Tradisi Silau Manyilau Masi melekat di Jorong Pasar lama Pulau Punjung, Ditengah Gempuran Era Digital

Pemuda pasar lama pulau Punjung

Matarakyat24.com/Dharmasraya – Di tengah kemajuan teknologi dan era digitalisasi yang semakin pesat, tradisi lama masyarakat Minangkabau perlahan mulai terpinggirkan. Namun, di Jorong Pasar Lama, Nagari IV Koto Pulau Punjung, Kabupaten Dharmasraya, masih ada pemuda yang menjaga dan melestarikan budaya leluhur, salah satunya adalah tradisi Silau Manyilau.

Tradisi Silau Manyilau merupakan bagian dari sastra lisan Minangkabau yang berbentuk pantun, gurindam, dan ungkapan kiasan. Dalam falsafah adat Minang dikenal istilah, Adaik hiduik, jalang manjalang; adaik sakik, silau manyilau; adaik mati, janguak manjanguak. “Tradisi ini mengajarkan nilai silaturahmi dan empati sosial, namun kini nyaris punah karena pergeseran budaya ke media sosial seperti Facebook, Instagram, dan TikTok.

Mayoritas masyarakat Minang berinteraksi serta berkomunikasi  melalui dunia maya, baik bentuk ucapan bahagia maupun, ucapan belasungkawa .

Pantauan media matarakyat24.com, meski zaman sudah berubah, para pemuda di Jorong Pasar Lama masih aktif merawat tradisi ini melalui kegiatan sosial.tradisi ini sudah hampir terkikis di era zaman digitalisasi, pada umumnya masyarakat Minang sudah berjibaku dengan sistem dan digital.

Dedi Stendi, Kepala Korong Pasar Lama, mengatakan bahwa kegiatan Silau Manyilau adalah salah satu program unggulan kepemudaan.

“Saat ada warga sakit atau berduka, para pemuda langsung turun tangan membantu, mulai dari menyiapkan tenda, kursi, pengeras suara, hingga menggali kuburan,” ujarnya pada Senin, (28/7/2025).

Tak hanya itu, saat malam ketiga tahlilan, pemuda juga memberikan bantuan berupa biaya transportasi untuk penceramah serta menyediakan konsumsi bagi tamu yang hadir.

Senada, Andi Wardes, ketua pemuda Jorong pasar pulau Punjung,  mengungkapkan bagaimana kita kembali menghidupkan nilai-nilai  kebudayaan dan Tradisi  kearifa lokal.

Dizaman Modren, kehidupan sosial sudah mulai hilang, mayoritas masyarakat berinteraksi melalaui dunia Maya, maka melalui program ini kita coba bangkitkan kembali,

Semoga tradisi dan budaya Minang kabau selalu hidup di tengah masyarakat, Indak lapuak dek hujan, Indak Lakang dek paneh (RF)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *