Program Makan Bergizi Gratis Jadi Investasi Strategis Demi Mewujudkan Generasi Emas 2045

Matarakyat24.com, Jakarta – Program Makan Bergizi Gratis terus menjadi sorotan publik sebagai salah satu kebijakan nasional paling penting untuk membangun kualitas Sumber Daya Manusia Indonesia di masa depan. Dalam Forum Diskusi Publik bertema “Program Makan Bergizi Gratis: Investasi Negara untuk Generasi Emas 2045” yang digelar pada Rabu, 12 November 2025, para narasumber dari berbagai latar belakang menegaskan bahwa program ini bukan sekadar bantuan sosial, melainkan investasi negara yang dampaknya akan dirasakan lintas generasi.

 

Anggota Komisi I DPR RI, Sabam Rajagukguk, membuka diskusi dengan menegaskan bahwa Indonesia masih menghadapi tantangan serius terkait ketahanan pangan dan kualitas gizi anak. Global Hunger Index 2023 menempatkan Indonesia di peringkat 77 dari 125 negara, sementara Riskesdas 2023 mencatat angka stunting masih berada di tingkat 21,5%—jauh dari target 14% pada tahun 2024. “Fakta ini menunjukkan bahwa akses terhadap makanan yang sehat dan aman belum merata. Program Makan Bergizi Gratis adalah investasi jangka panjang yang akan menentukan masa depan bangsa,” ujarnya.

 

Sabam menekankan bahwa kesenjangan ekonomi di berbagai daerah berdampak langsung pada pemenuhan gizi anak sekolah. Di wilayah terpencil, harga pangan lebih mahal, distribusi tidak stabil, dan keluarga sering tidak mampu menyediakan makanan bergizi setiap hari. Program ini hadir untuk memastikan setiap anak, tanpa memandang latar belakang sosial ekonomi, memiliki peluang tumbuh belajar dengan optimal. Ia juga menyoroti pentingnya sistem pengawasan digital agar anggaran digunakan secara transparan melalui aplikasi pelaporan real-time, e-logistik, dan dashboard publik.

 

Tidak hanya berdampak pada kesehatan anak, menurut Sabam, program ini juga mampu menggerakkan ekonomi rakyat. Jika dipadukan dengan pemberdayaan petani, peternak, UMKM, dan koperasi lokal, maka potensi penciptaan 3–5 juta lapangan kerja baru bukan mustahil. “Negara tidak sekadar memberi makan, tetapi menggerakkan ekonomi dari desa,” tambahnya.

 

Dosen Ilmu Komunikasi UAI, Wildan Hakim, S.Sos., M.Si., menegaskan bahwa pemenuhan gizi berhubungan langsung dengan kemampuan belajar dan produktivitas anak di masa depan. UNICEF menunjukkan bahwa anak bergizi baik memiliki kemampuan kognitif 20% lebih tinggi, sementara penelitian Bank Dunia menemukan bahwa setiap peningkatan 1 cm tinggi badan balita dapat berdampak pada peningkatan pendapatan 4% di masa depan. “Ini bukan program populis. Ini program pembangunan jangka panjang yang didukung bukti ilmiah,” tegasnya.

 

Wildan juga menyoroti peran penting literasi digital dalam menyukseskan program ini. Banyak keluarga masih memiliki pemahaman keliru bahwa makanan bergizi harus mahal atau sekadar membuat kenyang. Dengan edukasi digital melalui video pendek, kampanye media sosial, dan modul interaktif, pemahaman gizi seimbang dapat diperluas. Ia juga menekankan penggunaan teknologi untuk pelaporan, pengawasan, dan pemetaan daerah rawan gizi agar anggaran tepat sasaran.

 

Di sisi implementasi lapangan, Charles M.T. Sitohang, S.E., pemilik Dapur MBG, memberikan perspektif langsung dari penyedia layanan makanan. Ia menegaskan bahwa keberhasilan program sangat bergantung pada standar dapur, kualitas bahan makanan, keamanan pangan, dan rantai pasok yang kuat. “Program ini bukan hanya memasak. Ini ekosistem besar yang melibatkan produksi, distribusi, edukasi, dan manajemen data. Semua harus berjalan sesuai standar,” jelasnya.

 

Charles menyoroti bahwa tidak semua sekolah memiliki fasilitas dapur, sehingga kerja sama dengan dapur komunitas dan UMKM lokal sangat penting. Menurutnya, integrasi digital seperti pelaporan harian dengan foto, GPS, dan timestamp menjadi kunci memastikan transparansi dan menghindari manipulasi data. “Konsistensi adalah tantangan terbesar. Hari pertama bagus, minggu ketiga bisa turun jika tidak diawasi digital,” katanya.

 

Ia juga menyoroti pentingnya menu lokal, pelatihan keamanan pangan, manajemen logistik, dan keterlibatan orang tua. Dengan ribuan dapur yang beroperasi nasional, program ini berpotensi besar memberi dampak ekonomi signifikan sekaligus meningkatkan kualitas kesehatan anak. “Dalam dua puluh tahun ke depan, anak-anak yang kita beri makan hari ini akan menjadi tenaga kerja produktif dan pemimpin bangsa,” ujarnya.

 

Forum ini menyimpulkan bahwa Program Makan Bergizi Gratis bukan hanya langkah pemerintah untuk menurunkan stunting atau memastikan anak tidak lapar di sekolah. Lebih dari itu, program ini merupakan kebijakan strategis yang menggabungkan teknologi digital, edukasi gizi, pemberdayaan ekonomi lokal, dan transparansi publik.

 

Jika dikawal dengan baik, program ini tidak hanya akan memperbaiki kualitas gizi anak hari ini, tetapi juga menjadi fondasi lahirnya Generasi Emas 2045—generasi yang lebih sehat, cerdas, produktif, dan siap bersaing di kancah global.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *