dan lakukanlah tugas suci ini dengan pengertian, keyakinan dan kesabaran. Insafilah kedaulatanmu sebagai pemuda angkatan baru, yang hendak menggantkan manusia tua angkatan lama. Tidaklah serupa antara kedua angkatan zaman itu, karena sejarah berjalan senantiasa menurut hukum dinamika dan hukum dialektika.
Wahai Ummat Qur‟an, akidah dan wijhah hidupmu menyerumu tampil ke depan mengkhutbahkan “suara langit” di bumi. Isilah fungsimu dengan kegiatan dan kesungguhan; jalankan amanat ini dengan segala kepenuhan dan ketekunan. Dunia dan kemanusiaan menunggu pimpinan dan bimbinganmu. Bumi menantikan “cahaya langit” yang mampu menyapu kegelapan. Jaga dan peliharalah jangan sampai “jembatan” ini runtuh, agar hubungan bumi dan langit tidak patah atau terputus.
- Qum, faandzir
Bangkit dan berdirilah, susun barisan dan kekuatan. Barisan dan kesatuan umat. Canangkan seruan dan ancama. Seruan kebenaran dan ancaman kebinasaan jika menolak atau menentang kebenaran. Gemakan senantiasa Kalam Ilahi, kumandang-kan selalu suara dan seruan kebenaran. Sampaikanlah peringatan ini ke kuping segala insan. Gempitakanlah kepada dunia dan kepada manusia ajaran agama Tauhid, ajaran Cita dan Cinta.
- Wa Rabbaka fakabbir
Besarkan Tuhanmu di atas segala. Tiada kebesaran yang menyamai kebesaran-Nya. Tiada kekuasaan yang menyamai kekuasaan-Nya. Tiada urusan atau kepentingan yang lebih dari urusan dan kepentingan menjalankan perintah-Nya. Kecil semuanya di hadapan Allahu Akbar. Fana, lenyap dan binasa dalam segala kebaqaan-Nya. Tiada ketakutan selain azab, siksa-Nya yang akan menimpa. Tiada harapan selain dari keridhaan-Nya belaka. Tiada kesulitan apabila ruh telah bersambung dengan Maha Kebesaran dan Maha Kekuasaan Tuhan yang Tunggal itu.
- Watsyibaka fathahhir
Bersihkanlah dirimu, lahir dan batinmu. Hanya dengan kesucian ruh jua amanah dan risalah ini dapat engkau jalankan. Risalah dan amanat ini adalah suci. Dia tidak boleh dipegang oleh tangan yang kotor, jiwa yang berlumur dosa dan noda. Hanyalah dengan kesucian ruhmu dapat memikul tugas dan amanah berat ini. Sucikanlah dirimu, lahir dan batin, baru engkau ajak manusia menempuh jalan kesucian. Tangan yang berlumur darah maksiat tidak mungkin akan berbuat khairat (kebaikan) kepada dunia dan manusia.
- Warrujza fahjur
Jauhilah maksiat, singkirkan mungkarat Dosa itu akan menodai dirimu, akan meng-hitamkan wajah riwayatmu. Engkau tidak akan sanggup menghadap, jika mukamu cemar di hadapan Rabbi, kalau larangan-Nya tidak engkau singkiri dan jauhi. Bersihkanlah keluargamu, jiran dan tetanggamu, masyarakat bangsamu dari maksiat dan mungkarat, dosa dan noda. Bangsa dan negaramu akan karam-tenggelam, dalam lembah kehancuran dan kebinasan, jikalau mak-siat dan mungkarat telah menjadi pakaiannya. Ma‟ruf yang harus tegak dan mungkar yang harus rubuh, adalah program perjuanganmu. Al-Haq yang harus dimenangkan dan batil yang harus dibinasakan adalah cara dan jihadmu.
- Wala tamnun tastaktsir
Janganlah engkau memberi karena harapan balas-an yang banyak. Jalankan tugas ini tanpa mengharapkan ganjaran dan balasan dari manusia ramai. Menjalankan tugas adalah berbakti dan mengabdi, tidak mengharapkan balasan dan pujian, keuntungan benda dan materia. Kekayaan manusia tidak cukup untuk membalas jasamu yang tiada ternilai itu. Bukankah tanpamu, masyarakat ini akan kering dan ketiadaan iman, kepercayaan dan pegangan? Bukankah tanpamu, masyarakat ini lenyap ditelan kesepian, tiada suluh dan pelita? Bukankah tanpamu, hidup ini akan kerdil; hidup kehampaan dari segala kehampaan, karena tiada iman dan agama? Kalau tidak adanya “penyuluh-penyuluh” baru datang ke dunia sepertimu, alam ini seluruhnya akan tenggelam dalam kegelapan, kesepian dan kehampaan. Jalankan tugas ini hanya mengharap keridhaan Tuhan-mu.
- Walirabbika fashbir
Karena Tuhanmu, hendaklah engkau sabar. Lakukanlah tugas dan kewajiban ini dengan segala kesabaran dan ketahanan. Sabar menerima musibah yang menimpa, ujian dan percobaan yang silih berganti. Sabar menahan dan mengendalikan diri, menunggu pohon yang engkau tanam berpucuk dan berbuah. Tidak putus asa dan hilang harapan atau kecewa melihat hasil yang ada karena tidak seimbang dengan kegiatan dan pengorbanan yang diberikan. Hanya umat yang sabar yang akan mendapatkan kejayaan sejati dan kemenangan hakiki. Hanya umat yang sabar yang akan sampai kepada tujuan. Hadza dzikrun!
Inilah enam peringatan dan enam suruhan Untuk mujahid dakwah; Shahibud da‟wah‟ si Tukang Seru.
#Syaiful_Anwar
#Fakultas_Ekonomi
#Universitas_Andalas
#Kampus2_Payakumbuh
#Heart_Laundry
#Khutbahkan_Suara_Langit_Dibuminya