Bekasi – Program Bangga Kencana kembali disosialisasikan di Kabupaten Bekasi melalui kegiatan bersama Komisi IX DPR RI dan BKKBN yang berlangsung di RW 016 Sukadami. Acara yang dihadiri oleh ratusan warga ini diwarnai dengan pemaparan penting mengenai kependudukan, kesehatan, pola konsumsi, serta peran keluarga dalam membangun generasi berkualitas.
Dalam sambutannya, Ketua RW 016 selaku tuan rumah menekankan bahwa sosialisasi ini bukan sekadar pertemuan, melainkan langkah nyata dalam membangun keluarga sehat, sejahtera, dan berdaya saing. Ia mengingatkan bahwa BKKBN kini tidak hanya berfokus pada program keluarga berencana, tetapi juga percepatan penurunan stunting dan peningkatan kualitas hidup keluarga Indonesia.
Anggota Komisi IX DPR RI, H. Obon Tabroni, dalam paparannya menyoroti tantangan besar yang dihadapi Kabupaten Bekasi. Dengan jumlah penduduk yang lebih besar dibanding beberapa provinsi, Bekasi menghadapi persoalan serius dalam bidang kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan. Ia menyoroti masih adanya warga yang terdampak penghentian Jamkesda, kesenjangan fasilitas kesehatan antara Jawa dan Indonesia Timur, hingga pola konsumsi anak yang cenderung menyukai makanan cepat saji. “Kita perlu menyiapkan generasi yang sehat, cerdas, dan berdaya saing tinggi, bukan sekadar banyak jumlahnya,” tegas Obon.
Deputi Bidang Penggerakan dan Peran Serta Masyarakat BKKBN, Drs. Sukaryo Teguh Santoso, M.Pd., meluruskan pemahaman tentang program KB. Ia menegaskan bahwa KB bukan membatasi jumlah anak, melainkan mengatur jarak dan waktu kelahiran demi kesehatan ibu dan anak. Menurutnya, tantangan terbesar saat ini adalah stunting yang diperkirakan dialami 4,4 juta balita pada 2025. “Stunting bukan sekadar anak pendek, tapi juga berdampak pada kecerdasan dan produktivitas bangsa,” ujarnya. Ia menekankan pentingnya gizi pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan, pemberian ASI eksklusif, serta optimalisasi Posyandu.
Sementara itu, Sekretaris Perwakilan BKKBN Jawa Barat, Kukuh Dwi Setiawan, menyoroti dampak industrialisasi di Bekasi terhadap lingkungan dan kesehatan masyarakat. Menurutnya, pencemaran sungai dan udara, ditambah pola konsumsi makanan instan, berkontribusi terhadap masalah gizi dan stunting. “Kita harus kembali ke pola konsumsi sehat dengan air bersih, buah, dan sayur segar, serta memanfaatkan teknologi untuk edukasi keluarga,” katanya.
Dari sisi pengasuhan, Sekretaris Dinas PPKB Kabupaten Bekasi, Juniardiana Rosatijawan, S.T., M.M., menekankan pentingnya keterlibatan ayah dalam mendidik anak. Melalui program Gerakan Ayah Terlibat (GATI), ia mengajak para ayah untuk berperan aktif dalam tumbuh kembang anak. “Peran ayah bukan hanya pencari nafkah, tetapi juga role model yang membentuk karakter, kedisiplinan, dan kepercayaan diri anak,” jelasnya.
Acara sosialisasi ini ditutup dengan seruan bersama untuk memperkuat peran keluarga sebagai fondasi pembangunan bangsa. Dengan kolaborasi antara pemerintah, legislatif, dan masyarakat, Bekasi diharapkan mampu menekan angka stunting sekaligus mencetak generasi emas yang sehat, cerdas, dan tangguh menghadapi tantangan zaman.