Nasdem Tak Masuk Kabinet, Pengamat Efriza: Sakit Hati?

Prabowo Subianto dan para petinggi partai Nasdem/Ist
Prabowo Subianto dan para petinggi partai Nasdem/Ist

Matarakyat24.com –Sikap Partai Nasdem yang selama ini dikenal mendukung pemerintah tanpa syarat mulai berubah.

Ketika Presiden Terpilih Prabowo Subianto tengah merancang kabinetnya dan memanggil calon menteri, Partai Nasdem justru menunjukkan tanda-tanda ketidakpuasan.

Sakit hati?

Efriza, Pengamat Politik Citra Institute dan Dosen Ilmu Pemerintahan Universitas Pamulang (UNPAM) Serang/Dok.Pribadi
Efriza, Pengamat Politik Citra Institute dan Dosen Ilmu Pemerintahan Universitas Pamulang (UNPAM) Serang/Dok.Pribadi

Pengamat Politik Citra Institute dan Dosen Ilmu Pemerintahan Universitas Pamulang (UNPAM) Serang, Efriza mengatakan, perubahan sikap Nasdem ditengah memanggil menteri sedang dilakukan oleh Presiden Terpilih Prabowo, menunjukkan partai Nasdem, sedang sakit hati atau pundung.

“Partai Nasdem malah menunjukkan sikap plin plan, karena kontradiktif dengan pernyataan partai Nasdem yang acap berkata mendukung pemerintah tanpa syarat. Jika mendukung pemerintah tanpa syarat, apapun yang terjadi semestinya tetap di kubu pemerintahan,” terang Efriza kepada Matarakyat24.com, Selasa (15/10/2024).

Faktanya, imbuh Efriza, partai Nasdem dalam perspektif peristiwa politik hari ini, dengan mengambil sikap berbeda dengan pernyataan diawalnya, sikap plin-plannya ini, tampak menunjukkan partai Nasdem kecewa, ditenggarai partai Nasdem kecewa soal pengisian menteri.

Efriza menuturkan, Kekecewaan ini banyak hal, disinyalir, bisa karena posisi yang ditawarkan tidak sesuai yang diinginkan oleh Partai Nasdem, bisa juga porsi jabatan yang ditawarkan tak sesuai kesepakatan maupun keinginan partai Nasdem, dapat juga dalam persentase kecil bahwa orang yang diajukan oleh Partai Nasdem malah ditolak oleh Prabowo karena calon itu tidak disenangi oleh Prabowo.

“Jadi banyak hal yang mengitari, memungkinkan hanya soal bagi-bagi “kue” kekuasaan yang ditanggapi reaksi keras Nasdem sehingga berubah arah sikap politiknya,” tukasnya.

Kemungkinan lain, lanjut Efriza, yang persentasenya besar bahwa partai Nasdem memungkinkan kecewa karena tidak dianggap sebagai pendukung loyal terhadap Prabowo, artinya Nasdem kurang mendapatkan tempat istimewa, hal ini berbeda saat Presiden Jokowi hal mana Nasdem menjadi partai politik yang dianggap utama sebagai kekuatan pendukung pemerintahan Jokowi.

Efriza menguraikan, kesemua hal perubahan sikap politik partai Nasdem diyakini akan dicarikan perbendaharaan katanya yang halus, alasan keluarnya partai itu sebagai pendukung pemerintah, tetapi tetap diyakini ini soal kepentingan politik dan pembicaraan komunikasi politik antara Prabowo dan Partai Nasdem seperti Ketua Umum Surya Paloh yang tidak saling menguntungkan saja.

“Jadi, jika Nasdem oposisi hanya sekadar oposisi karena tidak terakomodir kepentingannya semata, bukan murni niat Nasdem menjadi oposisi untuk pengimbang pemerintahan demi rakyat agar pemerintahan tidak terjerumus ke otoriter karena tanpa pengawasan,” tandas Efriza.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *