Matarakyat24.com,Jakarta – Kebebasan dalam bermedia sosial harus dibarengi dengan tanggung jawab karena media sosial adalah ruang publik dengan hukum. Mulai dari UU ITE, anti pornografi, kitab undang-undang hukum Pidana (KUHP), UU TPKS yang didalamnya juga turut mengatur kekerasan seksual dalam ruang digital, serta UU PDP.
Pentingnya kemampuan Literasi Digital bagi masyarakat, terlebih lagi Indonesia akan segera menyelenggarakan pesta demokrasi 2024. Hal ini cukup menjadi tantangan bagi kita semua untuk bisa menciptakan suasana pesta demokrasi yang sejuk tanpa perpecahan bangsa. Ujar Farhan Anggota DPR RI dalam webinar.
Aditya Perdana memaparkan Ciri generasi digital antara lain memiliki identitas di berbagai media, proses belajar lebih cepat, kebebasan berekspresi, dan privasi cenderung blak-blakan.
Literasi media dan budaya kritis dapat dilakukan dengan langkah langkah deskripsi, analisis, interpretasi, evaluasi dan polibatan dengan melakukan tindakan dari sikap kritis. Serta kompentensi digital yang mesti dimiliki yaitu mengakses, menyeleksi, memahami, menganalisis, memverifikasi, mengevalusi dan kompetensi lainnya.
Peluang literasi digital saat ini yaitu penetrasi yang semakin meningkat, kecepatan dan kemudahan dalam mendapat akses informasi, dan perubahan struktur sosial, kultur, ekonomi ataupun politik di masyarakat.
Adapun tantangan saat ini dengan adanya gap antara kecepatan akses informasi dari pengguna media sosial serta bocornya data-data pribadi. Salah satu Konsep berkomentar yaitu THINK (True, Helpful, Inspiring, Necessary, Kind).
Dalam menjaga budaya Indonesia dengan beberapa tips di media sosial diantaranya menggunakan media sosial untuk meningkatkan pariwisata dan memperkenalkan budaya, sharing tradisi dari setiap daerah, menghindari posting/komen/like yang menyerang budaya tertentu, membuat event atau kegiatan terkait kebudayaan dan sering-sering melakukan sosialisasi. ***
