Khazanah
Oleh : Syaiful Anwar
Dosen FE Unand Kampus II Payakumbuh
Tampak seorang pemuda pulang dengan sempoyongan sehabis mabuk. Tiba-tiba ia melihat secarik kertas bertuliskan, ”Bismillahirrahmanirrahim”. Ia lalu membeli minyak mawar untuk memerciki kertas tersebut kemudian menyimpannya dengan hati-hati di rumahnya. Pemuda ini tiada lain adalah Bisyr bin Harits
Malam harinya, seorang manusia suci bermimpi. Dalam mimpinya itu ia diperintahkan Allah untuk mengatakan kepada Bisyr, ”Engkau telah mengharumkan nama-Ku. Maka Aku pun telah mengharumkan dirimu. Engkau telah memuliakan nama-Ku, maka Aku pun telah memuliakan dirimu. Engkau telah mensucikan namaKu, maka Aku pun telah mensucikan dirimu. Demi kebesaran-Ku, niscaya Kuharumkan namamu, baik di dunia maupun di akhirat.”
Ketika bangun tidur ia terkejut dan terheran-heran. Ia berkata pada dirinya, ”Ah, tidak mungkin. Si Bisyr kan orang berandal.
Mungkin aku telah bermimpi salah.”
Oleh karena itu ia pun pergi bersuci, shalat dan kemudian tidur kembali, namun ia kembali bermimpi yang sama. Ia ulangi perbuatan itu untuk ketiga kalinya, ternyata tetap mengalami mimpi yang demikian juga. Keesokan harinya pergilah ia mencari Bisyr. Dari seseorang yang ditanyainya, ia mendapat jawaban, ”Bisyr sedang mengunjungi pesta buah anggur.”
Pergilah si manusia suci itu ke rumah orang yang sedang berpesta itu. Sesampainya di sana, ia bertanya,
“Apakah Bisyr berada di tempat ini?”
“Ada, tetapi ia dalam keadaan mabuk dan lemah tak berdaya.”
“Tolong panggilkan. Saya ada keperluan dengannya.”
Shahibul bait itu pun menemui Bisyr lalu ia berkata,
“Wahai Bisyr, ada yang ingin bertemu denganmu?”
“Siapa dan ada keperluan apa denganku?”
“Si manusia suci. Aku pun tidak tahu apa keperluannya.
Pokoknya temui saja.”
Dengan sempoyongan Bisyr menemui si manusia suci.
“Wahai tuan, apa keperluanmu denganku?”
“Wahai Bisyr, ada pesan yang ingin kusampaikan kepadamu.”
“Pesan dari siapa?”
“Dari Allah.”
“Dari Allah?”
“Mana mungkin ini bisa terjadi?”
“Wahai Bisyr sungguh aku bermimpi bahwa Allah memberi pesan padaku, katakan pada Bisyr bahwa, ”Engkau telah mengharumkan nama-Ku. Maka Aku pun telah mengharumkan dirimu. Engkau telah memuliakan nama-Ku, maka Aku pun telah memuliakan dirimu. Engkau telah mensucikan nama-Ku, maka Aku pun telah mensucikan dirimu. Demi kebesaran-Ku, niscaya Kuharumkan namamu, baik di dunia maupun di akhirat.”
Mendengar kata-kata yang jelas dari si manusia suci itu tubuh Bisyr berguncang dan tak terasa air mata keluar lalu berkata, “Duhai Allah, ampuni hamba yang berlumur dosa ini. Mulai saat ini hamba akan berhenti dari kemaksiatan. Hamba tidak akan minum dan makan yang Engkau haramkan. Intahaina, ya Rabbana!”
Sejak saat itulah tingkah laku Bisyr berubah. Ia betul-betul meninggalkan semua kemaksiatan. Ia kini dikenal sebagai manusia saleh, sehingga siapapun yang mendengar namanya niscaya akan merasa damai. Bisyr, telah memilih jalan pe-nyangkalan diri. Sedemikian asyiknya ia menghadap Allah bahkan mulai saat itu ia tak pernah lagi memakai alas kaki. Inilah sebabnya kenapa Bisyr dijuluki ”Manusia Berkaki Telanjang”.
Ketika ditanya, ”Bisyr, kenapa kau tak pernah memakai alas kaki?”
Ia menjawab, “Ketika aku berdamai dengan Allah, aku sedang berkaki telanjang. Sejak saat itu aku malu mengenakan alas kaki.”
Demikianlah kisah si manusia berkaki telanjang yang menemukan cahaya Tuhan.
#Syaiful_Anwar
#Fakultas_Ekonomi
#Universitas_Andalas
#Kampus2_Payakumbuh
#One_Hour_Awardness
#Si_Manusia_Berkaki_Telanjang