Matarakyat24.com, Jakarta, 12 Desember 2025 — Perkembangan kecerdasan buatan (AI) yang semakin pesat membawa dua sisi berbeda bagi ruang digital Indonesia. Hal ini disampaikan Anggota Komisi I DPR RI, Elnino M. Husein Mohi, dalam webinar Ngobrol Bareng Legislator dengan tema “Keamanan Siber di Era AI: Tantangan Baru dan Upaya Pencegahannya”.
Dalam pemaparannya, Elnino menegaskan bahwa tingkat ketergantungan masyarakat terhadap teknologi digital meningkat drastis, sehingga ancaman siber pun berkembang semakin kompleks. Berdasarkan data Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), lebih dari 360 juta serangan siber terdeteksi sepanjang 2023, dan jumlah tersebut terus meningkat pada 2024. Serangan paling dominan meliputi malware, phishing, hingga kebocoran data publik.
Elnino menjelaskan bahwa kemunculan teknologi deepfake dan kemampuan AI dalam memalsukan suara, wajah, maupun menyusun pesan digital berkualitas tinggi semakin mempersulit deteksi serangan. “Maling kini tidak perlu lagi buka pintu rumah, cukup buka laptop,” ujarnya.
Menurutnya, meski AI dapat dimanfaatkan pelaku kejahatan siber, teknologi yang sama juga menjadi alat pertahanan yang sangat kuat. Berbagai instansi pemerintah mulai menguji coba Security Operation Center berbasis AI untuk mendeteksi anomali siber secara otomatis.
Namun demikian, Elnino menekankan bahwa persoalan utama Indonesia bukan terletak pada teknologinya, melainkan pada literasi keamanan siber masyarakat yang masih rendah. Survei APJII menunjukkan bahwa lebih dari 60% pengguna internet Indonesia memakai satu kata sandi untuk banyak akun dan sekitar 54% tidak mengaktifkan verifikasi dua langkah.
Untuk itu, ia menilai bahwa edukasi dan kebiasaan digital yang aman menjadi hal paling mendesak. “Kita semua punya peran. Keamanan siber bukan hanya urusan pemerintah atau teknisi IT, tapi tanggung jawab bersama,” tutupnya.***












