Matarakyat24.com, Jakarta — Transformasi digital dinilai membuka peluang besar bagi generasi muda untuk mandiri secara ekonomi. Namun ketimpangan literasi dan rendahnya partisipasi produktif pemuda masih menjadi tantangan. Hal ini mengemuka dalam Forum Diskusi Publik bertema “Koperasi Merah Putih: Membangun Kemandirian Ekonomi bagi Generasi Muda”yang digelar Selasa (11/11/2025).
Anggota Komisi I DPR RI, Sabam Rajagukguk, mengungkapkan bahwa bonus demografi Indonesia belum sepenuhnya termanfaatkan. Data BPS 2024 menunjukkan lebih dari 16% pemuda masuk kategori NEET, menandakan potensi produktif yang belum tergarap optimal.
“Koperasi Merah Putih dapat menjadi jembatan antara semangat kreatif pemuda dan ekosistem ekonomi digital yang sedang tumbuh pesat,” ujarnya.
Saat ini nilai ekonomi digital Indonesia mencapai US$82 miliar pada 2023 dan diprediksi menyentuh US$110 miliar pada 2025. Rajagukguk menyebut peluang ini dapat diakses pemuda melalui koperasi digital yang menyediakan pelatihan manajemen keuangan, pemasaran digital, hingga konten kreatif.
Meski begitu, kesenjangan literasi digital masih menjadi hambatan serius. Survei APJII 2024 menunjukkan penetrasi internet mencapai 79,5%, tetapi pemahaman tentang keamanan digital dan pencatatan keuangan masih rendah di banyak wilayah, terutama daerah 3T.
Selain persoalan literasi, Rajagukguk menyoroti pentingnya transparansi tata kelola. Data Kementerian Koperasi menunjukkan sekitar 30% koperasi tidak aktif akibat manajemen buruk. Karena itu, Koperasi Merah Putih harus menjadi koperasi modern yang menggunakan pencatatan digital dan membuka laporan keuangan secara berkala agar menumbuhkan kepercayaan pemuda.
Ia juga menekankan perlunya koperasi membuka ruang kreatif seperti inkubasi usaha, marketplace UMKM, dan pelatihan konten digital. Model serupa di Jawa Barat, yang melahirkan lebih dari 1.500 entrepreneur muda, menjadi contoh keberhasilan koperasi digital berbasis pelatihan.
Rajagukguk turut mengingatkan maraknya risiko digital. Dalam lima tahun terakhir, kerugian akibat investasi ilegal mencapai Rp16 triliun, dengan sebagian besar korban adalah anak muda. Menurutnya, Koperasi Merah Putih harus menjadi garda literasi digital agar pemuda mengenali risiko penipuan online dan mampu mengambil keputusan ekonomi yang sehat.
“Koperasi Merah Putih bukan sekadar institusi ekonomi, tetapi fondasi untuk membentuk pemuda produktif dan siap menyongsong Indonesia Emas 2045,” tegasnya.
Praktisi komunikasi Drs. Gun Gun Siswadi, M.Si., menyampaikan bahwa koperasi modern harus menjadi platform transformasi sosial yang menghubungkan potensi desa dengan pasar digital. Menurutnya, koperasi digital mampu memotong rantai distribusi UMKM, memperluas pemasaran, dan meningkatkan inklusi keuangan warga desa tanpa harus mengandalkan lembaga keuangan formal.
Gun Gun menilai generasi muda harus menjadi penggerak utama digitalisasi koperasi melalui pemasaran online, pengelolaan konten, hingga live commerce. Namun, ia juga menyoroti tantangan berupa rendahnya kemampuan teknis pengurus koperasi dan akses internet yang belum merata.
“Koperasi Merah Putih harus menciptakan narasi baru: koperasi yang modern, transparan, dan membanggakan generasi muda,” jelasnya.
Staf Khusus Menteri Koperasi, David Bastian, menegaskan bahwa koperasi digital adalah peluang nyata bagi generasi muda untuk masuk ke sektor ekonomi tanpa modal besar. Ia menyebut koperasi dapat menjadi wadah belajar keuangan digital, tempat kolaborasi, serta inkubasi bisnis.
Menurut David, koperasi pemuda juga dapat menghubungkan produk UMKM ke pasar nasional dan internasional.
“Jika dikelola inklusif dan transparan, koperasi digital akan menjadi mesin kemandirian ekonomi baru bagi pemuda Indonesia,” katanya.
Forum tersebut menyimpulkan bahwa Koperasi Merah Putih harus dibangun dengan sistem digital, tata kelola transparan, dan pelatihan literasi komprehensif agar dapat menjadi pilar ekonomi generasi muda.***












