Khazanah
Oleh : Syaiful Anwar
Dosen FE Unand Kampus II Payakumbuh
َوا ذ ِلَّي َو لا يَ ْد ُعَ َن َن َع ا ِللهذ إِلَ ًٍا آ َخ َر َولا َي ْلخُلََُ ن ا ذلن ْف َس الذ ِتِ حَ ذرمَ اللهُ إِلا ةاِلْْقَِّ وَلا يزَْىُ نَ وَنَوْ يَفْعَلْ ذَلمَِ يلَقَْ أذَاَنًا. يضَُاعَفْ لَُُ العَْذَابُ يَ َْمَ اللِْياَنَثِ وَيََْلُُْ ػِيً مُ َاىاً. إِلا نَوْ حاَبَ وَآنَوَ وَعَهِلَ عَهَلا صَالِْاً فَأوُلََمَِ يُتدَِّلُِ اللهُذ شَيِئّاَحٍِ ِمْ حَصَياَتٍ وَكََنَ اللهُذ غَفَُرًا رحَِيهًا
“Dan orang-orang yang tidak menyembah Tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barangsiapa yang melakukan yang demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa(nya), (yakni) akan dilipatgandakan azab untuknya pada hari kiamat dan dia akan kekal dalam azab itu, dalam keadaan terhina, kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh; maka itu kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Furqân [25]: 68-70)
Beruntunglah manusia yang bertuhan kepada Allah. Coba kalau Allah seperti manusia, mudah marah, gampang kecewa, tentu sudah dikubur hidup-hidup sebelum jadwal kematian datang. Kita berurusan dengan manusia, sekali saja cacat, kadang pintu sudah dikunci mati, dan cap jelek selamanya dilekatkan kepada kita. Sekali lagi, beruntunglah manusia yang bertuhan kepada Allah.
Allah berfirman dalam sebuah hadis qudsi, “Wahai Bani Adam, apabila engkau mengajukan permohonan dan mengharap kepada-Ku, Kuampuni segala yang ada padamu tanpa peduli. Wahai Bani Adam, sekalipun dosamu bertumpuk-tumpuk hingga setinggi langit, tapi kemudian engkau meminta ampun kepadaKu, niscaya Kuampuni dosamu. Wahai Bani Adam, sekiranya engkau datang dengan dosa setimbang bumi, kemudian engkau menemui Aku dalam keadaan tidak menyekutukan Aku dengan sesuatupun, niscaya Aku karuniakan ampunan setimbang dosa itu.” (HR. Tirmidzi)
Begitulah Allah memberi kabar, membesarkan hati para pendosa, memotivasi para pembangkang-Nya, bahwa Dia selalu berkenan menerimanya kembali, dan bahkan akan menghapuskan semua kesalahan dan dosa.
“… Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah.” (QS. AlBaqarah [2]: 175)
“Dan orang-orang yang tidak menyembah Tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barangsiapa yang melakukan yang demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa(nya), (yakni) akan dilipatgandakan azab untuknya pada hari kiamat dan dia akan kekal dalam azab itu, dalam keadaan terhina, kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh; maka itu kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS.Furqân [25]: 68-70)
Bahkan menilik dari ayat 68-70 surah Al-Furqan di atas, Allah malah menjanjikan mengubah keadaan buruk menjadi keadaan baik. Kuncinya, hentikan saja dulu perbuatan buruk, kembali mengimani-Nya dan melakukan perbuatan baik. Kalau tadinya ia terhina sebab kelakuannya, kelak ia akan menjadi terhormat. Kalau tadinya seribu orang mengenal dirinya sebagai perusak dan penjahat, maka urusan Allah mengubah citra dirinya menjadi dikenal sebagai manusia mulia yang terhormat. Allah punya berjuta cara misterius dalam menolong dan mengangkat derajat seseorang. Dan Dia juga punya kuasa untuk membolak-balikkan keadaan seseorang.
Sehubungan dengan luasnya kesempatan yang diberikan Allah, kita mengetahui lewat firman-Nya, bahwa Dia pun pernah memberikan kesempatan kepada Fir’aun untuk memperbaiki diri. Kalau saja terhadap Fir’aun, yang tingkat kejahatannya sudah diabadikan dalam Al-Qur`an diberikan kesempatan oleh Allah untuk memperbaiki diri dan beroleh rahmat-Nya kembali, apalagi kita? Mudah-mudahan Allah berkenan mengampuni kita dan mengubah jalan hidup kita.
ٌَلْ أحاَكَ حَدِيدُ مُ سََ. إِذْ ىاَدَاهُ رَبًُّ ُ ةاِلْ َادِي الهُْلَ ذدسِ ظُ ًى.
اذٌْ َبْ إِلََ فرِعَْ َْنَ إِىًذ ُ ظَغََ . ػَلُلْ ٌَلْ لمََ إِلََ أنَْ حزََ ذكَّ
“Sudah sampaikah kepadamu (ya Muhammad) kisah Musa. Tatkala Tuhannya memanggilnya di lembah suci ialah lembah Thuwa; “Pergilah kamu kepada Fir’aun, sesungguhnya Dia telah melampaui batas, dan Katakan-lah (kepada Fir’aun): “Adakah keinginan bagimu untuk membersihkan diri (dari kesesatan)?” (QS. An-Naziat [79]: 15-18)
Sebagai manusia biasa yang tidak pernah luput dari kesalahan dan dosa, kita tidak boleh memutusasakan seseorang dari rahmat Allah. Misalnya dengan menga-takan bahwa dosanya tidak akan terampuni, atau ia menjadi terlaknat. Kalau bisa malah kita gembirakan hatinya, dan kita ajak ia untuk menggapai lagi kebersihan hati untuk menggapai rahmat dan ridha-Nya.
Akan halnya kesusahan, memang ia kadang harus diakui penyebab yang paling banyak adalah lantaran kita sendiri yang menimbulkannya. Maka menjadi indah tawaran-tawaran Allah bagi kita untuk mensucikan diri. Kalau kita sudah bersih kembali, atau paling tidak ada upaya pembersihan diri, maka Allah pun berkenan untuk mendekat kembali kepada kita, dan memperbaiki kualitas hidup dan kehidupan kita Semoga.
#Syaiful_Anwar
#Fakultas_Ekonomi
#Universitas_Andalas
#Kampus2_Payakumbuh
#21_Pesan_Alqur’an
#Taubat_Akan_Mengubah_Kehidupan