Matarakyat24.com, Jakarta — 12 Desember 2025. Dalam kegiatan Ngobrol Bareng Legislator bertema Pencegahan Stunting, Anggota Komisi I DPR RI Rachel Maryam Sayyidina menegaskan bahwa stunting bukan sekadar masalah fisik, melainkan ancaman serius bagi kualitas SDM dan masa depan bangsa. Ia menekankan bahwa persepsi keliru masyarakat—bahwa stunting sama dengan badan pendek—masih menjadi hambatan besar di lapangan.
Menurut Rachel Maryam, prevalensi stunting nasional pada 2023 berada di angka 21,5% dengan target penurunan menjadi 14% pada 2024. Namun sejumlah daerah masih mencatatkan angka 25–30%, yang menunjukkan ketimpangan pembangunan, akses sanitasi, hingga literasi gizi.
“Bukan karena orang tua tidak sayang anak, tetapi banyak yang tidak tahu apa yang harus dilakukan,” ujarnya. Ia mencontohkan masih ditemukannya praktik pemberian makanan tidak sesuai usia, seperti bayi diberi pisang atau konsumsi nasi dengan teh manis setiap hari. Hal ini, katanya, menunjukkan bahwa edukasi gizi masih menjadi pekerjaan besar, terutama pada fase krusial 1.000 Hari Pertama Kehidupan.
Selain aspek pengetahuan, masalah sanitasi turut memperburuk kondisi. Sekitar 20 juta penduduk Indonesia belum memiliki akses jamban layak, dan praktik buang air sembarangan masih terjadi di berbagai daerah. Kondisi ini meningkatkan risiko infeksi dan menghambat penyerapan gizi pada anak.
Dari sisi ekonomi, keluarga berpenghasilan rendah kerap memilih makanan mengenyangkan namun minim gizi ketika harga pangan naik. Program bantuan seperti PKH dan intervensi gizi, menurutnya, harus diiringi edukasi. Ia memberi contoh kasus bantuan telur yang dijual kembali karena kurangnya pemahaman manfaatnya bagi anak.
Rachel juga menyinggung pentingnya digitalisasi layanan kesehatan, termasuk aplikasi pemantauan pertumbuhan anak dan pencatatan posyandu. Namun pemerataan internet masih menjadi tantangan. “Sinyalnya naik turun seperti hati anak muda PDKT,” selorohnya.
Ia menutup pemaparan dengan mengajak seluruh pihak—sekolah, tokoh agama, komunitas lokal, hingga pelaku usaha—untuk terlibat aktif. “Programnya ada, anggarannya ada, tetapi keberhasilan ditentukan oleh eksekusi. Masa depan bangsa tidak boleh ditentukan oleh ketidaktahuan,” kata Rachel.
Kegiatan ini menegaskan bahwa percepatan penurunan stunting membutuhkan kolaborasi lintas sektor, keberlanjutan program, serta edukasi berjenjang di tingkat keluarga dan masyarakat.***












