INGAT DOSA-DOSA KITA! 

 Khazanah

Oleh : Syaiful Anwar

Dosen FE Unand Kampus II Payakumbuh 

 

Saudaraku, demi Allah, malaikat pada saat ini sedang menyaksikan kita, berbangga karena kita menyebut nama Allah, melambungkan Asma-Nya. Sudah sepatutnya kita sering-sering berzikir. Bukan hanya sibuk berbangga dan menyebut orang-orang yang kita cintai. 

Saudaraku, Ingatlah dosa-dosa kita terhadap ibu kita. Ibu, yang telah mengandung 9 bulan dengan susah payah. Ibu, yang telah melahirkan antara hidup dan mati. Ibu, yang menggendong kita saat menangis, menyusui, dan memelihara kita penuh dengan kasih sayangnya. Ternyata, sesudah kita dewasa dan bahkan punya istri, malahan kita menghardiknya, bermuka ketus kepadanya, merasa malu membawanya ke tempat-tempat undangan. 

 

Ingatlah Bapak kita, beliau dengan susah payah mencari nafkah. Kaki dijadikan kepala, kepala dijadikan kaki. Sementara kita hanya menikmatinya. Beranjak usia sekolah, setiap hari kita meminta uang belanja, minta dibelikan handphone (HP), dan setelah itu kita ber-bangga di depan teman-teman kita. Tidakkah kita malu? 

 

Ingatlah, kita telah menzalimi keduanya. Tiba-tiba keduanya meninggalkan kita, dimasukkan ke dalam liang lahad, rumah yang amat sempit dan gelap, yaitu kubur. 

Ya Allah, inilah kami hamba-Mu, inilah kami anak yang zalim kepada kedua orang tua kami. Ampuni kami ya Allah, kami belum sempat membalas kebaikan orang tua kami. 

Ya Rabb, ampuni sebusuk apapun masa lalu kami. Ampuni sekelam apapun kehidupan kami. 

Ya Aziz ya Qahhar, kami pernah meminum minuman yang Engkau haramkan, mengkonsumsi makanan yang Engkau haramkan. Ampuni kami ya Allah. 

 

Saudaraku, ingatlah kezaliman kita kepada teman-teman kita. Mulut tajam menyakiti mereka, tangan penuh kezaliman, telinga sering mendengar maksiat dan fitnah yang kita sebarkan. 

 

Ingat pula, harta anak yatim yang tanpa sengaja kita makan. Ia dititipkan kepada kita, lalu kita zalimi dan kita makan hartanya. Ingatlah, innama fi buthunihim naran (harta anak yatim yang kita makan secara zalim, sesungguhnya tabungan api neraka di perut kita. 

 

Ingatlah, kening kita sering bersujud menghadap kiblat, tapi hati kita terkadang masih sombong, keras membatu tak mau menerima kebenaran. Saudaraku, mana tahajud kita? Mana shalat kita? Mana sedekah kita? Mana kebaikan kita? 

 

Patutkah kita sombong padahal kita berasal dari air yang hina, yaitu air mani.? Kita berasal dari tanah dan akan kembali ke tanah. Kita tiada lain, adalah bangkai busuk, kemana-mana membawa kotoran. Andaikata Allah tidak menutup aib dan dosa-dosa kita, tentunya manusia akan mencium bau aroma dosa dan akan menyingkirkan kita. 

 

Saudaraku, sudah saatnya kita menginsyafi, bertaubat atas dosa-dosa kita yang sepenuh gunung, aib yang seluas jagad raya ini. Ingatlah, barangkali hari ini kita masih bisa tersenyum. Mana tahu nanti atau besok, orang-orang di sekitar kita menangis karena kepergian kita. Maka hati-hatilah dengan kematian yang kita tidak tahu kapan akan menjemput kita. Ingatlah, kita meninggal hanya membawa sehelai kain kapan yang membungkus tubuh. Tulang-tulang kita akan hancur luluh. 

 

Wahai akhwat,  mengapa rambutmu diperlihatkan kepada non-muhrim, kenapa auratmu dibuka di hadapan laki-laki yang bukan muhrimmu. Kenapa engkau tidak mau menutup aurat? Kenapa engkau enggan mengenakan jilbab? Tidakkah engkau takut terhadap kobaran api jahannam yang akan membakar seluruh tubuhmu yang indah? 

 

Wahai ikhwan, mengapa engkau umbar syahwat, tidak mau menjaga pandangan, tak mau memelihara hati, tak mau melangkahkan kaki ke masjid, rumah Allah? 

 

Saudaraku, bila detik, menit, dan hari terus berlalu dan tak pernah kembali…lalu apa yang bisa dan sudah kita lakukan untuk menyongsong Yaumul Hisab? Sekiranya detik dan menit dalam hidup ini hanya bernilai rupiah dan dolar atau materi semata, apakah kira-kira yang akan menjadi pemberat amal kita kelak? Jika langkah-langkah kaki kita yang menapaki bumi ini hanya sebatas rutinitas yang hampa akan nilai kesalehan, mampukah kiranya kita memijak panasnya bumi Mahsyar kelak? Dan kalaulah lemahnya ketaatan diri kita ini yang dominan, bisakah kita menerima raport amal kita kelak dengan tangan kanan? 

 

Wahai saudaraku, mari kita tengok kembali diri kita, yang saat ini sedang penat dan letih, yang tersungkur dibawah tindihan bebab hubbud dunya. Mari kita belai jiwa kita, yang saat ini sedang suntuk dan gelisah di hadapan onggokan noda dan dosa, maksiat dan kesalahan. Mari kita tengok kebelakang tapak-tapak kehidupan kita dan juga pandang ke depan arah perjuangan ini, cermati arahan uswah kita Muhammad s.a.w: “Wahai manusia, sung-guh dalam hidup kalian ada ramburambu petunjuk jalan, maka ikutilah rambu-rambu itu, dan sungguh pada hidup kalian semua ada batas akhir, maka berhentilah pada batas yang telah ditentukan. Sesungguhnya seorang mukmin itu senan-tiasa berada pada dua rasa takut: antara kehidupan yang telah ia lalui, di mana ia tidak tahu apa yang ditetapkan Allah terhadapnya-Apakah husnul khatimah ataukah sebaliknya? Karena itu, hendaklah seorang hamba mengoptimalkan potensi dirinya untuk menyelamatkan dirinya sendiri, menggunakan kehidupan dunianya sebaikbaiknya untuk membangun kemegahan akhiratnya, menggunakan masa mudanya sebelum tuanya dan mengoptimalkan detik-detik kehidupan ini sebelum ajal menjemput, demi Zat Yang Muhammad digenggaman-Nya, sesudah kematian tak ada kepayahan, sesudah dunia tak ada kehidupan, melainkan surga dan neraka.” 

 

Saudaraku, sungguh perjalanan hidup kita masih panjang dan melelahkan, tapi ingatlah, ajal kita begitu dekat menghampiri kita. Siap memisahkan ruh dengan jasad. Maka saudaraku, apa yang telah kita lakukan saat ini untuk meraih keindahan hidup kelak, lakukanlah dengan mencermati Kalam Rabb kita, “Bekerjalah, berbuatlah, beramallah, dan RasulNya juga orang-orang beriman akan senantiasa melihat amalamalmu.” 

 

#Syaiful_Anwar

#Fakultas_Ekonomi

#Universitas_Andalas

#Kampus2_Payakumbuh

#Heart_Laundry

#Ingat_Dosa_Dosa_Kita

 

   

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *