Farah Puteri Nahlia Tekankan Pentingnya Kesadaran dan Etika Berinternet Sehat

Matarakyat24.com, Jakarta — Literasi digital kembali menjadi sorotan dalam kegiatan Ngobrol Bareng Legislator bertajuk “Berinternet Sehat” yang digelar secara daring pada Kamis (18/12/2025). Kegiatan ini menghadirkan Anggota Komisi I DPR RI Farah Puteri Nahlia serta Wakil Dekan Fakultas Teknik UNIKA Atmajaya Yanto, Ph.D. sebagai narasumber.

 

Dalam pemaparannya, Farah Puteri Nahlia menegaskan bahwa internet telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Indonesia. Dengan jumlah pengguna internet yang telah melampaui 210 juta orang, hampir seluruh aktivitas sosial, ekonomi, dan pendidikan kini bersinggungan langsung dengan ruang digital. Namun, ia mengingatkan bahwa besarnya manfaat internet juga diiringi dengan berbagai risiko jika tidak digunakan secara bijak.

 

“Internet itu seperti pisau bermata dua. Di satu sisi membuka akses informasi dan peluang, tapi di sisi lain juga menyimpan ancaman seperti hoaks, penipuan online, judi daring, pinjaman ilegal, hingga perundungan digital,” ujar Farah. Ia menekankan bahwa banyak korban kejahatan digital bukan karena kurang cerdas, melainkan karena kurang waspada.

 

Farah menjelaskan bahwa konsep berinternet sehat dapat diterapkan melalui tiga prinsip utama, yakni sadar, aman, dan bertanggung jawab. Sadar bahwa tidak semua informasi di internet benar, aman dalam menjaga data pribadi dan identitas digital, serta bertanggung jawab dalam menyebarkan informasi dan berinteraksi di media sosial. Menurutnya, kebiasaan berpikir kritis sebelum membagikan informasi menjadi kunci penting untuk menekan penyebaran hoaks.

 

Selain itu, Farah juga menyoroti peran orang tua dan pendidik dalam mendampingi anak-anak di ruang digital. Ia menilai pendampingan tidak harus dilakukan dengan larangan keras, melainkan melalui dialog, keteladanan, dan pembangunan kepercayaan. “Internet tidak bisa dijauhkan dari anak, tapi bisa diajarkan cara menggunakannya dengan aman,” tambahnya.

 

Sementara itu, Yanto, Ph.D. menyoroti aspek kesehatan fisik, mental, dan sosial dalam penggunaan internet. Ia mengungkapkan bahwa rata-rata masyarakat Indonesia menghabiskan sekitar lima hingga enam jam per hari di depan layar gawai. Jika tidak dikendalikan, kondisi ini berpotensi menurunkan produktivitas, mengurangi kualitas interaksi sosial, serta memicu gangguan kesehatan.

 

“Berinternet sehat bukan berarti anti teknologi, tetapi menempatkan internet sebagai alat, bukan tujuan,” jelas Yanto. Ia memaparkan berbagai dampak penggunaan gawai berlebihan, mulai dari gangguan postur tubuh seperti text neck, kelelahan mata, penurunan kualitas tidur, hingga kecemasan berlebihan akibat informasi yang tidak terverifikasi atau dikenal sebagai cyberchondria.

 

Dari sisi sosial, Yanto menyinggung fenomena phubbing dan smombie yang semakin sering ditemui di masyarakat. Menurutnya, kebiasaan mengabaikan orang di sekitar karena fokus pada ponsel dapat mengikis empati dan kedekatan sosial. Oleh karena itu, ia mengajak peserta untuk menyeimbangkan aktivitas daring dan luring.

 

Sebagai langkah praktis, Yanto menganjurkan pengaturan durasi penggunaan gawai, menjaga postur tubuh yang benar, serta menerapkan aturan 20-20-20 untuk menjaga kesehatan mata. Ia juga menekankan pentingnya melindungi data pribadi dan tidak membagikan informasi secara berlebihan di media sosial.

 

Melalui webinar ini, para narasumber sepakat bahwa berinternet sehat merupakan tanggung jawab bersama. Pemerintah dapat memperkuat regulasi, namun kesadaran dan partisipasi aktif masyarakat menjadi kunci utama dalam menciptakan ruang digital yang aman, produktif, dan beradab.

 

Kegiatan Ngobrol Bareng Legislator ini diharapkan mampu meningkatkan kesadaran masyarakat untuk lebih bijak sebelum mengklik, lebih kritis sebelum percaya, serta lebih peduli terhadap sesama dalam berinteraksi di dunia digital.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *