Khazanah
Oleh : Syaiful Anwar
Dosen FE Unand Kampus II Payakumbuh
Ya, waktu Subuh itu sangat istimewa. Sekali lagi, sangat istimewa! Paling tidak ada dua hal yang menjadikan waktu Subuh itu sangat istimewa, yaitu:
- Allah mengagungkan waktu Subuh di dalam AlQur`an, Ia tidak pernah bersumpah dalam kitab-Nya dengan waktu shalat selain Shalat Subuh, Duha dan Ashar.
- Waktu Subuh adalah waktu yang menjadi saksi. Waktu yang disaksikan oleh hamba Allah yang mulia, yaitu para malaikat. Semua malaikat yang ada di langit turun ke bumi untuk menyaksikan shalat Subuh.
1. Kunci Semua Shalat
Izinkan saya untuk mengajukan beberapa pertanyaan kepada Anda.
- Apa yang Anda bayangkan jika suatu saat Anda akan berangkat kerja terburu-buru, sementara kunci sepeda motor sulit Anda temukan karena Anda lupa menaruhnya?
- Bagaimana pendapat Anda jika seorang anak ingin masuk jenjang SMA, sementara ia tidak punya ijazah SMP karena tidak lulus Ujian Akhir atau Ujian Nasional?
- Bisakah Si Udin diterima di jenjang S-2, apabila predikat di jenjang S-1-nya summa cum laude? Jika Anda menjawab,
- Repot, pusing, dan waktu akan tersita sehingga terlambat masuk kerja. Kalau terlambat, atas akan menegur dan mencap tidak disiplin.
- Ya, pasti nggak bisa masuk SMA. Bukankah syarat masuk SMA harus ada ijazah SMP?
- Ya, pasti bisa dong. Wong nilai S-1nya saja A semua. Biasanya jenjang program magister di perguruan tinggi Islam negeri sangat mempertimbangkan IPK calon mahasiswa S-2 nya. Memang bisa saja pakai jalur tes, namun ada beberapa perguruan tinggi yang meloloskan langsung untuk masuk jenjang S-2 jika IPK-nya di atas 3, apalagi kalau empat.
Saudaraku, jika kita kaitkan dengan shalat Subuh, shalat Subuh adalah KUNCI untuk membuka shalatshalat lainnya. Jika kunci shalatnya saja tidak kita dapatkan bagaimana mungkin kita akan bisa membuka kunci „motor shalat‟ lainnya. Dan bagaimana mungkin kita akan bisa melaju cepat sementara motor dalam keadaan terkunci. Sama halnya ketika Anda ingin memasuki jenjang SMA atau perguruan tinggi. Anda akan bisa memasuki kedua jenjang ini jika Anda telah memenuhi syarat atau target yang ditentukan.
- “Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan (dirikanlah pula shalat) Subuh. Sesungguhnya shalat subuh itu disaksikan (oleh malaikat).” (QS. Al-Isra [17]: 78)
- “Sesungguhnya shalat yang paling berat bagi orang munafik adalah shalat’Isya dan shalat Subuh. Sekiranya mereka mengetahui apa yang terkandung di dalamnya, niscaya mereka akan mendatangi keduanya sekalipun dengan merangkak. Sungguh, aku ingin menyuruh melaksanakan shalat, lalu shalat itu ditegakkan, kemudian aku perintahkan seseorang untuk mengimami shalat bersama orang-orang. Kemudian beberapa lelaki berangkat bersamaku dengan membawa kayu yang terikat, mendatangi suatu kaum yang tidak menghadiri shalat berjamaah, sehingga aku bakar rumah mereka.”(HR. Bukhari dan Muslim)
Saudaraku, betapa agung shalat Subuh. Sampaisampai Rasulullah SAW–pemimpin yang dikenal dengan segenap kasih sayang dan kelembutan terhadap umatnya– hendak membakar rumah-rumah mereka.
Namun, saya melihat pancaran kasih sayang dan kelembutan dalam kalimat tersebut. Dengan ungkapan lain, sebenarnya beliau ingin menyelamatkan umatnya dari api akhirat, dengan menakut-nakuti mereka dengan api dunia. Meski antara api akhirat dan api dunia sungguh begitu jauh perbedaannya.
Apabila Rasulullah meragukan keimanan seseorang, beliau akan menelitinya pada saat shalat Subuh. Apabila beliau tidak mendapati orang tadi shalat Subuh, maka benarlah apa yang beliau ragukan dalam hati.
Ubai bin Ka‟ab radhiyyallahu „anhu berkata, “Suatu ketika, Rasulullah Shallallahu „alaihi wasallam shalat Subuh, beliau bertanya, „Apakah kalian menyaksikan bahwa si Fulan shalat?‟ Mereka menjawab, „Tidak.‟ Beliau berkata lagi, „Si Fulan?‟ Mereka menjawab, „Tidak.‟ Maka, beliau pun bersabda:
إِنَّ َاتَيِْْ الصَّلاَتَيِْْ )الصُّتصُْ وَ اهػِْظَاءُ( أثَْقَنُ صَلاَةً عََلَ
الًْ ُ اَفقِِيِْْ وَلَ ْْ حَػْوًَ ُ ْْنَ يَا ذِيّْ ِ َا لَََحَ ْْ ُِ ًَا وَلاَ ضَتْ ًا
“Sesungguhnya dua shalat ini (Subuh dan Isya) adalah shalat yang berat bagi orang munafik. Sesungguhnya apabila mereka mengetahui apa yang ada dalam shalat Subuh dan „Isya, maka mereka akan mendatanginya, sekalipun dengan merangkak.” (HR. Ahmad dan Nasa‟i).
Orang munafik tidak tahu kebaikan yang terkandung dalam shalat Subuh berjamaah di masjid. Sekiranya mereka mengetahui kebaikan yang ada di dalamnya, niscaya mereka akan pergi ke masjid, bagaimanapun kondisinya, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu „alaihi wasallam, “Maka mereka akan mendatanginya sekalipun dengan merangkak.”
Saya berharap Anda membayangkan ketika ada seorang laki-laki yang tidak mampu berjalan, tidak ada orang yang membantunya bergerak. Dalam kondisi yang sedemikian rupa, ia bersikeras untuk mendatangi masjid. Ia merangkak dan merayap di atas tanah untuk mendapatkan kebaikan yang terkandung di dalam shalat Subuh berjamaah. Sekiranya kita mengetahui betapa besar nilai shalat ini, kemudian kita saksikan ada orang yang meninggalkan shalat Subuh berjamaah di masjid, maka kita akan mengetahui betapa besar musibah yang telah menimpanya.
Tentu saja kata-kata saya ini bukan untuk menuduh orang-orang yang tidak menegakkan shalat Subuh di masjid pada masa sekarang dengan sebutan munafik. Saya bukanlah orang yang memiliki otoritas untuk menghukumi orang lain dengan sebutan ini. Allah Mahatahu akan kondisi setiap Muslim. Namun, saya mengungkapkan hal ini agar kita mengoreksi diri, orang-orang yang kita cintai, anak-anak, serta sahabat-sahabat kita
Kalau seseorang meninggalkan shalat ini dengan sengaja, maka kesengajaan tersebut adalah bukti nyata dari sifat kemunafikan. Barangsiapa ada pada dirinya sifat ini, hendaklah ia segera mengintrospeksi diri. Sungguh, dikhawatirkan su‟ul khatimah (akhir hayat yang buruk) akan menimpanya.
2. Tolak Ukur Kesabaran
Saudaraku, marilah kita perhatikan dua ayat berikut:
- “Maka sabarlah kamu atas apa yang mereka katakan, dan bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu, sebelum terbit matahari dan sebelum terbenamnya dan bertasbih pulalah pada waktu-waktu di malam hari dan pada waktu-waktu di siang hari, supaya kamu merasa senang.” (QS. Thaha [20]: 130)
- “Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’.” (QS. AlBaqarah [2]: 45)
Jika Anda perhatikan dua ayat di atas, terlihat jelas bahwa shalat–terutama shalat Subuh–adalah tolak ukur dari kesabaran seseorang. Sosok yang hebat adalah mereka yang sabar dengan benar. Shalat Subuh adalah ladang berlatih, sebuah arena untuk meningkatkan kesabaran karena ujian menegakkan shalat Subuh lebih berat dibanding dengan ujian pada shalat fardu lainnya, tanpa mengurangi peran besar shalat lainnya. Seluruhnya adalah satu kesatuan yang tak terpisahkan.
Jadi, latihlah diri Anda dengan shalat Subuh berjamaah di masjid. Jadikan aktivitas ini sebagai status kesabaran Anda!
3. Kemenangan Melawan Setan
Setan adalah musuh utama manusia. Ia adalah makhluk yang picik, namun cerdik. Segala macam trik ia lakukan supaya kita tercekik dalam godaannya. Maka, kita harus punya banyak taktik untuk menangkal akal bulusnya.
Salah satu godaan setan di antaranya adalah „menyediakan‟ suasana yang nyaman di tempat tidur yang melenakan. Sebut saja kasur yang empuk, selimut yang hangat dan kamar yang temaram, ditambah dengan suasana yang cukup dingin sehingga kita lebih enak untuk meneruskan tidur. Karenanya tak sedikit orang yang selalu kesiangan untuk melaksanakan shalat Subuh. Namun, jika kita bisa menangkal godaan tersebut, berarti kita menang melawan setan.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah , dia berkata bahwa Rasulullah bersabda:
إِذَا اَمَ أضََدُزُىْ خَقَدَ الَظَّيطَْانُ عََلَ رَأشُِْ ذلَاَثُ خُقَدٍ يضَِْْبُ عََلَ كُُِّ خُقْدَةٍ لَحْلاً طََ ِْيْلاً أيِ ارْقدُْ فإَُِنِ اشْتيَقَِْظَ فذََلَرَ اللهَ اٍـْطَوَّجْ خُقْدَةٌ فإَِنْ حَ ضََّأ ا ـَْطوَّجْ خُقْدَةٌ أخْرَى فإَِنَْ صَلََّّ ا ـْطَوَّجِ اهػُْقَدُ كُُُّ َا ذَيصُْتِصُ طَيِّبَ الجَّفْسِ نظَِيطًْا وَإلِاَّ أصْتَصَ خٍَتِيدَْ الجَّفْسِ لَصْلاَنَ
“Setan membuat ikatan pada tengkuk salah seorang di antara kalian ketika tidur dengan tiga ikatan dan setiap kali memasang ikatan berkata, „Malam masih panjang, maka tidurlah.‟ Jika orang yang tadi bangun lalu berzikir kepada Allah , maka terlepas satu ikatan, jika dia berwudu, maka terlepas satu ikatan yang lainnya, dan jika dia melaksanakan shalat, maka terlepas semua ikatannya. Pada akhirnya dia akan menjadi segar dengan jiwa yang bersih. Jika tidak, dia akan bangun dengan jiwa yang kotor yang diliputi rasa malas.” (HR. Bukhari).
Perlu diketahui, hadis ini sebenarnya menerangkan tentang keutamaan shalat malam, bukan shalat Subuh. Namun, jika kita renungkan, hadis ini bisa menjadi tolak ukur kemenangan seseorang melawan setan menjelang Subuh. Artinya, jika seseorang mampu bangun sebelum
Subuh dan melaksanakan shalat sunah Fajar, tentu shalat Subuh (yang wajib)pun dapat ia lakukan dengan sempurna.
4. Terbebas dari Kencing Setan
Diceritakan dalam sebuah hadis riwayat Bukhari dari „Abdullah bin Mas‟ud dia berkata:
ذُلِرَ غِ دَْ الجَّبِِِّ رسَُنٌ فَقِينَْ يَازَالَ اَا ِ ًا ضَتََّّ أصَْتصََ يَاقَامَ إِلََ الصَّلاَةِ ذَقَالَ: ةاَلَ الظَّيطَانُ فِِْ أذٍُُِ ُِ.
“Telah diberitakan kepada Rasulullah tentang suatu kejadian ketika seseorang yang terlelap tidur sampai pagi hari sehingga ia tidak melaksanakan shalat. Kemudian Rasulullah bersabda, “Setan telah mengencingi telinganya.” (HR. Bukhari)
Dalam riwayat Muslim dari „Abdullah bin Mas‟ud juga disebutkan: ذَ اكَ رسَُنٌ ةاَلَ
الظَّيطَْانُ فِِْ أذُُجَيُْ ِ“Itulah orang yang dikencingi setan pada kedua telinganya.”(HR. Muslim)
Oleh karena itu, apabila kita segera bangun kemudian wudu dan melaksanakan shalat, bearti kita terbebas kencingnya setan.
5. Pahala Tanpa Batas
Luar biasa! Pahala tanpa batas akan diperoleh oleh orang yang menunaikan shalat Subuh secara berjamaah. Orang yang melaksanakan shalat Subuh dengan berjamaah mendapatkan keistimewaan yang didapatkan oleh orang-orang yang melaksanakan selain shalat Subuh berjamaah. Bahkan dia akan mendapatkan lebih dari semua itu.
Dia mendapatkan pahala seperti orang-orang yang shalat berjamaah pada umumnya, yaitu 25 atau 27 derajat pahala. Diberikan padanya kebaikan yang banyak, dihapus kejelekannya, ditinggikan beberapa derajat kedudukannya. Malaikat berdoa baginya, dan beberapa balasan lain yang didapatkan orang yang berjamaah pada umumnya. Namun shalat Subuh memiliki kelebihan khusus yang tidak ada pada shalat yang lain. Di antaranya adalah:
6. Pahala Shalat Satu Malam Penuh
Diriwayatkan Muslim dari Utsman bin Affan , berkata, Rasulullah bersabda:
يَ ٌْ صَلََّّ اهػِْظَاءَ جَََاغَثً فمََأَجًَّ َا قاَمَ صِْفَ الوَّيْنِ، وَيَ ٌْ صَلََّّ الصُّتصَْ فِِْ جَََاغَثٍ فَمَـَأَجَّ َا صَلََّّ الوَّينَْ كَُُُّ ُ
“Barangsiapa yang shalat isya berjamaah maka seakanakan dia telah shalat setengah malam. Dan barangsiapa shalat Subuh berjamaah maka seakan-akan dia telah melaksanakan shalat satu malam penuh.” (HR. Muslim)
Mampukah Anda melaksanakan shalat malam satu malam penuh? Bukan rakaatnya diperbanyak, tapi bacaannya diperpanjang. Mungkin, ketika Anda melaksanakan shalat malam dengan 11 rakaat, Anda baca di setiap satu rakaat satu surat panjang (Al-Baqarah, Ali Imran, An-Nisa, Al-Maidah, Al-An‟am, Al-A‟raf, Al-Anfal, At-Taubah, Yunus, dan Hud), niscaya kaki Anda akan bengkak, kesemutan, atau besok paginya Anda mengantuk bahkan tidak bisa bekerja secara maksimal.
Dengan rahmat dan karunia-Nya, Allah telah memberi pahala ini, jika Anda melaksanakan shalat Subuh dan „Isya berjamaah. Dan telah diketahui bahwa pahala shalat malam sangat besar dan agung. Tapi pahala shalat Subuh jauh lebih mulia darinya.
Jika Anda telah mengetahui keutamaan dalam shalat Subuh berjamaah, maka saya memohon kepada Anda, bantulah saya untuk menjawab soal-soal yang tertuju kepada mereka yang berbondong-bondong melaksanakan shalat Tahajud pada malam 27 Ramadhan. Mereka yang berdiri tegak menghadap Allah berjam-jam, dan telah mengeluarkan tenaga berlipat ganda dengan harapan bisa shalat pada malam yang penuh barakah ini.
Saya bertanya pada mereka:
Menurut pendapat Anda, yang lebih afdhal; menghidupkan Lailatul Qadar secara sempurna dengan ibadah, atau shalat Subuh berjamaah pada bulan Syawal, Safar atau Rajab–atau bulan-bulan lainnya selain bulan Ramadhan?
Mana yang paling berat timbangannya di sisi Allah?
Mana yang paling Anda sedihkan ketika Anda tidak bisa melaksanakannya?
Mana yang paling hina di sisi Allah bila Anda tidak bisa melaksanakannya?
Saudaraku, bukankah kita shalat karena Allah?
Bukankah kita berdiri tegak beberapa jam di Lailatul Qadar hanya mengharapkan keridhaan Allah?
Kalau kita mengetahui bahwa keridhaan Allah tidak akan didapat kecuali dengan melaksanakan kewajibankewajiban- Nya sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, dengan cara yang diperintahkan, dan di tempat yang diinginkan-Nya, mengapa kita harus mendahulukan sesuatu yang tidak diutamakan Allah? Mengapa mengakhirkan sesuatu, sementara sesuatu itu justru diutamakan Allah?
Kalimat ini bukan bermaksud meremehkan nilai Lailatul Qadar. Saya memohon pada Allah untuk hal ini. Lailatul Qadar merupakan malam yang paling mulia dalam satu tahun, dan juga lebih baik dari seribu bulan. Kendatipun demikian, tetap kedudukannya sebagai shalat sunah, dan tidak lebih utama dari pada shalat wajib.
Apakah iman Anda akan dianggap benar, bila meninggalkan shalat Magrib atau Isya pada Lailatul Qadar, untuk kemudian mengerjakan shalat malam secara sempurna? Jelas, yang seperti ini tidak benar.
Apakah Anda sanggup melaksanakan shalat Sunah Zuhur 20 rakaat, kemudian meninggalkan shalat Zuhur yang wajib?
Apakah bermanfaat, bila Anda berpuasa Senin dan Kamis sepanjang tahun, lalu dengan sengaja meninggalkan puasa Ramadhan tanpa sebab?
Kalau seandainya jawaban dari semua pertanyaan ini adalah “tidak”, lalu mengapa kaum Muslimin masih sering meninggalkan shalat Subuh? Apakah ia bukan wajib seperti halnya shalat Zuhur dan Ashar, juga seperti seperti puasa Ramadhan dan zakat wajib?
Allah telah menjelaskan, wajib itu secara umum lebih utama dari yang sunah. Allah menjelaskan dalam hadis qudsi-Nya yang diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda, “Allah berfirman:
“Tidak ada amal yang dikerjakan hamba-Ku–dengan maksud mendekatkan diri kepada-Ku–yang lebih Aku cintai, selain ibadah wajib yang Aku perintahkan kepadanya. Dan hamba-Ku tetap mendekatkan diri padaku dengan amalan sunah sehingga ia
mencintainya.” (HR. Bukhari)
Dengan demikian–sebagaimana ia merupakan agama yang wajib diketahui–shalat Tahajud pada malam Qadar adalah sunah, dan shalat Subuh pada hari apapun dalam hitungan tahun adalah wajib.
Jika Anda telah memahami itu semua, maka ceritakan pada saya: Mengapa manusia berbondong-bondong shalat malam Qadar di masjid hingga penuh dari depan hingga belakang– bahkan kadang menutupi jalan-jalan di sekitar masjid; kemudian setelah bulan Ramadhan pergi, jamaah yang sedemikian banyak jumlahnya itu tiba-tiba meninggalkan shalat Subuh di masjid….Mengapa?
Bukankah ini benar-benar merupakan isyarat kelirunya memahami agama yang lurus?
Manusia–dengan kondisi yang begitu menyedihkan– terpedaya dengan sesuatu yang baru dan bersifat musiman (insidentil), dan menghindari sesuatu yang sudah biasa dilakukan. Shalat di malam Qadar sekali dalam setahun, namun Subuh dilakukan setiap hari. Maka manusia kehilangan kepekaan nilai shalat Subuh dan mencurahkan seluruh perhatiannya pada shalat malam Qadar.
Lailatul Qadar tidak diraih seseorang secara kebetulan. Lailatul Qadar merupakan hadiah dari Allah untuk mereka yang menjaga shalat wajib. Lailatul Qadar diberikan kepada mereka yang bersungguh-sungguh dalam beribadah sepanjang tahun.
Ibadah bukan didasarkan pada bulan. Apakah masuk akal seseorang yang beribadah kepada Allah sepuluh hari atau sehari dalam setahun sama nilainya dengan seseorang yang beribadah sepanjang tahun?
Apakah masuk akal, bila Allah membebaskan hambaNya dari api neraka bagi mereka yang shalat malamnya hanya sepuluh hari, sama dengan mereka yang bangun setiap hari waktu shalat Subuh?
Sesungguhnya Allah menghitung amalan sebesar biji sawi dan sehalus kulit ari.
“Dan tidaklah sama orang yang buta dengan orang yang melihat, dan tidaklah (pula sama) orang-orang yang beriman serta mengerjakan amal saleh dengan orang-orang yang durhaka. Sedikit sekali kamu mengambil pelajaran.” (QS. Al-Mukmin [40]: 58)
Agama kita adalah agama yang tertata rapi dan jelas. Seharusnya manusia lebih berbondong-bondong dan berlomba-lomba melaksanakan shalat wajib berjamaah, daripada shalat Sunah, walaupun shalat malam Qadar.
Ini bukan perkataan saya, namun perkataan Rasulullah. Diriwayatkan dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah bersabda:
لَ ْ ْ حَػْوىَُ الجَّاسُ يَا فِِ الجدَِّاءِ وَالصَّفِّ اهـْأوََّلِ ذـُىَّ هـَىْ يََِدُوْا إِلاَّ أنَْ يصَْخَّ َ ًُّ ْا غَويَُْ ِ، لاشَْخَ َّ ًُّ ْا وَلَ ْْ حَػْوًَ ُ ْْنَ يَا فِِ التَّّ ْشِيِْْ )التَّمْ تِيِْْ( لاشََْتتَقَُ ا إلَِحُْ، وَلَ ْْ حَػْوَ ًُ ْْنَ يَا فِِ اهػَْخَ َثِ )اهػِْظَاءِ( وَالصُّتصِْ لََحَ ْْ ُِ َا وَلَ ْْ ضَِتْ ًا
“Seandainya manusia mengetahui pahala yang ada pada panggilan azan dan shaf pertama, maka mereka tidak akan mendapatkan kecuali dengan jalan diundi di dalamnya, niscaya mereka akan ikut serta dalam undian (banyaknya berbondong-bondong guna mendapatkan shaf pertama). Dan jika mereka mengetahui apa yang didapatkan dalam awal kedatangan (shalat jamaah), niscaya akan berlomba-lomba. Dan jika mereka mengetahui apa yang tersimpan di dalam shalat Subuh dan „Isya maka mereka akan mendatanginya walau dengan merangkak.” (HR. Bukhari)
Ada sebagian orang mengatakan bahwa doa di malam Qadar akan dikabulkan. Itulah sebab orang-orang giat beribadah. Saya katakan kepadanya: Betul bahwa doa di malam Qadar itu akan dikabulkan. Sebagaimana yang telah kita sebutkan, malam Qadar merupakan malam yang paling agung dalam satu tahun. Kita memohon kepada Allah, semoga kita dapat meraihnya. Namun, apakah ini satu-satunya waktu yang dikabulkan Allah dalam satu tahun?
Sesungguhnya Allah memberikan kesempatan yang sama pada setiap saat dalam kehidupan Anda! Sungguh Allah Yang Mahasuci mengatakan:
“Dan Tuhanmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu.” (Q.s. Al-Mukmin [40]: 60)
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (Q.s. Al-Baqarah [2]: 186)
Kewajiban Anda hanyalah berdoa, niscaya Allah yang akan mengabulkan permintaan Anda. Kapan, dan di mana pun Anda berada sepanjang hidup Anda.
Bila Anda beralasan, “Di sana ada waktu-waktu yang mulia yang lebih dikabulkan.” Maka saya katakan kepada Anda. “Benar. Namun Anda pun memiliki waktu yang mulia ini. Setiap malam sepanjang tahun, akan tetapi Anda sering melupakannya.”
Di setiap malam terdapat saat-saat terkabulnya doa. Kesempatan ini hanya diketahui orang-orang yang bangun sebelum Subuh, walau hanya sebentar. Saat-saat yang mulia. Bahkan ia merupakan kesempatan paling mulia sepanjang masa!
Perhatikan hadis Rasulullah yang diriwayatkan dari Abu Hurairah .:
حَنِْْلُ رَبُّ اَ تَتاَرَكَ وَتَػَالََ كَُُّ لَحوْثٍَ إِلََ اَلصًَّ َاءِ الدُّجْياَ ضِيَْْ حَتَْقََ ذوُدُُُ الوَّينِْ الآخِرُ حَقُ ْلُ يَ ْ يدَْغُ ْنِِْ فَأشْخَشِيبَْ لََُ ؟ يَ ٌْ يصَْأهنُِِْ فَأغْطِيَُ ُ ؟ يَ ٌْ يصَْخَغْفِرُ ـِيْ فَأدَْفَرَ لََُ؟
“Allah akan turun ke langit bumi pada setiap malam, ketika malam tinggal sepertiga yang terakhir. Dia berkata, „Mana hamba-Ku yang berdoa, untuk Aku kabulkan (doanya)? Mana hamba-Ku yang meminta kepada-Ku, untuk Aku penuhi (permintaannya)? Mana hamba-Ku yang beristighfar, untuk Aku ampuni (dosanya)?‟” (HR. Bukhari dan Muslim)
Apa yang lebih Anda inginkan dari itu semua?
Allah turun ke langit bumi, menyuruh Anda supaya berdoa pada-Nya agar Dia mengabulkan doa Anda.
Ya Allah, betapa banyak kasih sayang-Mu. Alangkah mulianya Engkau. Betapa agungnya diri-Mu. Alangkah dekatnya Engkau. Demikian ini terjadi setiap malam. Subhanallah!
Kemudian, jika Anda melaksanakan shalat Subuh sesudah itu, maka Anda lebih dekat kepada Allah dan Dia lebih mendengarkan doa-doa Anda.
Mari kita simak hadis Rasulullah yang diriwayatkan dari Abu Hurairah :
أقَرَْبُ يَا يسَُ ْْنُ اهػَْتدُْ يِ ٌْ رَبُِّ ِ وَِ ُ َْ شَاسِدٌ فَأكَْثُِِوْا الدُّعََءَ
“Saat yang paling dekat antara Allah dan hamba-Nya adalah di saat sujud, maka perbanyaklah doa pada waktu itu.” (HR. Muslim)
Pahala shalat Subuh lebih tinggi, kewajiban melaksanakan shalat Subuh lebih penting, dan doa lebih cepat dikabulkan ketika shalat Subuh. Namun, mengapa manusia tidur pada saat azan shalat Subuh? Mengapa mereka meninggalkan kebaikan ini? Sebuah pertanyaan yang harus segera kita jawab.
7. Lebih Baik dari Dunia dan Seisinya
Dewasa ini hampir semua orang di muka bumi ini senang mencari dunia, kecuali orang-orang memiliki sifat zuhud. Sebagian mereka ada yang terlena dengan kemilau dunia yang memukau mata. Sebut saja harta, tahta, dan pariwisata. Mereka berlomba-lomba untuk mendapatkannya. Namun, dunia ini hanya sesaat. Keindahannya bagaikan fatamorgana, hanya enak dipandang. Semakin kita mendekat, semakin kita merasakan keindahan itu hilang.
Beda halnya dengan keindahan akhirat. Kebaikan dan keindahan yang ada di dalamnya belum pernah dilihat, tidak akan pernah „berkarat‟. Sekali saja merasakannya akan selalu teringat. Semua itu Allah persiapkan bagi hamba-hamba-Nya yang beriman dan bertakwa selama di dunia. Mereka tidak mudah tergoda oleh rayuannya. Allah mempersiapkan bagi mereka suatu amalan yang pahala dan nilainya lebih baik dari dunia itu sendiri, yaitu shalat sunah Fajar.
رَكْػَخَا اهفَْشْرخَِيٌْْيِ ٌَ الدُّجْياَ وَيَاذِيّْ َا
“Dua rakaat shalat sunah Fajar (qabla subuh) lebih baik dari dunia dan seisinya.” (HR. Muslim, Tirmidzi, dan Nasa‟i)
Tak bisa dibayangkan betapa besar keutamaan yang Allah simpan di balik shalat sunah Fajar ini sehingga timbul pertanyaan, “Apa hikmah dibalik ini semua?”
Dunia dan segala aktivitas yang berada di dalamnya dimulai pada pagi hari. Biasanya, selepas bangun orang akan segera bergegas melakukan persiapan guna menyongsong rutinitas dan kesibukan. Ada yang memilih berolahraga terlebih dahulu, mungkin ini bagi yang sempat dan mereka bangun lebih cepat. Ada juga yang segera berangkat ke tempat kerja, khawatir terlambat dan kena teguran atasan. Begitu sibuknya mereka berharap dunia akan memberikan yang terbaik. Segala persiapan di pagi hari menentukan pencapaian yang akan diraih, karena titik awal itulah yang menentukan.
Namun, lain halnya dengan orang yang beriman dan bertakwa kepada-Nya. Dia akan memulai titik awal itu dengan bersujud kepada Allah Yang Maha Kuasa, seraya memohon kebaikan di dunia dan di akhirat. Dia yakin segala apa yang ada di dunia ini adalah milik-Nya dan apa yang akan dia lalui pada hari itu tidak akan berjalan tanpa izin dari-Nya. Kebaikan apapun di dunia tidak akan dimiliki kalau Allah tidak berkenan. Dia pun „menjerit‟, memohon dibukakan pintu rahmat dan keberkahan sehingga ia dapat meraih apa yang dia inginkan. Rasa tunduk dan pengabdian ini, semuanya, dilakukan dari semenjak fajar menyingsing. On time alias tepat pada waktunya. Ketika orang lain banyak yang sibuk mempersiapkan dunia, día sibuk memohon kepada yang menciptakan dunia. Masya Allah, ini adalah sebuah starting point yang amat bagus.
Lebih dari itu, di antara mereka ada yang bangun jauh di sepertiga malam terakhir. Kemudian, mereka menyembah Tuhannya dengan melaksanakan shalat Tahajud dan witir sampai menjelang Subuh datang. Betapa tinggi pengorbanan dan penghambaan mereka. Maka, tidak aneh kalau Allah memberikan pahala dan nilai yang melebihi dunia bagi yang mengerjakan shalat sunah Fajar.
Coba renungkan, wahai saudaraku. Ini semua baru keutamaan shalat sunah Fajar. Lalu bagaimana dengan dua rakaat Fajar yang wajib, yaitu shalat Subuh?
Wahai pencari sedikit potongan dunia Bagaimana Anda terlena dari sesuatu yang lebih baik dari dunia dan seisinya?
8. Cahaya di Hari Kiamat
Shalat Subuh merupakan sumber dari segala sumber cahaya di hari kiamat. Di hari itu, semua sumber cahaya di dunia, akan padam. Matahari akan digulung dan bintangbintang pun berjatuhan, sebagaimana firman Allah:
“Apabila matahari digulung. Dan apabila bintangbintang berjatuhan.” (QS. At-Takwir [81]: 1-2)
Manusia dibangkitkan dalam keadaan gelap gulita. Gelap yang berlipat ganda. Saat itu, manusia sangat membutuhkan cahaya supaya bisa meraba jalannya, agar bisa melewati kumpulan orang-orang yang begitu banyak jumlahnya. Tatkala melewati sirath (jembatan di akhirat), cahaya sangat dibutuhkan. Sirath ini mengerikan kondisinya. Tidak akan ada yang bisa melewati kecuali orang-orang yang dikehendaki-Nya.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah menggambarkan keadaan manusia pada saat melewati sirath dengan sabdanya:
“Yang pertama kali lewat di antara kalian bagaikan kilat”
Aku (Abu Hurairah bertanya, „Demi bapak dan ibuku sebagai tebusannya, apa maksud “berjalan seperti kilat”?‟ Beliau melanjutkan, “Tahukah kamu bagaimana kilat pergi dan datang dalam sekejap? Kemudian (ada yang) berjalan seperti angin, seperti burung, dan ada juga yang berlari. Perjalanan mereka sesuai dengan amalan mereka. Sedangkan Nabi kalian ini (Muhammad ) berdiri (menunggu) di atas sirath seraya berdoa, „Ya Allah, selamatkanlah…selamatkanlah….‟.
Sampai ada yang amalannya (karena sedikit) tak sanggup (membawa si hamba tadi) sehingga ada orang yang tidak bisa lewat melainkan dengan merayap.
Pada kedua sisi sirath terdapat pengait-pengait dari besi yang akan menyambar siapa saja yang Allah perintahkan untuk disambar. Ada yang tersambar hingga bagian tubuhnya robek/terputus namun ia selamat, dan ada juga yang terkait lalu terhampas ke neraka.
Abu Hurairah berkata, “Demi Zat yang jiwa Abu Hurairah di tangan-Nya, sesungguhnya dasar neraka jahannam dalamnya sejauh tujuh puluh musim (tahun).” (HR. Muslim)
Pada hari yang sangat berat dan gelap itu, Allah hanya memberikan cahaya kepada semua orang Islam. Maksudnya, pada awalnya diberikan kepada semua orang yang menyatakan Islam ketika di dunia. Namun sebagian dari mereka menjadi munafik, yang hanya berbicara dengan lisannya, tetapi hatinya mengingkari. Sehingga apabila semua sudah mendekati sirath, Allah hanya akan memberikan cahaya itu kepada orang-orang mukmin yang jujur saja.
Lenyaplah cahaya bagi orang-orang munafik. Ketakutan dan kebingungan pun menyelimuti mereka. Walhasil mereka bersandar pada orang-orang mukmin, meminta sedikit cahaya yang ada pada mereka. Orang mukmin mengisyaratkan agar mereka kembali ke tempat semula. Namun mereka tidak mendapatkan apa-apa. Hancurlah seluruh harapan mereka. Selanjutnya mereka minta tolong, padahal (waktu itu), tidak ada kesempatan untuk lari menyelamatkan diri.
Rincian ini terdapat lebih dari satu hadis dalam Sahih Muslim, dan Allah menggambarkan hal itu di dalam kitabNya yang mulia.
“(Yaitu) pada hari ketika kamu melihat orang mukmin laki-laki dan perempuan, sedang cahaya mereka bersinar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, (Dikatakan kepada mereka): “Pada hari Ini ada berita gembira untukmu, (yaitu) surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, yang kamu kekal di dalamnya. Itulah keberuntungan yang besar“. Pada hari ketika orangorang munafik laki-laki dan perempuan Berkata kepada orang-orang yang beriman: “Tunggulah kami supaya kami dapat mengambil sebahagian dari cahayamu”. Dikatakan (kepada mereka): “Kembalilah kamu ke belakang dan carilah sendiri cahaya (untukmu)”. Lalu diadakan di antara mereka dinding yang mempunyai pintu. Di sebelah dalamnya ada rahmat dan di sebelah luarnya dari situ ada siksa. Orang-orang munafik itu memanggil mereka (orang-orang mukmin) seraya berkata: “Bukankah kami dahulu bersama-sama dengan kamu?” mereka menjawab: “Benar, tetapi kamu mencelakakan dirimu sendiri dan menunggu (kehancuran kami) dan kamu ragu-ragu serta ditipu oleh angan-angan kosong sehingga datanglah ketetapan Allah; dan kamu telah ditipu terhadap Allah oleh (setan) yang amat penipu. Maka pada hari Ini tidak diterima tebusan dari kamu dan tidak pula dari orang-orang kafir. tTempat kamu ialah neraka. Dialah tempat berlindungmu. Dan dia adalah sejahat-jahat tempat kembali”. (QS. Al-Hadid [57]: 12-15)
Dari mana orang-orang mukmin mendapatkan cahaya agung pada hari yang sangat gelap itu? Cahaya itu amalamal perbuatan mereka yang banyak ketika di dunia. Cahaya itu adalah janji Allah sebagai balasan bagi amalamal mereka. Di antara amal itu adalah: shalat Subuh berjamaah.
Bacalah hadis yang diriwayatkan dengan sanad yang shahih dari Buraidah al-Aslami Ia berkata bahwa Rasulullah bersabda:
بشَِِِّّ الًْ َظَّائِيَْْ فِِ اهظُّوىِْ إِلََ الًْ َصَاسِدِ ةاِلجُّ ْْرِ التَّامِ يَ ْمَ اهقِْيَايَ ثِ
“Berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang banyak berjalan dalam kegelapan menuju masjid dengan cahaya yang sangat terang pada hari kiamat.” (HR. Abu Daud, Tirmidzi, dan Ibnu Majah)
„Orang yang banyak berjalan‟ maksudnya mereka yang membiasakan diri melaksanakan keutamaan yang besar ini.
„Dalam kegelapan‟ maksudnya: shalat „Isya dan shalat Subuh.
Ungkapan „menuju masjid‟ merupakan dalil yang jelas bahwa cahaya itu diberikan kepada orang yang membiasakan diri shalat Subuh dan „Isya berjamaah di masjid. Shalat yang dimaksud di sini tidak sekadar shalat berjamaah saja, namun shalat ini harus dilaksanakan di rumah Allah, masjid.
Ini merupakan bantahan bagi sebagian orang Islam yang melaksanakan shalat di rumah bersama istri dan anak mereka. Mereka berkeyakinan bahwa apa yang mereka lakukan merupakan suatu keutamaan. Karena melatih keluarga untuk shalat, dan untuk mengangkat derajat mereka (anak dan istri) agar memeroleh pahala jamaah.
Namun Allah–yang membuat syariat dan undangundang–memerintahkan pada muslim laki-laki untuk shalat di masjid, dan memberikan pahala yang sama pada perempuan yang melaksanakan shalat di rumah. Sedangkan pembiasaan anak untuk melaksanakan shalat jamaah adalah dengan membawa mereka ke masjid, atau shalat bersama mereka di rumah. Shalat di rumah pun hanya shalat sunah, bukan wajib.
Allah akan memberikan cahaya yang sangat terang pada hari kiamat nantinya kepada mereka yang menjaga shalat Subuh berjamaah. Artinya Dia tidak mencabut cahaya tersebut di mana saja, dan tidak mengambilnya ketika melewati sirath. Dia akan tetap bersama mereka sampai mereka masuk surga. Insya Allah.
Tidak diragukan lagi, cahaya bagi orang yang beriman di hari kiamat berbeda-beda. Tidak semua mukmin mendapat cahaya seperti mukmin yang lain. Kadar cahaya tersebut disesuaikan dengan amalan mereka. Di sinilah shalat Subuh berperan. Allah akan memberikan cahaya sempurna bagi orang yang beriman karena shalat Subuh, di hari kiamat kelak.
Bahkan Rasulullah yang begitu memerhatikan umatnya dan mencintai pengikutnya, mengajarkan zikir khusus pada saat berjalan menuju masjid tatkala kegelapan masih menyelimuti bumi.
Rasulullah mengajarkan doa yang berisi permohonan agar Allah memberikan cahaya
الَوَّّ ُىَّ اسْػَنْ فِِْ قَوبِِْْ ٍُ ْْرًا، وَفِِْ لصَِانِِْ ٍُ ْْرًا، وَاسْػَنْ فِِْ شًَ ْعِِْ ٍُ ْْرًا، وَاسْ ػَنْ فِِْ ةصَََِيْ ٍُ ْْرًا، وَاسْػَنْ يِ ٌْ خَوفِِْْ ٍُ ْْرًا، وَيِ ٌْ أيََامِِْ ٍُ ْْرًا،وَاسْػَنْ يِ ٌْ فَ ْْقِِْ ٍُ ْْرًا، وَيِ ٌْ حـَطْتِِْ ٍُ ْْرًا، الَوَّّ ُىَّ أغَْطِنِِْ ٍُ ْْرًا
“Ya Allah, berikanlah cahaya pada hati, lisan, telinga, dan penglihatanku. Jadikanlah cahaya dari belakang, depan, dan di bawahku. Ya Allah berikanlah padaku cahaya.” (HR. Muslim)
Cahaya ini tidak hanya menyinari alam kubur dan akhirat saja, tapi juga memberikan cahaya di dunia. Kadangkala manusia terlilit permasalahan dunia, hingga tak mampu lagi membedakan antara yang hak dan yang batil, antara yang benar dan salah. Apalagi di zaman yang penuh dengan cobaan seperti sekarang ini.
Rasulullah menggambarkan dalam hadis yang diriwayatkan dari Abu Hurairah الوَّينِْ الْ ُظْوِىِ طَ .عِBeliau bersabda:ةاَدِرُ وْا ةاِلََخْ َالِ فِخَ اً لَقِ
“Segeralah beramal saleh untuk menghadapi fitnah yang menyerupai gelapnya malam.” (HR. Muslim)
Pada masa fitnah yang gelap ini, bila seorang mukmin mampu menapaki jalannya, ia tidak akan tersesat dan sengsara. Allah akan menunjukkan hikmah, dan kemaslahatan di dunia dan di akhirat.
“Dan apakah orang yang sudah mati kemudian dia kami hidupkan dan kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar dari padanya? Demikianlah kami jadikan orang yang kafir itu memandang baik apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al-An‟am [6]: 122)
9. Kelapangan Rezeki
Di antara kebahagiaan di dunia ini adalah melimpahnya rezeki. Semakin dia giat berusaha, hasil yang didapat cenderung semakin banyak. Maka, seharusnya kita bangun sebelum Subuh agar bisa beribadah dengan tenang dan segera berusaha mencari rezeki dan ridha Allah yang tersebar di muka bumi ini.
Sebagaimana diceritakan dalam sebuah keterangan yang dikutip dari kitab At-Targhib wa At-Tarhib, “Pada suatu saat, setelah Rasulullah melaksanakan shalat Subuh, ia pulang dan mendapati Fatimah (putrinya) masih tertidur. Lalu, beliau membalikkan tubuh Fatimah seraya berkata, „Hai Fatimah, bangunlah dan saksikanlah rezeki dari Tuhanmu karena Allah membagi rezeki hambahamba-Nya di antara shalat Subuh hingga terbit matahari.‟”
10. Keberkahan yang Melimpah
Kabar gembira lain bagi mereka yang membiasakan shalat Subuh berjamaah di masjid mendapat doa Nabi seperti berikut. الَوَّّ ُىَّ ةاَركِْ لَِيَُّتَِّ فِِ ةسُُ ْْرِ َا
“Ya Allah, berkahilah umatku di waktu paginya.” (HR. Tirmidzi, Abu Daud, dan Ibnu Majah)
Inilah keberkahan yang hanya didapat oleh mereka yang shalat Subuh di awal waktu dan memulai paginya dengan aktivitas ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya. Salah satu keberkahan yang bisa kita rasakan adalah adanya ketenangan dan kejernihan berpikir. Selain itu udara Subuh sangat bersih sehingga akan melegakan saat dihirup.
Jadi, nikmatilah pemandangan pagi yang indah sambil bertasbih memuji kebesaran dan kekuasaan-Nya. Mendengarkan suara alam di pagi buta tentu akan menenteramkan dan dapat mengusir segala kesumpekan hati, ketertekanan jiwa, dan stres. Bahkan, keberkahan ini meliputi segala hal. Mulai dari pekerjaan, perdagangan, bercocok tanam, membaca, musafir dan berjihad di jalan Allah. Rasulullah, sebagaimana yang diriwayatkan Sakhr Al-Ghamidi, selalu mengutus pasukannya di pagi hari.
Sebagai seorang pedagang, Sakhr pun memegang nasihat ini. Ia selalu berangkat (atau mengutus seseorang untuk) membawa dagangannya di pagi hari dan dia selalu beruntung, hingga hartanya menjadi berlimpah. Bahkan Imam Ahmad menyebutkan, saking banyak hartanya sehingga Sakhr pun tak tahu lagi di mana harus menyimpan harta tersebut.
Imam Tirmidzi meriwayatkan dari Nu’man bin Muqrin, bahwa di waktu fajar, Rasulullah menunggu matahari terbit, sebelum menginstruksikan pasukannya maju bertempur.
Beliau bersabda, bahwa pada waktu seperti itu, bertiuplah angin kemenangan, dan orang-orang mukmin berdoa– dalam shalat– memohon kemenangan bagi tentara mereka.”
Anas bin Malik meriwayatkan, “Pada waktu perang Badar Rasulullah shalat Subuh diawal Fajar, posisi beliau saat itu sangat dekat dengan musuh, lalu beliau memerangi mereka.” Beliau berkata, „Allahu Akbar, hancurlah Khaibar, hancurlah Khaibar.‟ Sungguh ketika kami turun pada perumahan mereka, maka dengan mudah dihancurkan.”(HR. Nasa‟i)
Demikianlah, keberkahan, kelebihan, dan kemenangan itu ternyata semuanya terjadi di pagi hari. Tak mengherankan bila para tokoh terkemuka, seperti Umar bin Khattab mengomentari Sulaiman bin Hatsamah yang tidak ikut jamaah Subuh karena setelah shalat tahajud dia tidur lagi. Kata Umar, “Lebih baik bagiku menghadiri Subuh berjamaah daripada shalat malam, kemudian tidak berjamaah Subuh!”
Namun, apa yang terjadi jika umat manusia enggan bangun di saat-saat penuh berkah ini?
Apa yang terjadi ketika mereka lalai, terlena, dan masa bodoh dengan kesempatan yang sangat agung ini?
Apa yang terjadi jika mereka tidak mengindahkan peringatan-peringatan Rasulullah? Apa yang akan terjadi tatkala manusia memulai harinya justru setelah semua kebaikan ini berlalu?
11. Full Asuransi
Tidak sedikit orang yang mengeluarkan biaya besar untuk mengasuransikan harta bendanya, baik itu rumah, kendaraan, kantor, bahkan ada yang mengasuransikan dirinya sendiri. Baik badan secara keseluruhan, maupun bagian-bagian organ tubuh tertentu seperti mata, jantung, ginjal, dan sebagainya. Setelah diasuransikan barulah merasa aman. Mereka rela mengeluarkan banyak biaya untuk memeroleh ketenangan itu, sementara jaminan yang didapatkan hanyalah ganti rugi berupa materi.
Sementara itu, sebenarnya ada asuransi yang tidak harus mengeluarkan biaya sepeser pun. Jaminan yang diberikan pun sekadar ganti rugi materi tapi jaminan Allah dunia akhirat. Asuransi macam apa itu? Shalat Subuh! Rasulullah berjanji bahwa bila kita mengerjakan shalat Subuh, maka Allah akan melindungi kita seharian penuh.
Perhatikanlah hadis berikut.
يَ ٌْ صَلََّّ الصُّتصَْ ذَّ ُ َْ فِِْ ذِيَّثِ اللهِ فَلاَ حَطْوتَُ ََّسُىْ اللهُ يِ ٌْ ذِيَّخُِ ِ بظَِيئٍْ يدُْرِكُْ ُ ثُىَّ يسَُتَُّ ُ عََلَ وسَّْ ِ ُِ فِِْ اَرِ سَّ َ ََّ ىَ
“Barangsiapa yang mendirikan shalat Subuh maka ia dalam lindungan Allah. Maka janganlah kalian sampai dituntut tentang sesuatu dari perlindungan Allah. Karena sesungguhnya, barangsiapa yang Allah tuntut dengan sesuatu dari perlindungan-Nya, maka dia akan memerolehnya, lalu Allah akan melemparkannya di atas mukanya dalam neraka Jahannam.” (HR. Muslim)
Begitulah jaminan yang diberikan oleh Allah bagi orang yang melaksanakan shalat Subuh berjamaah. Jika kita mendapatkan jaminan Allah tentu kita akan mendapatkan ketenangan dan terhindar dari kecemasan. Kita tahu bahwa kecemasan yang berlebihan akan menjadi sumber penyakit, membuat daya tahan tubuh lemah. Jadi kita harus mendapatkan ketenangan dan terhindar dari kecemasan sehingga kita bisa tetap sehat dengan melaksanakan shalat Subuh berjamaah. Begitu pun jika kita ingin mengasuransikan keluarga kita, teman-teman kita, ajak mereka melaksanakan shalat Subuh berjamaah.
Yakinlah bahwa kita akan lebih percaya diri menjalankan hati jika dimulai dengan shalat Subuh. Kita akan lebih tegar menghadapi ujian, lebih yakin bahwa Allah telah menjamin kita hari itu. Segala kesulitan yang kita hadapi, insya Allah akan diberikan jalan keluar. Ia Maha Memiliki semua jawaban dalam kehidupan ini, sebab Dia-lah yang mencipta segala kehidupan. Lantas apa lagi yang kita inginkan? Karena semua bisa diperoleh hanya dengan dua rakaat.
12. Training Ruhani
Rasulullah selalu menganjurkan untuk tetap tinggal di dalam masjid setelah shalat Subuh, hingga waktu terbit matahari. Waktu pagi, ibarat acara training (pelatihan) peningkatan keimanan yang sangat agung, sebagai permulaan menapaki hari-hari bagi seorang mukmin.
Rasulullah senantiasa memanjangkan bacaan shalat Subuh lebih dari shalat yang lain hingga 60 – 100 ayat, dan selepas shalat kadang beliau memberikan pengajian yang ringan, atau beramah tamah dengan mengajukan beberapa pertanyaan. Bahkan beliau menganjurkan mereka duduk berzikir kepada Allah hingga matahari terbit.
Diriwayatkan dari Anas bin Malik , ia berkata bahwa Rasulullah bersabda:
يَ ٌْ صَلََّّ اهغَْدَاةِ فِِْ جَََاغَثٍ ثُىَّ رَػَدَ يذَْلُرُ اللهَ ضَتََّّ تَطْوعَُ الظًَّ ْسُ ثُىَّ صَلََّّ رَكْػَخَيِْْ كٍََجَْ لََُ لَأسَْرِ ضَشَّثٍ وَخُ ْرَةٍ حاَيَّثً حاَيَّثً
“Barangsiapa mengerjakan shalat Subuh dengan berjamaah kemudian duduk berzikir kepada Allah hingga terbit matahari, kemudian shalat dua rakaat, maka baginya seperti pahala haji dan umrah yang ditunaikan dengan sempurna… dengan sempurna….” (HR. Tirmidzi) Begitu juga hadis yang diriwayatkan Jabir bin Samurah , ”Apabila Nabi telah melaksanakan shalat, beliau duduk bersila di tempatnya hingga matahari terbit dengan baik.”(HR. Muslim)
Artinya, sampai terbit matahari secara sempurna.Selanjutnya ada banyak zikir pagi yang senantiasa dibaca Rasulullah . Beliau juga menganjurkan kepada para sahabat agar membacanya setelah Subuh dan sebelum terbit matahari.
Semuanya merupakan zikir yang begitu besar nilainya, penuh kesyukuran, pujian, istighfar, tasbih dan berserah diri kepada Allah. Inilah permulaan hari yang sangat indah.
Dalam sebuah hadis riwayat Abdullah bin GhannamAl-Bayadi , disebutkan bahwa Rasulullah bersabda, “Barangsiapa yang di pagi hari mengucapkan:
الَوَّّ ُىَّ يَا أصَْتصََ بِِْ ػًِْ َثٌ فًَ َِكَْ وضَْدَكَ لاَ شََِيكَْ لكََ فَوكََ اهـْطَ ْدُ وَلكََ الظُّمْرُ
„Ya Allah, seluruh nikmat yang ada pada diriku hanyalah dari-Mu. Tiada sekutu bagi-Mu. Bagi-Mu segala puji dan ungkapan syukur. Sungguh ia telah menunaikan rasa syukurnya dalam siang harinya. Kemudian barangsiapa yang mengatakan seperti itu di waktu sore, maka ia telah menunaikan rasa syukurnya pada malam harinya.‟” (HR.Abu Daud)
Terdapat juga dalam sebuah riwayat dari Abu Said AlKhudri yang menyebutkan:
“Suatu hari Rasulullah masuk ke dalam masjid. Ketika itu ada seorang laki-laki dari kaum Anshar yang dikenal dengan Abu Umamah, Rasulullah berkata kepadanya, “Wahai Abu Umamah, apa gerangan yang terjadi padamu sehingga engkau duduk di masjid di luar waktu shalat?” lalu dia menjawab, “Saya sedang dirundung kebingungan dan banyak utang ya Rasulullah.”
Lalu beliau bersabda, “Maukah engkau kuajarkan sebuah doa yang jika engkau mengucapkannya niscaya Allah akan menghilangkan rasa kebingunganmu dan membayar utangmu?” Abu Umamah menjawab, “Tentu”. Beliau bersabda, “Ucapkanlah di pagi dan sore hari:
الَوَّّ ُىَّ إِ ـِّيْ أغَُ ذُْ ةكَِ يِ ٌَ اهـّْ َىِّ وَاهـْطَزَنِ وَأغَُ ذُْ ةكَِ يِ ٌَ اهػَْشْزِ وَاهمَْصَنِ وَأغَُ ذُْ ةكَِ يِ ٌَ اهـْشُتـْ ٌِ وَالُْْخْنِ و أغَُ ذُْ ةِكَ يِ ٌْ غَوتََثِ الدَّيْ ٌِ وَرَ ْرِ الرسَِّا لِ
“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepadamu dari dukacita dan kesedihan. Aku berlindung kepadamu dari kelemahan dan malas. Aku berlindung kepadamu dari takut dan bakhil. Dan aku berlindung kepadamu dari hutang dan penindasan.”
Orang itu (Abu Umamah) berkata, “Lalu saya melaksanakan itu, kemudian Allah menghilangkan rasa bingung dan utang saya.” (HR. Bukhari, Tirmidzi, dan Abu Daud. Lafal di atas merupakan lafal Abu Daud).
Dalam riwayat Syaddad bin Aus, disebutkan bahwa
Nabi bersabda, “Sayyidul Istighfar itu adalah:
“Ya Allah, Engkau adalah Rabbku. Tidak ada Ilah yang berhak disembah selain Engkau. Aku adalah hamba-Mu. Terhadap janji pada-Mu aku berusaha sekuat kemampuanku. Aku mengakui seluruh nikmat yang Kau berikan padaku, dan aku mengakui pula seluruh dosa yang kukerjakan. Maka ampunilah aku. Sesungguhnya tak ada yang dapat mengampuni dosaku, selain Engkau.
Aku berlindung kepada-Mu dari buruknya perbuatanku”. “Kalau seseorang mengucapkannya di sore hari kemudian ia meninggal dunia, maka ia akan masuk surga–atau menjadi penghuni surga–. Demikian pula kalau seseorang melafalkannya di pagi hari, kemudian meninggal pada hari itu.” (HR. Bukhari dan lainnya)
Zikir pagi itu begitu banyak dan sangat indah. Bayangkanlah diri Anda mengerjakan rutinitas zikir ini setiap hari. Lalu lihatlah bagaimana kedudukan Anda di sisi Allah dan di sisi manusia dalam berinteraksi dengan mereka. Ini merupakan awal yang bagus demi menapaki hari-hari Anda.
13. Kecemerlangan Ilmu dan Muara Iman
Bila seluruh waktu shalat itu memiliki daya dorong yang tinggi terhadap kekokohan iman dan takwa, menerangi jiwa dan ruh, serta menata hati untuk selalu taat pada Allah, shalat Subuh adalah waktu yang melebihi itu semua.
Akhir gelap malam dan datangnya pagi menyatu di dalam waktu subuh. Mengakhiri gelap dengan shalat Subuh dan memasrahkan segala kehidupan hanya kepada Allah merupakan perbuatan luar biasa dari hamba Allah yang beriman. Waktu subuh juga dilimpahi udara yang sangat segar dan pikiran dalam keadaan maksimal sehingga sangat tepat untuk menimba dan mengkaji ilmu serta memecahkan beberapa persoalan yang sangat serius. Subuh adalah waktu untuk menebarkan suasana positif, nuansa ketaatan yang tinggi.
Karena itu, tidak heran jika Rasulullah menjadikan Subuh sebagai kesempatan mengajarkan pesan-pesan kebaikan kepada para sahabatnya. Beliau sering menyampaikan pelajaran dan penjelasan tentang berbagai hal setelah shalat Subuh. Beliau memberi jawaban atas pertanyaan sahabat-sahabatnya. Beliau juga menerangkan sebuah mimpi atau hal-hal lain yang berkaitan dengan pembinaan. Sungguh, shalat Subuh merupakan pertemuan ilmiah dan pertemuan iman yang sangat bagus dan mulia.
Rasulullah selalu berbicara dengan tema yang bervariasi dalam setiap pertemuan, sehingga kaum Muslimin tak pernah merasa jenuh. Di suatu kesempatan, kadangkala beliau menanyakan kondisi para sahabatnya.
Ini sebagai salah satu bentuk pendidikan beliau kepada para sahabatnya.
Dalam sebuah riwayat Abu Hurairah bahwa suatu hari setelah shalat Subuh, Rasulullah bertanya kepada sahabatnya, “Siapa di antara kalian yang puasa pada hari itu?” Abu Bakar menjawab, „Saya.‟ Lalu beliau bertanya lagi, “Siapa di antara kalian yang mengantarkan jenazah ini?” Abu Bakar menjawab lagi, „Saya.‟ Lalu bertanya lagi, “Siapa di antara kalian yang sudah memberi makan fakir miskin pada hari ini?” Jawab Abu Bakar, „Saya.‟ Beliau bertanya lagi, “Siapa yang sudah menjenguk orang sakit pada hari ini?” Lagi-lagi Abu Bakar menjawab, „Saya‟.”
Kemudian Rasulullah bersabda, “Tidak terkumpul semua ini dalam diri seseorang kecuali ia akan dimasukkan ke dalam surga.” (HR. Muslim)
Bisa Anda bayangkan, kapan Abu Bakar Ash-Shiddiq bangun, sehingga bisa mengerjakan semua ini?
Dalam hadis lain dari Abu Hurairah Rasulullah berkata kepada Bilal selepas shalat Subuh:
“Wahai Bilal, beritahu aku amal apa yang engkau andalkan yang selalu engkau kerjakan, sampai-sampai aku mendengar suara sandalmu di depanku dalam surga.” Bilal menjawab, “Tidak ada amalan yang paling saya harapkan untuk dapat melakukannya melainkan mendirikan shalat sebanyak mungkin setiap kali habis berwudu baik diwaktu siang hari atau malam. Selama saya masih dalam keadaan berwudu (belum batal).” (HR.Bukhari)
Kadang-kadang beliau menceritakan pada sahabatsahabatnya berbagai kisah mengasyikkan untuk menghilangkan rasa kantuk yang acapkali menyelimuti mereka.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shalat Subuh kemudian menghadap ke belakang sambil berkata:
“Ketika seorang laki-laki sedang mengendalikan sapi, ia memukulnya di saat menungganginya. Lalu sapinya berkata, „Sungguh kami diciptakan bukan untuk ini, tapi kami diciptakan untuk bercocok tanam.‟ Lalu orangorang berkata, „Mahasuci Allah, seekor sapi bisa berbicara!‟
Lalu beliau berkata:
“Sesungguhnya aku, Abu Bakar dan Umar percaya akan hal ini. Bahkan yang lebih (aneh) daripada itu pun, mereka berdua memercayainya.
Selanjutnya, pada saat seorang pengembala sedang berada di tengah kambing-kambing gembalaannya, tibatiba seekor serigala menyerangnya, dan melarikan salah satu kambingnya. Kemudian dia mengejarnya, seakanakan ingin menyelamat-kannya darinya. Serigala itu berkata padanya, „Engkau ingin menyelamatkannya dariku. Maka siapa yang akan melindunginya pada hari perburuan, hari yang tiada seorang pengembala pun kecuali saya?‟ Lalu orang-orang berkata, „Mahasuci
Allah! Seekor serigala berbicara!”
Lalu beliau berkata,
“Sesungguhnya aku, Abu Bakar dan Umar percaya akan hal ini dan mereka berdua akan percaya sesuatu yang lebih (aneh) daripada semua itu.” (HR. Bukhari)
Terkadang saat berkhutbah dengan panjang lebar, atau memberikan nasihat yang sangat indah. Hal ini dalam rangka mengajari mereka dengan ungkapan yang begitu ringkas tapi padat.
Sebagaimana diriwayatkan dari Al-Irbad bin Sariyah berkata, “Suatu hari Rasulullah mengimami kami shalat Subuh, lalu beliau menghadap kepada kami memberi nasihat indah dan berharga sekali, sehingga air mata kami bercucuran, dan hati kami bergetar.
Lalu ada salah seorang yang berkata, “Wahai Rasulullah, seolah-olah ini adalah nasihat perpisahan, maka apa pesan Anda kepada kami?‟
Rasulullah bersabda,
أوُصِْيسُْىْ ةِخَقْ َى اللهِ وَالصًَّ ْعِ وَاهطَّاغَثِ ، وَإنِْ حأَيََّرَ غَويَسُْىْ خَتدٌْ ضَب يشَِ ، فإَِ َّ ُُ يَ ٌْ يػَِضْ يَِْسُىْ فَصَيََْى اخْخِلافَاً لَ رِيًْْا، ذَػَويَسُْىْ بصُِنتََِّّ وشَُ َّ ثِ الْْوُفََاءِ الرَّاطِدِحْ َ الًْ َ ْدُِحِّ يَْْ تًَ َصَّمُ ْا ة َا وغَُضُّ ْا غَويَْ َا ةاِلجَّ َاسِذِ ، إيِاَّزُىْ وَ مُدَْذاَتِ الَوُ ْْ رِ، فإَِنَّ كَُُّ مُدَِْذثٍَ ةدِْغَثٌ ، وَكَُُّ ةدِْغَثٍ ضَلاَه ثٌَ، وَكَُُّ ضَلاَهثٍَ فِِ الجَّارِ.
“Aku wasiatkan kepada kalian untuk bertakwa kepada Allah, mendengar dan taat, walaupun kepada seorang budak dari Habasyah. Sesungguhnya barangsiapa di antara kalian yang hidup setelahku akan melihat perselisihan yang banyak, maka berpeganglah pada sunahku, dan sunah Khulafaurrasyidin yang mendapat petunjuk. Peganglah ia, dan gigit erat dengan gerahammu, dan jauhilah segala yang pembaruan (dalam ibadah), karena suatu yang baru adalah bid‟ah dan semua bid‟ah adalah sesat.” (HR. Tirmidzi, Abu Daud, Ibnu Majah, Ahmad dan Ad-Darimi)
Semua kisah tadi menunjukkan bahwa Rasulullah senantiasa beramah tamah dengan sahabatnya selepas shalat Subuh dalam rangka membimbing, mendidik dan menjelaskan ajaran-ajaran agama kepada mereka.
Tentunya ini semua menjadi faktor pendorong bagi siapa saja yang muncul dalam hatinya keraguan, agar tidak tertinggal dalam melaksanakan shalat Subuh.
14. Kenikmatan Puncak
Bonus Surga
Diriwayatkan dari Abu Musa Al-Asy‟ari, ia berkata bahwa Rasulullah bersabda: يَ ٌْ صَلََّّ اهبََْدَْيْ ٌِ دَخَنَ الَْْ َّثَ
“Barangsiapa yang shalat dua waktu yang dingin maka akan masuk surga.” (HR. Bukhari)
Dua waktu yang dingin itu adalah shalat Subuh dan Ashar.
Inilah janji Allah yang diwahyukan kepada Rasulullah . Akan masuk surga, mereka yang menjaga dua shalat, yaitu shalat Subuh dan Ashar. Inilah puncak keinginan orang-orang mukmin. Inilah kesuksesan hakiki dan kemenangan yang besar. Allah berfirman:
“Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.” (QS. Ali Imran [3]: 185)
Dijauhkan dari Neraka
Saudaraku, marilah kita renungkan dua ayat berikut!
- Hai kaum kami, terimalah (seruan) orang yang menyeru kepada Allah dan berimanlah kepada-Nya, niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosa kamu dan melepaskan kamu dari azab yang pedih. (QS. AlAhqaf [46]: 31)
- Apabila mereka dilemparkan ke dalamnya mereka mendengar suara neraka yang mengerikan, sedang neraka itu menggelegak. Hampir-hampir (neraka) itu terpecah-pecah lantaran marah. setiap kali dilemparkan ke dalamnya sekumpulan (orang-orang kafir), penjaga-penjaga (neraka itu) bertanya kepada mereka: “Apakah belum pernah datang kepada kamu(di dunia) seorang pemberi peringatan?” (QS. AlMulk [67]: 7-8)
Dua ayat di atas dengan jelas menggambarkan tentang neraka yang disediakan kepada orang-orang yang sombong dan tidak mau mendengar dan melaksanakan peringatan dari Allah dan Rasul-Nya. Nah, di antara sekian banyak amal utama yang membebaskan manusia dari dosa dan neraka, salah satunya mencintai shalat Subuh berjamaah. هَ ٌْ يوَِزَ الجَّارَ أضََدٌ صَلََّّ رَتْنَ طُوُ ْعِ الظَّ ْسِ وَرَتنَْ غُرُوْبـِ َّا
“Tidak akan masuk neraka orang yang mendirikan shalat sebelum matahari terbit dan shalat sebelum matahari terbenam.” (HR. Muslim)
Yang dimaksud dengan „shalat sebelum matahari terbit‟ adalah shalat Subuh dan yang dimaksud dengan „shalat sebelum matahari terbenam‟ adalah shalat Magrib. Duhai…alangkah bahagianya jikalau kita terbebas dari neraka.
Melihat Allah
Inilah kenikmatan sekaligus keistimewaan tertinggi di antara keistimewaan-keistimewaan sebelumnya. Dan ini sangat mencengangkan manusia. Apakah di sana ada sesuatu yang lebih tinggi daripada surga?
Rasulullah telah menggambarkan kepada kita dengan jawabannya. Ya, di sana ada yang lebih tinggi dari sekadar surga, yaitu melihat Allah di surga. Pemberian yang sangat besar. Hadiah yang begitu agung, dan pahala yang berlipat ganda bersama pahala yang lain.
Siapakah yang mendapatkan kesempatan agung ini?
Merekalah orang-orang yang menjaga dua shalat, yaitu shalat Subuh dan Ashar. Bacalah hadis Rasulullah riwayat Bukhari dan Muslim dari Jarir bin Abdillah berikut ini. Ia berkata, “Kami sedang duduk bersama
Rasulullah, ketika melihat bulan purnama. Beliau berkata,إٍِسَُّىْ شَتَََوْنَ رَبَّسُىْ لًَ َا حرََوْنَ َذَا اهقَْ َرَ لاَحضََاوُ ْْنَ فِِْ رُؤْيَخِ ُِ
‘Sungguh, kalian akan melihat Tuhan kalian sebagaimana kalian melihat bulan yang tidak terhalang dalam melihatnya.‟”
Maksudnya, Anda akan melihat-Nya dengan jelas dan sempurna sebagaimana Anda melihat rembulan sekarang ini dengan jelas lagi sempurna. Kemudian beliau berkata: ف إَِنِ اشْخطََػْخُىْ أنَْ لاَتُغْوتَُ ْا عَلَ صَلاَةٍ رَتنَْ طُوُ ْعِ الظَّ ْسِ و صََلاَةٍ رَتنَْ غُرُوبِْ الظَّ ْسِ فَاذْػَوُ ْا
“Apabila kalian mampu, janganlah kalian menyerah dalam melakukan shalat sebelum terbit matahari dan shalat sebelum terbenam matahari. Maka lakukanlah.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Subhanallah! Kebaikan ini terdapat dalam shalat Subuh. Bila Anda tahu sebagian orang Islam yang mendengar kebaikan itu, kemudian tetap tak tergerak untuk shalat Subuh, apa yang akan Anda katakan pada mereka?
Bukankah ini benar-benar suatu kebodohan?
Bukankah ini benar-benar suatu kelalaian?
Ya, ini sungguh merupakan kelalaian dan kebodohan!
Allah berfirman:
“(Dan) barangsiapa yang tiada diberi cahaya (petunjuk) oleh Allah tiadalah dia mempunyai cahaya sedikitpun.”
#Syaiful_Anwar
#Fakultas_Ekonomi
#Universitas_Andalas
#Kampus2_Payakumbuh
#Kedahsyatan_Subuh
#Subuh_Itu_Sangat_Istimewa