Padangpanjang, Matarakyat24.com — Suasana di Aula Hotel Pangeran, Jumat (12/12/2025) siang terasa berbeda. Satu per satu para peserta MTQ Kota Padangpanjang duduk rapi dengan pakaian seragam, wajah-wajah muda yang membawa harapan besar. Mereka adalah 65 kafilah yang akan berlaga pada MTQ Nasional ke-41 Tingkat Provinsi Sumatera Barat di Bukittinggi.
Sejak Mei lalu, para peserta ini menjalani Training Center (TC) berulang setiap bulan—dipoles oleh pelatih daerah dan provinsi. Membawa suara-suara terbaik dari kota yang dikenal sebagai Serambi Mekkah.
Di hadapan para orang tua, pembina, dan jajaran Forkopimda yang hadir memenuhi ruangan, momen pelepasan terasa tidak hanya sebagai seremoni, tetapi titik awal perjalanan spiritual dan kompetisi mereka sebagai duta Al-Qur’an Kota Padangpanjang.
Wali Kota Hendri Arnis—yang memimpin pelepasan—menegaskan hal itu dalam sambutannya.
“MTQ bukan sekadar lomba. Ini adalah kehormatan ibadah dan syiar. Kalian adalah wajah Kota Padangpanjang,” ujarnya.
Ia kembali mengingatkan sesuatu yang sederhana namun penting: restu orang tua.
“Sebelum berangkat, pastikan izin itu sudah didapat. Ridho orang tua menentukan langkah kalian,” tambahnya.
Ketua Harian LPTQ, Mukhlis M, juga mengungkapkan bahwa seluruh rangkaian seleksi dan pelatihan telah dilakukan sesuai jadwal.
“Kita sudah mempersiapkan yang terbaik. Kini saatnya kalian tampil,” pesannya.
Ketua rombongan, Ade Nafrita Anas, melaporkan bahwa Padangpanjang mengikuti 13 cabang lomba dengan kekuatan penuh. Meski kota masih dalam masa pemulihan pascabencana, semangat para peserta tetap kokoh. “Kita membawa harapan banyak orang. Mari tampil maksimal,” ujarnya.
Sebagai bentuk apresiasi dan motivasi, Wali Kota turut mengumumkan hadiah untuk para peraih medali, baik perorangan maupun beregu—mulai dari emas, perak, hingga perunggu.
Puncaknya, Wako Hendri Arnis menutup rangkaian acara dengan melepas para kafilah secara resmi.
“Dengan Bismillahirrahmanirrahim, berangkatlah dan tunjukkan yang terbaik. Jaga nama baik kota. Kalian bukan hanya individu, tetapi keluarga besar yang membawa satu nama: Padangpanjang.”
Hari itu, para peserta turun berjalan dengan langkah yang lebih mantap. Mereka berangkat bukan hanya membawa kemampuan—tetapi sebuah amanah. (Ngl)












