Matarakyat24.com, Jakarta, 23 Juli 2025 – Ketahanan pangan nasional tidak lagi hanya berbicara soal ketersediaan bahan pokok, tetapi telah bertransformasi menjadi isu strategis lintas sektor yang mencakup keberlanjutan lingkungan, kedaulatan bangsa, hingga keamanan ekonomi. Dalam Forum Diskusi Publik yang digelar secara daring dengan tema “Teknologi Digital Sebagai Kunci Ketahanan Pangan Masa Depan,” para pemangku kepentingan menyoroti urgensi transformasi digital sektor pertanian sebagai langkah tak terelakkan dalam menjawab tantangan global.
Anggota Komisi I DPR RI, Okta Kumala Dewi, menyampaikan bahwa indeks ketahanan pangan Indonesia masih berada di angka 76,20 pada 2024, dengan target mencapai 80,72 pada 2029. Untuk mencapai sasaran itu, Indonesia tidak bisa lagi mengandalkan pendekatan konvensional. “Pertanian cerdas berbasis teknologi seperti Internet of Things (IoT), kecerdasan buatan, dan big data harus diterapkan dari hulu ke hilir—mulai dari irigasi, pemupukan, hingga distribusi,” ujarnya.
Salah satu contoh konkret adalah program irigasi tetes otomatis berbasis sensor cuaca yang sudah diterapkan di Kediri, hasil sinergi Kementerian Komunikasi dan Informatika. Namun, Okta juga menyoroti bahwa tantangan utama justru terletak pada rendahnya literasi digital petani, serta konektivitas internet yang belum merata di daerah pertanian.
Praktisi komunikasi Usman Kansong menegaskan bahwa teknologi digital bukan sekadar alat, tetapi menjadi bagian integral dari strategi pembangunan nasional yang lebih besar. Ia menyebut lima dimensi penting ketahanan pangan: ketersediaan, keterjangkauan, kualitas, dukungan terhadap petani, dan keberlanjutan. “Presiden Prabowo menempatkan swasembada pangan dan energi sebagai prioritas. Tapi tanpa digitalisasi, kita akan tertinggal,” katanya.
Sementara itu, Dosen LSPR Fajar Iqbal Mirza mengingatkan pentingnya integrasi teknologi dalam kurikulum pertanian serta perlunya regulasi yang adaptif. “Petani muda harus dilibatkan. Mereka tidak hanya mampu menggunakan teknologi, tetapi juga membawakan wajah baru bagi pertanian Indonesia yang modern, efisien, dan lestari,” ujarnya.
Diskusi ini menegaskan bahwa masa depan ketahanan pangan Indonesia sangat bergantung pada kolaborasi lintas sektor, keberpihakan pada petani kecil, serta komitmen kuat dalam membangun infrastruktur digital nasional yang inklusif.***